Pagi ini Dinda sudah bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Mama Dinda menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Dinda makan dengan lahap tanpa jeda. Sebenarnya Dinda tidak lapar atau rakus, Dia harus makan cepat karena sekarang sudah jam berapa. 15 menit lagi pintu gerbang sudah mau ditutup. Tadinya, Dinda tidak ingin sarapan, tapi Papa Dinda memaksa, takut nanti perut Dinda sakit kalo disekolah."Dinda, pelan-pelan sayang." Aldi, yang duduk disamping Dinda hanya mendengus geli melihat tingkah adik kesayangannya itu.
Sehabis makan, Dinda langsung menarik Aldi untuk berdiri dan segera berangkat kesekolah.
"Mama, Papa Dinda sama Abang kesekolah duluuuuuuu." Papa Dinda hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putrinya itu.
Dinda hampir saja telat, untung abangnya bisa ngebut. Kalo tidak, Dinda tidak tau bagaimana nasibnya.
Dinda berjalan menuju kelasnya, tapi seketika matanya berbinar saat melihat Vano yang sedang duduk dilapangan bersama ketiga temannya. Dinda lalu berlari untuk menghampiri Vano dan teman-temannya tersebut.
"Hai vanoooo."
Vano dan ketiga temannya yang sedang sibuk ngobrol tadi langsung menoleh kearah cewek yang sedang senyum-senyum ga jelas sambil menatap Vano. Dany, Aldo, dan Farhan mengernyit bingung melihat cewek dihadapan mereka ini. Sedangkan, Vano hanya mendengus kesal saat mengetahui yang memanggilnya tadi adalah Dinda.
"Lo anak baru dikelas XI. IPS 1 kan?." Aldo bertanya kepada Dinda, yang langsung diangguki dengan semangat oleh cewek itu.
"Oh, gue Aldo temennya Vano. Dan ini Farhan orang yang paling tidak waras disini. Last, ini Dany orang ganteng tapi bego." Tanpa disuruh, Aldo memperkenalkan dirinya kepada Dinda, sambil menunjuk Farhan dan Dany.
Farhan menatap Aldo dengan kesal. "Heh kadal, gue tuh orang yang paling waras yah disini."
"Tau nih sikutu kadal." Kesal Dany sambil menimpuk Aldo dengan kulit kacang.
"Gue Dinda" Dia tersenyum sambil menatap ketiga teman Vano.
Vano mendengus sambil melirik Dinda yang sekarang sedang menatapnya juga. "Ngapain disini?" Tatapan Vano berubah tajam.
"Nyampe---." *kringgggggg*
Bel masuk sudah berbunyi, membuat Vano langsung pergi begitu saja tanpa memperdulikan Dinda yang melihatnya dengan tatapan sendu.
Dany yang merasa kasihan dengan Dinda, lantas menepuk punggung Dinda. "Sabar yah Din, Vano emang gitu orangnya." Dinda hanya mengangguk mendengar ucapan Dany, dia tau bahkan sangat tau. Sikap dingin dan tidak peduli Vano pasti ada sebabnya. Dan Dinda mengerti akan hal itu.
Gue pasti bisa jadi temen Vano. Harus.
Dinda pamit ke Dany, dan langsung menuju ke kelasnya. Dinda melirik jam ditangan kirinya, mampus gue telat masuk kelassssss.
Dinda lantas berlari cepat menuju kelasnya.
***
Seperti biasa, kelas Vano XI.IPA 4. Guru mata pelajaran Biologi sedang tidak hadir. Jadi kelas mereka kembali free.
Dina, teman kelas Vano sedang berteriak tidak jelas. Bukan tidak jelas sih, sebenarnya Dina sedang kesal. Karena pulpen yang baru dia beli tadi pagi sudah lenyap. Padahal kan dia baru tinggal sebentar. Pertanyaannya sekarang, siapa yang suka maling pulpen dikelas?
"Na, lo berisik banget sih." Dodi, ketua kelas XI IPA 4 merasa terganggu akibat suara cempreng Dina yang terus saja berteriak.
Dina tidak menghiraukan Dodi. "Heh Farhan, pasti lo kan yang ambil pulpen gue?! Ngaku lo!." Farhan yang merasa dituduh oleh Dina lantas segera berdiri diatas bangkunya, lalu menatap Dina dengan geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...