Setelahnya, Rei benar-benar memenuhi ucapannya untuk berhenti mengganggu Rika dalam bentuk apapun.
Kalau sebelumnya Rika yang menghindar setiap melihat Rei, kali ini sebaliknya.
Rika merasakan perasaan janggal selepas pembicaraan mereka hari itu di depan kamarnya, lalu Rei pergi meninggalkannya begitu saja sebelum Rika menemuinya.
Perasaan itu terus terasa semakin berat bersamaan dengan detik jarum jam juga hari yang berganti.
Rika sekarang tahu, hanya dengan menghindar, masalahnya hanya akan semakin meradang. Tetapi yang menjadi kendalanya sekarang adalah, dia sudah terlambat untuk menyelesaikan masalahnya.
Sebagaimana dirinya dulu yang terus menghindar, Rei juga begitu. Malah lebih parah darinya.
Saat Rika menghampiri Rei di kantin ketika laki-laki itu sedang tertawa bercanda bersama Mike, Rei langsung berdiri, memberinya senyum, lalu pergi meninggalkan Rika terpaku sendirian.
Saat Rika melihat Rei yang sedang mendinginkan diri di depan kamar ganti setelah berolah raga, Rei kembali memberikan senyum kecilnya kemudian berlalu masuk kedalam meninggalkan Rika tanpa kata.
Dan ketika Rika hendak menghampiri Rei di parkiran sekolah saat pulang, Rei selalu melesat pergi, meninggalkan Mike ketika melihat sosok Rika mendekat meski perbincangan mereka sepertinya belum selesai.
Seperti itu. Rei perlahan menghapus dirinya sendiri dari hidup Rika seperti janjinya.
Mike yang melihat dan menjadi saksi nyata bagaimana kedua orang itu menyakiti diri mereka sendiri tidak bisa berkata. Ia sudah terlalu jauh mencampuri urusan mereka dan terakhir tidak berjalan dengan baik saat ia membantu Rei menyiapkan kejutan di pentas seni tahunan sekolah mereka.
Jadi yang bisa Mike lakukan sekarang adalah menjadi sahabat yang baik bagi kedua orang itu. Apalagi Rei yang tidak terlihat seperti dirinya sendiri semenjak seminggu hilang dari peradaban sekolah, kembali dengan kabar mengejutkan mengenai hubungannya dengan Rika, juga keputusannya menerima beasiswa di Harvard.
Ketiga orang itu, sedang mencoba menempatkan diri mereka di posisi yang seharusnya.
Tidak bersinggungan satu sama lain, sehingga tidak ada dari mereka yang seharusnya tersakiti.
*
"Rika-chan. Uhukkk... sudah pagi. Kau tidak sekolah?" Tanya Kakeknya dari depan pintu kamar.
Rika membuka matanya yang terasa berat. Ia tidak merasa memiliki tenaga untuk ke sekolah dan kembali di abaikan Rei hari ini.
Ia ingin istirahat dari segala macam perasaan yang sekarang membebaninya. Hanya sehari, dan besok Rika berjanji akan kembali menghadapi Rei lagi.
Tok tok tok
"Rika Chan. Kau bisa terlambat masuk sekol- uhukkk."
Suara batuk kakeknya membuat Rika memaksakan dirinya untuk berdiri dan menghampiri kakeknya yang tidak terdengar sedang sehat itu. Kalau dirinya tidak mau sekolah, setidaknya dia tidak mau membuat kakeknya khawatir.
Rika berjalan dan melihat wajah kakeknya yang terlihat pucat.
"Ojiichan, kau sakit?" Tanya Rika khawatir.
Kakeknya menggeleng dan mengibaskan tangannya, "ti- Uhukkk -tidak. Maklum, Kakek sudah tua jadi mudah terserang flu." Jawab kakeknya dengan senyum kecil dan dehaman. "Kau kenapa, hm? Kau tidak enak badan? Kau mau ijin dulu hari ini?"
Rika tampak serba salah. Kalau mau dibilang tidak enak badan, dirinya tentu berbohong. Dia hanya tidak merasa memiliki semangat untuk ke sekolah, itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's (Not) My Fiancee
Teen FictionChapter di PRIVATE Acak! Ketika Cinta dan penyesalan datang secara bersamaan. Dan kata 'memiliki' bukan lagi menjadi sebuah Jaminan. Hingga Berjuang dan Tidak menyerah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. You never know how much you lov...