3) Cinta dan Rahasia

5.9K 223 0
                                    


Alan menerutuki dirinya sendiri,ia sangat merasa bersalah pada Allina yang ia tembak begitu saja. Dia tersenyum miring sambil mengaduk secangkir kopinya.

Rasanya pahit campur manis,seperti Allina. Tak banyak orang yang tau jika Allina sebenarnya manis,hanya saja orang menilai dari covernya.
Seseorang memasuki cafe yang saat ini Alan tempati. Seorang gadis bersama temannya temannya yang terlihat tertawa bebas sedangkan gadis itu hanya berekspresi datar.

"Lin,lo napa sih,mukanya di tekuk mulu?" tanya Kezia kesal sendiri melihat wajah Allina yang nampak datar datar saja.

"udah biarin aja pokoknya dia sama kita udah cukup!jangan selingkuh ye Lin!" ucap Mala sambil mencolek dagu Allina.

"hm" jawabnya singkat.

"yaallah serasa ngomong sama mayat hidup gue!" ucap Dacia menyindir Allina.
Allina hanya tersenyum tipis lalu ia duduk di kursi sambil membolak balikan menu yang tertulis disana,dari kejauhan mata tajam Alan melihat Allina dan teman temannya yang heboh. Apa hanya Alan saja yang merasa bahwa Allina saat ini sangat pucat?.

Merasa di perhatikan Allina menoleh ke tempat Alan berada. Alan langsung mengalihkan perhatiannya ke sembarang arah yang terpenting bukan untuk bertemu mata Allina.

Allina merinngis saat tulang belakangnya nyeri luar biasa, kakinya pun sama. Kepalannya tiba tiba pening.

"Lin hidung lo mimisan!" teriak Mala membuat semua orang memperhatikan meja mereka.

"gue ke toilet bentar!"Allina langsung bernjak dari tempatnya sambil menutupi daerah mulut hingga hidung.

Saat sudah sampai di depan toilet ia segera pergi ke wastafel untuk menghilangkan darahnya. Dia juga berkumur karena gusinya juga berdarah.

Allina menerutuki dirinya sendiri yang ceroboh karena tidak meminum obat sejak tadi pagi.

Kezia dan Mala datang ke kamad mandi untuk melihat Allina karena sudah 15 menit Allina tak kembali dan betapa terkejutnya saat melihat Allina yang tengah terduduk di lantai toilet.

"Lin,lo oke?"

"kaki gue sakit banget!"ucap Allina seperti tertahan karena ia sangat sakit.

Mala dan Dacia membantu Allina berdiri dan berjalan,saat mereka keluar dari toilet Alan langsung bangkit dari kursinya karena melihat Allina yang sepertinya sedang sakit itu.

"biar gue aja,gua antar Allina pulang". Dan dengan sigap Alan menggendong Allina ala bridal style,Alan tak memperdulikan lagi tatapan para pengunjunng cafe,yang penting sekarang Allina harus baik baik saja.

*****

"assalamu'alaikum".

"waalaikumsalam". Jawab Shopia ibu Allina.

"tante,Allina nya ada?"

"Oh gaada El, baru aja pergi, mau nunggu?"


Daniel mengangguk dan duduk di sofa. Banyak foto yang terpajang disana. Dan kebanyakan itu foto Allina. Ada foto Allina saat masih jadi dedeq gembuls, bahkan masih ada fotonya bersama Allina yang sama sama nyegir, kala itu gigi Allina baru saja dicabut di bagian gigi kelincinya.

Lucu sekali, pikirnya.

*cklek...

Alan membuka pintu rumah Allina tanpa salam,dan dengan posisi menggendong Allina ala bridal style. Daniel langsung berdiri.

Akan bertanya pada Alan tapi Alan,langsung nyeludur menuju kamar Allina di lantai dua.

Allina kenapa? Batin Daniel. Ia segera bangkit dan mencari ibunya Allina lalu segera ikut menyusul ke atas.

"astaga,nak kamu kenapa?" ucap Shopia setelah diberitahu Daniel dan ia segera menuju ke kamar anknya diikuti Daniel di belakngnya. Tadinya Shopia berada di dapur.

Allina hanya menggeleng sambil meringis menanggapi anaknya.

"Minum obat kamu dulu!" ucap Shopia menyodorkan beberapa bungkus obat.

Daniel dan Alan sama sama bertanya tanya dalam hati. Ada apa dengan Allina?. Sebenarnya ia sakit apa,jika sakitnya tak serius tak mungkin obatnya sebanyak itu.

"Kayaknya,gue gak jadi ngurus data sekarang". Setelahnya Daniel mundur perlahan lalu berpamitan pada Shopia untuk pulang. Tak lupa ia berpamitan dengan Allina juga.

*****

Daniel's POV.

Gue menyalakan mobil gue dan melajukannya dengan kecepatan di atas rata rata. Gak peduli lah ada lampu merah yang penting nyampe rumah cepet.

Masih bertanya tanya tentang si- iya itu lo tau kan,gue sebenarnya khawatir,tapi gimana lagi udah ada yang punya,takutnya man teman nanti.

Sampai rumah gue langsung naik ke kamar gue,gak peduli lah ada orang dirumah.

"Daniel,kamu gak lihat disini ada orang!" ucap Papa.

"gak". Setelahnya gue ngacir ke kamar langsung.

Entah kenapa dikamar gue selalu betah banget,apalagi disini sejuk banget langsung ngadep ke kolam renang rumah gue dan banyak yang bisa dipakai buat nyenengin diri.

Gue ngambil gitar putih kesayangan gue. Gue mulai mainin lagu.

terakhir kutatap mata indahmu
dibawah bintang bintang
terbelah hatiku
antara cinta dan rahasia

ku cinta pada mu namun kau milik
sahabatku dilema
hatiku
andai ku bisa berkata sejujurnya

jangan kau pilih dia
pilihlah aku yang mampu mencinta mu lebih dari dia
bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
namun kau tahu
cinta tak bisa tak bisa kau salahkan

ku cinta pada mu namun kau milik
sahabatku dilema
hatiku
andai ku bisa berkata sejujurnya

jangan kau pilih dia
pilihlah aku yang mampu mencinta mu lebih dari dia
bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
namun kau tahu
cinta tak bisa tak bisa kau salahkan

jangan kau pilih dia
pilihlah aku yang mampu mencinta mu lebih dari dia
bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
namun kau tahu
cinta tak bisa tak bisa kau salahkan
tak bisa kau salahkan
tak bisa kau salahkan

Selesai. Gue merenungi lagu itu,entah kenapa liriknya kok,mangkelin ye. Nyesek.

*****

Hallo...
Edisi ngebut gaes:)
Jadi maklumin kalau ada typo.
Ini udah versi revisi alias baru dan semua kata kata yang dulu diubah semuanya jadi gini. Di versi revisi kalian bakal nemuin kenyataan yang sebenarnya,dan sifat sifat tokoh lebih muncul atau lebih real disini.

Oke sekian,jangan lupa vote,dan comment.
Oh iya follow authornya juga oke😀

Ice Prince Vs. Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang