2. Mimpi buruk? Bukan, Neraka!

18.4K 1.4K 32
                                    

Rika melamun di depan televisi yang tengah menayangkan Film komedi Korea. Meskipun sudah satu minggu ia bersekolah, namun tidak ada hal menyenangkan yang terjadi, malah sebaliknya. Kepindahan Rika ke Indonesia seakan tidak mengubah apapun menjadi lebih baik. Ia tetap saja menjadi target yang paling mudah untuk dikerjai.

Ditambah setelah kejadiannya dengan Rei beberapa hari yang lalu, Rika lebih memilih untuk menetap di kelas dan memastikan makanan dan minumannya cukup sebelum berangkat sekolah. Ketika secara tidak sengaja Rika bertemu dengan Rei saat jam masuk atau pulang sekolah, Rika memilih untuk menghindari kontak mata dengan Rei dan bergegas menuju kelasnya sebelum Rei sadar akan kehadiran Rika.

Akibat kejadian di kantin hari itu, dan juga aksi heroik Mike yang membela Rika, Rika banyak mendapat tatapan dan juga cibiran tidak suka dari kakak kelas maupun teman sekelasnya. Alasannya ya karena mereka menganggap Rika tidak pantas mendapatkan bantuan dari Mike yang notabene Keren dan Tampan. Sedangkan Rika hanya seperti sebutir debu yang mengotori kesempurnaan Mike.

"Rika. Cepat bersiap-siap." Suara Kakek membangunkan Rika dari Lamunannya.

"Bersiap kemana, Ojii-Chan?" Rika menoleh kebelakang dan melihat Kakeknya sudah terlihat Rapih.

"Bertemu dengan Teman lama Kakek, Rika. Kau sudah janji akan ikut, bukan?" Kakek berkacak pinggang dan melihat Rika aneh. "Kau tidak bisa mengingkari janjimu begitu saja!"

"A-ah... Hari ini?" Tanya Rika sambil melihat jam dinding yang terpaku di atas televisinya.

"Apa aku harus memintamu bersiap-siap untuk acara minggu depan? Tentu saja hari ini." Tegas Kakeknya lagi.

Rika tersenyum mendengar jawaban Kakeknya. Ia lalu berdiri dan berjalan kearah tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai dua di mana kamarnya berada. "Baiklah, Aku bersiap-siap dulu." Ujar Rika.

*

Rei bersiul dengan senang saat melangkah keluar dari kamarnya. Ia memutarkan kunci mobil di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya ia jejalkan kedalam kantung celana Jeans.

Begitu langkahnya melewati ruang tamu dimana Papa dan Mamanya sedang menonton televisi, ia menghentikan langkahnya dan hendak berpamitan. Namun sebelum ia membuka suara, Kakeknya sudah memanggil Rei terlebih dahulu dari belakang.

"Kebetulan kau sudah rapih, Rei." Ujar Kakeknya tersenyum membuat matanya menjadi terlihat segaris lurus.

"Ah, Iya Kek. Aku mau pergi keluar bersama..."

"Kebetulan sekali, Ayo pergi bersamaku."

Rei membelalak. Tidak biasanya Kakek mengajaknya keluar bersama. "A-Apa?"

"Kakek ingin membawamu bertemu dengan Teman seperjuangan Kakek." Kata Kakeknya tidak peduli dengan perubahan ekspresi Rei. "Ayo cepat, Kau yang menyetir." Kakek menepuk punggung Rei perlahan.

"T-Tapi aku ada janji kencan dengan...."

Kakek menatap Rei tajam hingga membuat Rei melupakan apa yang ingin ia katakan tadi.

"Mama...." Rei mulai merengek ke Papa dan Mamanya yang hanya tersenyum dan terdiam melihat ulah Kakek.

"Pergilah dengan Kakek, Rei." Ujar Papa. "Kau pasti masih menginginkan posisi tetap di Rumah Sakit milik Kakek, Bukan?"

Ya, itu dia. Ancaman mutlak Kakek. Kakeknya adalah pemilik Rumah Sakit ternama di Jakarta, dan sebagai cucu, bisa di pastikan Rei bisa mendapatkan Posisi tetap tanpa perlu melakukan interview dan lainnya. Tapi syaratnya adalah agar Rei menjadi cucu yang penurut.

"Benar kata Papa, Rei. Mama rasa Alika tidak akan keberatan kau membatalkan kencan minggu ini." Ujar Mama membenarkan nasihat Papa.

Rei menghela nafas dengan Berat. Ia memang tidak mempunyai pilihan lain untuk menolak selain menerima. Kakek memang memiliki kartu As tentang kelemahan Rei dan menjadikan itu sebagai ancaman setiap kali Rei menolak permintaannya.

She's (Not) My FianceeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang