"Kau baik-baik saja?" Tanya Mike begitu Rika menghampirinya dengan langkah tertatih di ruang tamu.
Dengan sigap, Mike langsung menghampiri Rika dan membantunya berjalan.
"Sudah lebih baik." Jawab Rika sambil memamerkan senyumnya.
Atas bantuan Mike, Rika duduk di salah satu sofa panjang yang dapat Rika gunakan untuk memanjangkan kakinya di atas bantalan empuk.
"Oh ya?" Sahut Mike yang sudah mengambil tempat duduk di hadapan Rika sambil tersenyum penuh arti. "Wajahmu tidak terlihat kalau kau lebih baik dari kemarin. Ada apa?"
Rika meringis, "Karena tim kita kalah." Jawab Rika asal. Mike memang sudah mengabarkannya sebelum datang ke sana kalau tim mereka kalah dengan perbedaan 1 poin. Tapi tentu bukan karena itu alasan kemurungan Rika.
"Aku tidak percaya kalau kekalahan tim kita bisa membuatmu bengkak seperti baru nangis semalaman." Goda Mike dengan kekehannya. "Kau memikirkan ucapan Rei kemarin?" Tebak Mike.
Rika akhirnya menyerah untuk tidak terus mengelak. Ia menarik nafas dalam dan membuangnya lagi perlahan. "Aku tidak tahu apa aku masih bisa mempercayai Rei atau tidak." Gumam Rika, matanya menerawang ke langit-langit. "Rei mengkhianati kepercayaanku bukan hanya sekali."
Mike berdiri dan memutuskan untuk duduk di sisi bangku tempat Rika, "bagian mananya yang tidak bisa kau percaya?" Tanya Mike.
"Seluruhnya." Rika menjawab dengan jujur. "Rei mengatakan hal yang sama dengan apa yang Alika katakan padaku."
Mike mengernyit dalam, "Alika?" Rika mengangguk.
"Mengenai pengumuman pertunangan itu, dan juga alasan Rei mempertahankannya hingga sekarang." Gumam Rika kecil. "Tidak lebih dari karena ancaman ojii-san yang ingin mencoretnya dari ahli waris."
"Tidak mungkin." Gumam Mike sambil menggeleng. "Rika-chan, aku mengenal Mike sebaik aku mengenal diriku sendiri. Kami tumbuh bersama, dan aku tidak percaya kalau Rei selicik itu. Kau jangan mendengarkan ucapan Alika. Perempuan itu lebih licik dari yang kau bayangkan." Bujuk Mike.
Rika memiringkan senyumnya, "tapi aku mendengarnya sendiri, Mike." Rika menggerakkan tubuhnya, menurunkan kakinya dari atas sofa agar Mike bisa duduk di sampingnya. "Rei datang kesini pagi tadi dan meminta maaf kalau ternyata dirinya masih mengambil keputusan egois."
Mike menggeleng tidak menerima pemikiran Rika. "Menurutku, konteks egois yang ada dipikiranmu itu berbeda dengan apa yang Rei maksud, Rika-chan."
"Tidak ada yang berbeda, Mike. Selama ini Rei selalu egois dengan mengabaikan perasaanku dan memutuskan semuanya sesuka hatinya, segala hal yang menguntungkannya. Sama dalam hal ini. Rei memutuskan semaunya dia kalau kami masih bertunangan tanpa menanyakan pendapatku, apa aku menolak atau menerima -karena pada dasarnya Rei tidak menerima penolakan, yang mana itu sangat egois- demi masa depannya sebagai ahli waris." Terang Rika panjang lebar. "Tidak ada yang berbeda." Suara putus asa keluar bersamaan dengan helaan nafas Rika.
"Kalaupun Rei menanyakan pendapatmu, apa kau akan menolak?" Tanya Mike telak sehingga Rika tidak bisa menjawab apapun. "Rika, berhenti membangun tembok pertahananmu itu. Tidak ada yang diuntungkan dengan kekeras kepalaanmu ini." Mike menyentuh bahu Rika, menepuknya pelan. "Rika-chan..."
"Berhenti membela Rei, Mike. Kau tidak tahu apa yang ku rasakan." Lirih Rika, tidak mau lagi mendengar apapun mengenai Rei dari mulut Mike.
Mike memilih mengalah. Karena percuma bicara dengan orang yang keras kepala seperti Rika. Hingga mulut berbusa, Rika tidak akan mendengarkan kecuali ia menyadarinya sendiri.
"Baiklah, lalu sekarang apa rencanamu? Seluruh sekolah sudah tahu kalau kau dan Rei bertunangan. Kau tidak bisa mengelak lagi, kan?" Tanya Mike sambil tersenyum kecil. Kalau kemarin Rika masih bisa mengandalkannya untuk bersembunyi, sekarang Rika sudah berdiri di samping Rei tanpa bisa meminta perlindungan Mike.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...