28. Memaafkan

1.9K 97 7
                                    


-Happy Reading-

Suasana di ruang tamu ini masih hening, belum ada yang memulai percakapan lagi setelah penjelasan Raihan dan Anita tadi. Dinda menatap Vano yang masih saja terdiam. Mungkin cowok itu masih mempertimbangkan keputusannya. Dinda harap, keputusan Vano adalah keputusan yang terbaik. Yang dapat mengubah kehidupan Vano sepenuhnya.

"Ehem" deheman Vano membuat semua orang menatapnya penasaran. Entah apa yang ingin dikatakan oleh cowok itu.

Vano sudah memantapkan hatinya, semoga ini keputusan yang terbaik untuk hidupnya kedepan. Vano menatap Ayahnya sekali lagi, menatap wajah yang mulai keriput akibat kelelahan itu dengan tatapan sedih. Dia sadar, dia sudah lama tidak memperhatikan Ayahnya lagi.

Menghela napas pelan, Vano memulai ucapannya, "Vano udah mikirin ini." Raihan menatap Vano dengan gugup, dia selalu berpikir apakah Vano akan memaafkannya atau tidak?

"Vano maafin Ayah dan Tante Anita. Vano akan berusaha untuk memperbaiki ini semua."

Ucapan Vano. Ucapan itu yang ditunggu-tunggu oleh semua orang yang ada di ruangan ini. Setelah mengatakan itu, Vano menatap satu per satu orang yang ada disekelilingnya.

Ayahnya yang menatapnya dengan senyuman haru, begitupun Tante Anita. Kedua orang tua Dinda yang tersenyum sambil menganggukkan kepala mereka kearah Vano. Dan terakhir Dinda. Cewek itu tersenyum tulus kearah Vano, bahkan cewek itu sampai menitihkan air matanya. Vano membalas senyuman Dinda dengan tulus juga. Bagaimanapun, ini semua juga berkat cewek itu.

Raihan berusaha berdiri, ingin melangkahkan kakinya ke arah Vano. Tapi Vano menahannya, "Ayah duduk aja, biar Vano yang kesitu." mendengar itu, membuat Raihan lagi dan lagi tersenyum penuh syukur. Berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah membuat Vano memaafkannya.

Vano melangkahkan kakinya kearah Raihan. Untuk pertama kalinya dia tersenyum kembali kearah Ayahnya itu, setelah kejadian lima tahun lalu. Penjelasan Ayahnya tadi membuat Vano sadar, ini tidak sepenuhnya salah Ayahnya. Ini mungkin sudah menjadi takdir keluarganya, dan Vano berusaha ikhlas dan menerima takdir ini. Sekarang, tugasnya hanya satu; memperbaiki hubungannya dengan Ayahnya dan Tante Anita. Keluarganya.

Vano berlutut di depan Ayahnya. Meraih punggung tangan Ayahnya, menciumnya berkali-kali, sambil mengucapkan kata maaf, "Maafin Deva Yah, Deva salah. Sakit hati Deva membuat Deva benci dengan Ayah tanpa dengerin penjelasan Ayah terlebih dahulu. Maafin Deva Yah." Vano tidak bisa menahan air matanya lagi. Detik itu, air matanya meluruh. Membasahi pipinya. Air mata ini, air mata kebahagiaan. Vano bahagia, tanpa sadar ini yang sebenarnya dia harapkan sedari dulu.

Raihan juga ikut menangis, "Deva gak salah. Ayah yang salah disini." Vano menggeleng.

Mereka larut dengan kesedihan sekaligus kebahagiaan ini. Mereka sadar, setelah hujan akan ada pelangi. Setelah berlarut-larut dengan masalah, akan ada kebahagiaan. Dan sekarang adalah waktunya.

Dinda menatap kedua orangtuanya yang juga tersenyum bahagia menatap Vano dan ayahnya yang sekarang sedang berpelukan. Di dalam hatinya, Dinda berterima kasih kepada Tuhan, karena membuat akhir bahagia dicerita Vano.

Vano melepas pelan pelukan Ayahnya, lalu beralih kearah Anita. Vano tersenyum, lalu mencium punggung tangan Anita juga, "Maafin Vano juga Ma, udah bersikap kasar sama Mama."

Mendengar Vano yang memanggilnya dengan sebutan Mama, membuat Anita kembali meneteskan air matanya. Sungguh, dia bahagia sekarang. Dia tidak pernah menyangka kalau Vano akan memaafkannya. Dia mengusap pelan kepala Vano. "Terima kasih Nak."

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang