Rika melakukan pemanasan ringan sebelum pertandingan dimulai. Dibandingkan dengan Ryn, Rika memang memiliki rekor catatan waktu yang lebih lambat. Namun hasil itu tidak membuat Ryn menjadi pelari terakhir, melainkan kedua dari terakhir. Alasan yang diberikan Bruce adalah agar Ryn bisa mengejar jarak ketertinggalan dari pelari sebelumnya, serta menciptakan jarak agar Rika bisa menyelesaikan larinya mencapai garis finish.
Rika hanya bisa berdoa dalam hati kalau setidaknya ia bisa membawa kemenangan untuk regunya dalam kompetisi ini.
"Santai saja, oke?" Mike berdiri tegap di hadapan Rika sambil tersenyum, "tubuhmu kecil, dan gerakmu juga lincah. Aku yakin kau akan bisa mencapai garis akhir dengan baik."
Rika terkekeh kecil, "Well, Kuanggap itu sebagai pujian. Dan terima kasih untuk kalimat penyemangatnya." Mata Rika menoleh ke lain arah dan bertemu dengan mata Rei yang sedang tersenyum kepadanya.
Wajahnya sontak memerah dan kekehannya hilang tertelan. Mata Rei membawa getaran yang menghangatkan. Sorot mata laki-laki itu seakan mengartikan sebuah kalimat penyemangat yang tidak bisa tersampaikan.
Mike terdiam dan ikut menoleh kearah pandangan mata Rika tertambat, dan ia tersenyum kecil sambil kembali menatap Rika. Tanpa menunggu pertimbangan antara hati dan kepalanya, Mike menundukan sedikit tubuhnya dan mengecup pipi Rika hingga gadis itu terkejut dan menoleh menatapnya dengan mata membulat.
"Aku ingin mengclaim hadiah atas Gol ku di kuartal kedua." Ujar Mike sambil tersenyum kecil begitu melihat wajah terkejut Rika. Mike kemudian menegakkan tubuhnya dan mengacak lembut rambut Rika, "Semangat dan berhati-hatilah saat berlari nanti, Rika-chan. Tidak masalah kalau kau tidak menang asalakan kau tidak terluka." Pesan Mike sebelum berlalu meninggalkan Rika untuk memberi semangat kepada regu tim pelari lainnya. Selain itu juga karena rencana Mike untuk membuat Rei idiot itu cemburu juga sudah terlaksana.
Benar seperti apa dugaan Mike. Rei cemburu.
Nafasnya memburu seperti harimau yang melihat daging segar di hadapannya. Ia sudah siap menyerang, tapi tentu tidak ia lakukan. Rei mendengus dan memilih untuk memalingkan tatapan matanya dan pergi.
Maka begitu Rika menoleh dan mencari Rei di tengah kerumunan, laki-laki itu sudah tidak lagi ditemukan dimanapun.
Bukannya bersemangat, Rika malah merasa cemas sekarang.
"Pelari di posisi masing-masing. Pertandingan akan segera dimulai." Teriak seorang wasit yang sudah berdiri tegap di podium.
Rika menoleh dan menghela nafas. Bukan saatnya memikirkan itu sekarang! Ia membatin sambil menyemangati dirinya. Ia kemudian mengikuti peserta lain yang diakomodasi dengan beberapa mobil untuk menuju ke posisi mereka masing-masing.
Pertandingan lari ini tentu bukan 1 on 1 seperti pertandingan lainnya. Seperti pertandingan Renang nanti, setiap regu mengeluarkan 2 pasang tim dimana satu tim terdiri dari 5 orang yang akan berlari sejauh 100m.
Dari sekian banyak orang yang ikut serta, serta banyak pilihan Base, Rika tidak pernah menyangka akan bertemu head to head dengan Alika di titik terakhir. Apalagi Alika kini berdiri menjulang dengan tingginya di sebelah Rika dengan senyum merendahkannya.
Rika melakukan pemanasan kecil meski ia tidak bisa menyingkirkan perasaan resah akibat tatapan Alika di sebelahnya.
"Kau tentu tidak menganggap serius ucapan Rei di perpustakaan tadi, bukan?"
Tubuh Rika menegang begitu mendengar suara Alika. Ia tidak perlu bertanya dua kali kalau Alika sedang bertanya padanya, bukan dengan dua orang lainnya yang masih melakukan pemanasan di tempat yang sedikit jauh dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...