22. Kesendirian

3K 125 8
                                    


-HAPPY  READING-

Vano sudah pulang dari rumah Dinda beberapa menit lalu, meninggalkan Dinda dengan kesepian disini. Dinda menghela napas pelan, tadi Dinda sangat bahagia karena mendapatkan perlakuan manis dari seorang Devano Raihan.

Dinda tidak menyangka, Vano begitu manis menyanyikan lagu yang menurut Dinda sangat bagus.

Dinda lantas naik ke kemarnya, menidurkan badannya dikasur empuk yang ada dikamarnya. Dinda merenung, lalu menghela napas pelan. Dia rindu suasana rumah yang seperti dulu, rumah yang hangat, tidak seperti sekarang. Hanya sepi yang menemani Dinda dihari-harinya.

Dinda merindukan keluarganya yang dulu. Di setiap pagi, Dinda selalu disambut Mama, Papa, dan Abangnya. Tapi sekarang? Dinda kembali menghela napas. Dinda mengerti, Mama, Papa juga Abangnya bekerja untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Dinda mengerti akan hal itu. Tapi apakah Dinda salah, jika merindukan mereka?

Lagi dan lagi Dinda menghela napas lelah, dia tidak ingin berpikir lebih jauh tentang keluarganya saat ini. Yang Dinda ingin lakukan sekarang adalah bersabar dan selalu menunggu. Menunggu sampai keluarganya seperti dulu lagi. Dinda selalu berharap akan hal itu.

Dinda menenangkan pikirannya, lalu memejamkan matanya. Dia ingin beristirahat sejenak dari fantasinya. Dia ingin tidur, dan berharap kalau dia bangun besok, semuanya akan seperti dulu.

Semogaaa . . .

***

Vano baru saja sampai di rumah Farhan. Sewaktu pulang dari rumah Dinda, Dany menelponnya dan menyuruh Vano ke rumah Farhan, katanya sih ada yang mau di omongin. Dasar Dany sok misterius sekali.

Vano melihat Mama Farhan dan Papa Farhan duduk di ruang tamu sambil menonton tv bersama. Vano tersenyum saat Papa Farhan melihatnya dan mempersilahkan Vano untuk naik ke kamar Farhan.

Melihat betapa harmonisnya keluarga Farhan, Vano langsung terkekeh sinis. Dia merindukan Mamanya, orang yang selalu mengerti keadaan Vano dulu. Seandainya saja, Mama dan Papanya seperti Mama Papa Farhan, pasti hidup Vano akan lebih berwarna.

Vano membuang napasnya kasar, dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Vano tidak suka dirinya menjadi orang yang lemah. Dia sudah beberapa tahun hidup dalam kesendirian yang menyiksa, jadi dia sudah terbiasa.

Sepertinya Vano lupa, dia tidak sendiri sekarang. Dia memiliki Dinda, perempuan yang akan selalu siap menemaninya dalam kondisi apapun. yah hanya Dinda.

Vano sampai di kamar Farhan, dia melihat Farhan dan Dany yang sibuk bermain ps, dan Aldo yang sedang berdiri dibalkon kamar Farhan sambil menatap langit-langit malam. Vano mengernyit heran, tumben sekali Aldo seperti itu, biasanya Aldo akan bergabung bersama Dany dan Farhan bermain ps.

Melihat kedatangan Vano, Farhan dan Dany mempause permainannya, lalu menyuruh Vano mendekat dengan mereka.

"Kenapa sih?" tanya Vano.

Farhan menjawab dengan wajah yang sangat heran, "Aldo hari ini aneh banget Van, dia lebih sering diem dan ngelamun. Serem tau gak, heran dah gue sama tuh anak."

Dany mengangguk menyetujui omongan Farhan, "Bener Van, tadi gue nelpon lo dan nyuruh lo cepet-cepet kesini supaya lo ngecek tuh anak. Tau-tau aja Aldo kesambet setan kali ciliwung."

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang