4. Perasaan Asing yang tidak Nyaman

13.5K 1.2K 47
                                    

Rei berkunjung ke rumah Rika secara tiba-tiba tanpa mengabari. Begitu sampai, Rei langsung memburu Rika yang saat itu baru saja membuka pintu untuk Rei dan langsung diminta untuk bersiap-siap karena Rei ada kencan penting dengan Alika.

Rika awalnya mau menolak ajakan Rei, namun tatapan mengancam Rei yang mengisyaratkan Rika untuk segera bersiap dan tidak perlu mengeluarkan satu patah katapun itu mengendurkan keinginan Rika.

Rika segera menuju ke kamarnya dan meninggalkan Rei di ruang Tamu sendirian. Kebetulan Kakeknya sedang ada keperluan di Pabrik, jadi sampai sekarang belum kembali. Kalau Kakek sudah kembali, sepertinya Kakek pasti akan berbicara panjang lebar dengan Rei.

Rika berganti pakaian dengan cepat dan menguncir ulang rambutnya yang sedikit berantakan akibat ia garuk tadi. Kemudian ia berbalik dan melihat buku fisika yang tadi sedang ia baca di meja belajar. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya ia mengambil buku itu dan memasukannya kedalam tas yang akan ia bawa.

Besok kelasnya akan mengadakan ujian Fisika, mata pelajaran yang sangat dibenci oleh Rika karena ia sangat lemah terhadap hitung-hitungan. Makanya Rika ingin menolak ajakan Rei untuk pergi. Meskipun sudah belajar seharian sampai ia sakit kepala, nilainya saja belum tentu bisa tembus angka rata-rata. Bagaimana kalau ia keluar dengan Rei yang mengharuskannya menunggu Rei selesai berkencan sampai larut malam? Bisa-bisa ia pingsan setelah melihat soal yang dibagikan besok.

Rika berharap ia bisa berkonsentrasi mempelajari rumus-rumusnya saat ia duduk di kafe menunggu Rei nanti. Karena suasana Kafe pasti sangat berisik, sedangkan Rika terbiasa dengan suasana yang tenang saat belajar.

Tapi karena perintah Rei itu seakan-akan harga Mati yang tidak bisa di tawar atau di bantah, Rika terpaksa menurutinya.

Mobil Rei berhenti tepat di mana dia memberhentikan Rika kemarin. Tapi kali ini, tanpa menunggu Rei memintanya keluar, Rika sudah keluar terlebih dahulu. Rei hanya menatap Rika yang kemudian menutup pintu penumpang tanpa mengatakan apapun.

Rei teringat pada pertanyaan Rika pada Mike yang Mike katakan kemarin mengenai Rei yang ingin menang sendiri. Sepertinya Rika pasti membencinya sekarang, dan pasti Rika menyesal sudah mengajukan permohonan untuk menjodohkan dirinya dengan Rika. Rei tersenyum sinis meskipun ia merasa tidak enak kepada Rika.

Siapa yang menyuruhmu untuk nekad bertunangan denganku? Pikirnya sambil menggerakkan persenelingnya dan melajukan mobil menjauhi Rika yang masih berdiri di tepi jalan.

Rika menghela nafas panjang begitu melihat mobil Rei menjauh. Ia sempat berharap Rei memintanya masuk ke mobil lagi saat Rei sedang menatapnya cukup lama dari dalam mobil. Seharusnya kau tidak perlu berhenti selama itu kalau kau tidak bermaksud memintaku untuk naik lagi. Gerutu Rika dalam hati sambil menunggu Taksi yang lewat untuk membawanya ke Kafe lain. Sampai kapanpun, Rika tidak akan kembali ke OwlCafe di Sudirman lagi. Tekadnya dalam hati.

Sebuah mobil Sedan berhenti tepat di hadapan Rika saat Rika sedang menerawang kejauhan menanti datangnya Taksi. Kaca mobil itu kemudian turun dan menunjukan wajah tampan pengemudinya.

"Mau kemana, Non?" Tanya Mike dengan Bahasa Indonesia yang lucu di telinga Rika.

"Mike! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Rika kaget. Ia berharap Mike tidak melihat mobil Rei yang menurunkannya tadi.

"Aku tidak sengaja lewat. Butuh tumpangan?" Tanya Mike menawarkan.

Rika refleks langsung menggerakkan tangannya melambai sopan seraya menggeleng. "Tidak.. Tidak perlu." Jawabnya.

"Memangnya Kau mau kemana?" Tanya Mike penasaran.

"Aku.... Ke Cafe." Jawab Rika pelan. Bisa gawat kalau Mike bersikeras mau mengantarnya pergi dan menunggunya pulang. Ia bisa bertemu dengan Rei nanti.

She's (Not) My FianceeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang