26. Pertemuan

2K 101 2
                                    


-Happy Reading-

Vano menunggu Dinda diparkiran. Sudah 15 menit dia menunggu Dinda diparkiran, tapi cewek itu belum saja menampilkan batang hidungnya. Vano menghela napas kasar. Baru saja dia ingin menelpon Dinda, tapi tidak sengaja matanya menatap siluet cewek yang berjalan kearahnya sambil menunduk. Dia sudah tau pasti siapa cewek itu. Iya, cewek itu Dinda.

Vano menunggu Dinda sampai didepannya, setelah Dinda sampai di depannya, Vano mengernyit bingung karena Dinda tidak kunjung mendongak menatapnya. Dalam hitungan detik, Vano memaksa Dinda untuk menatapnya.

"Lo kenapa?" tanya Vano.

Dinda menatap mata Vano, "Gapapa"

Vano mendengus keras, tidak apa-apa gimana. Sudah jelas sikap cewek didepannya ini berbeda 180 derajat dengan sikapnya tadi pagi. Dia lantas melepas tangannya yang bertengger dibahu Dinda, lalu menaiki motornya.

"Kalo gue ada salah, gue minta maaf. Gue gak tau kenapa sikap lo tiba-tiba jadi gini ke gue." ucapan Vano membuat Dinda terdiam, dia semakin menunduk. Takut menatap Vano.

Kembali Vano menghela napas, "yaudah naik." Dinda lantas mengangguk, lalu naik ke motor Vano.

Tidak lama kemudian, motor Vano melesat meninggalkan pekarangan sekolah.

Di perjalanan hening, tidak ada yang bersuara. Vano dan Dinda memilih sama-sama diam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Vano sebenarnya tau apa yang membuat Dinda mendiamkan dia seperti ini, dia masih belum punya cara untuk membuat Dinda kembali berbicara padanya.

Sedangkan Dinda? Dia masih saja larut dalam pikirannya sendiri. Dia tau bahkan tau, kalau apa yang dilakukannya ini salah. Dia tidak bermaksud mendiami Vano, dia hanya sedikit kecewa dengan Vano, walau ini semua bukan sepenuhnya salah Vano. Dinda pusing, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Meminta maaf kepada Vano karena sudah mendiaminya? Dinda orangnya gengsian. Tidak mudah untuk minta maaf duluan. Dinda menghela napas kasar dan memilih untuk tidak melanjutkan pikiran yang hanya bisa membuatnya pusing.

Vano melirik Dinda di kaca spion, dia sedari tadi bingung melihat wajah bingung Dinda. Sepertinya ada yang cewek itu pikirkan, tapi Vano tidak tau itu apa. Memilih untuk tidak terlalu peduli, Vano kembali fokus ke jalanan.

Setelah dua puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai dirumah Dinda, tepatnya di depan pagar Dinda. Dinda turun dan langsung mengucapkan terima kasih. Menunggu Vano untuk segera pulang, tapi sudah beberapa menit menunggu Vano tidak kunjung pulang. Penasaran, Dinda mendongak melihat Vano. Dinda kaget, karena menemukan Vano yang ternyata sedang menatapnya lekat. Vano menghela napas pelan.

Turun dari motornya, dan berdiri tepat dihadapan Dinda. "Lo sebenarnya kenapa sih Din?" Vano mengucapkan itu dengan nada yang sedikit tegas, membuat Dinda sedikit terperanjat.

"Gue gapapa." Bohong!

Vano berdecih, "gak usah bohong, gue tau lo lagi ga-pa-pa"

Dinda masih saja menunduk, "Gue serius. Gue gapapa"

Capek melihat Dinda yang masih saja terus menunduk, membuat Vano terpaksa memegang pipi cewek itu dan memaksanya untuk mendongak. Memaksa Dinda untuk menatap matanya "Tatap mata gue, terus bilang kalau lo lagi gapapa!"

Dinda gugup. Ditatap sedemikian rupa oleh Vano membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ditambah jarak mereka yang bisa dibilang dekat membuat Dinda susah untuk berbicara.

"Ayo bilang. Ayo bilang kalau lo memang lagi gapapa." Ucapan Vano terdengar dingin.

Dinda tidak berani menatap mata Vano, entah mengapa dia merasa terintimidasi dengan tatapan Vano. Akhirnya, dia hanya bisa menghela napas pelan, lalu mengucapkan satu kata yang membuat Vano menatapnya bingung.

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang