Menemani libur panjang kita, Sumarah dan Meneer Johann publish dua kali sehari tanggal 14-16 September 2024. Enjoy, vote, dan komen yang banyak
***
Berulang kali aku menekan kecemasan karena mendengar berita di pasar. Aku tak suka mesti memilih antara londoku atau kaumku. Tentu saja aku ingin rakyat Jawa sejahtera, tak menjadi babu atau jongos bangsa Eropa lagi. Sepatutnya kami merdeka di tanah leluhur kami, bukan melayani orang asing yang menghisap semuanya. Meskipun begitu, aku juga tak ingin Johann angkat kaki meninggalkanku. Akan jadi apa Sumarah tanpa Johann Koenraad? Aku mengabdikan tahun-tahun masa mudaku hanya padanya. Tujuan hidupku hanya untuknya.
Siang ini setelah mengantar pisang bersemir coklat untuk kudapan Johann, aku pulang ke rumah. Tiga bulan lagi Johann berulang tahun. Baju rajut hangat sangat cocok dikenakan ketika musim hujan, atau jika suatu saat kami melancong ke tempat yang lebih dingin. Dieng atau Bandung misalnya. Di saat seperti ini, khayalanku semakin liar. Dosakah jika aku bermimpi Johann membawaku pulang ke kampung halamannya. Sudah kubayangkan bagaimana rupa Johann saat mengenakan baju rajut cokelat, membawaku berjalan-jalan menonton kincir. Ketika musim bunga, ia akan memetikkan satu kuntum bagiku. Kami membawa bunga itu selama berjalan-jalan menikmati kota dan desa. Orang-orang yang lewat akan memuji baju rajut bikinanku. Pada musim dingin, kami bergandengan di tengah salju. Putih dan romantis. Tentu saja Johann masih mengenakan baju rajut itu. Pipiku menghangat ketika gambaran indah itu meracuni kepalaku.
Aku terus merajut tanpa memperhatikan jam besar di sudut ruangan. Waktu bergulir cepat. Tahu-tahu saja jarum pendek sudah menunjuk angka 4, sedangkan jarum panjang menunjuk angka 3. Seseorang membuka pintu depan. Dari langkah kakinya yang khas, aku tahu Johann sudah tiba. Segera aku berlari ke kamar menyembunyikan rajutan.
"Sum!" Suara besar yang familiar itu memanggilku.
"Dalem, Meneer." Aku menyahut dari kamar, tergesa menyembunyikan hasil karyaku lalu berlari ke dapur, membuat teh.
Londoku menyusul ke dapur. "Di sini rupanya." Johann menyapaku dalam senyuman. Aku mengangguk. "Kita jalan-jalan, Sum." Tak biasanya Johann berkata seperti itu.
"Ampun, Meneer. Airnya belum panas." Aku terheran-heran dengan sikapnya.
"Matikan tungkunya. Temani aku cari angin segera."
Kuturuti perintahnya untuk mematikan tungku lalu berjingkat mengikutinya ke luar. Aku berjalan di belakang Johann.
"Jalan di sampingku, Sum!" perintah Johann sambil melambatkan langkah. Dari arah tujuannya, pasti ke Jalan Randusari atau Wilhelmina Plein. Apakah dia mau mengajakku ke taman kecil di sana? Aku menyejajarkan langkah di sampingnya.
"Kau hari ini ke Pasar Johar, Sum?" Tanya Johann.
"Injih, Meneer," sahutku.
"Apa yang kau temukan di sana?"
"Pisang dan cokelat, Meneer."
"Selain itu?"
Aku terdiam mencoba mengingat apa lagi yang bisa kuceritakan pada Johann. Ah, percakapan antara Si Arab dengan si Cina.
"Percakapan mengenai Nippon," kataku.
"Ceritakan yang kau dengar."
Aku diam saja, berpikir bagian manakah yang layak kuceritakan.
"Ceritakan, Sum!" hardik Johann hingga aku terlonjak.
"A-ampun, Meneer. Saya mendengar Nippon mengalahkan tentara Nederland di Tarakan, seperti yang Meneer Willem ceritakan."
"Benarkah hanya itu?" Tatapan Johann menyelidik.
Tentu saja bukan hanya itu, namun aku tak mungkin mengatakan hal yang memuja Nippon bukan? Maka aku mengangguk.
"Apa pun yang kau dengar soal Nippon, tidak usah kau percaya. Percayalah, Tuhan ada di pihak Nederland. Hidup Ratu Wilhelmina!" Tangan Johann mengepal ke udara. "Ucapkan, Sum!" bentaknya.
"Hidup Ratu Wilhelmina," kataku dengan suara sangat pelan.
***
Glosarium
Cendawan: Jamur.
Gemati: Bahasa Jawa berarti penuh perhatian
NIROM: Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (Maskapai Siaran Radio Hindia Belanda) adalah radio pemerintah Hindia Belanda yang setelah kemerdekaan Indonesia diubah namanya menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).

KAMU SEDANG MEMBACA
BUDAK NAFSU PENJAJAH
Ficción históricaMengambil latar PERANG DUNIA II Sumarah, seorang perempuan yang menjadi gundik saudagar Belanda. Hidup mereka berkecukupan dan penuh cinta. Namun kebahagiaan tak berlangsung lama. Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, Sumarah ditangka...