30. Manis berujung pahit

2.2K 92 5
                                    


-Happy Reading-

Dinda menatap Vano, jadi cowok itu sedang cemburu? Padahal, dia hanya berbicara dengan Rangga, kakak kelasnya sekaligus ketua osis SMA Nusa. Vano ini, cemburu aja susah banget bilangnya. Dinda menatap Vano sekali lagi, yang masih saja terdiam setelah mengucapkan kalimat tadi.

"Lo kalau lagi cemburu, lucu ya." ucap Dinda. Vano yang mendengar ucapan itu hanya mendengus pelan. Dia juga tidak sadar saat mengatakan itu.

"Cie Vano cemburu" ucap Dinda lagi yang sekarang sudah mencolek-colek pipi Vano.

"Apaansih Din" Dinda terbahak melihat pipi Vano yang memerah. Ternyata Vano juga bisa blushing.

"Lucu ya lo, cemburu tapi kita kan ga punya hubungan spesial." jleb, perkataan Dinda membuat Vano seketika diam. Seperti ada yang menjalar dihatinya, yang terpaksa membuatnya menatap Dinda dengan pandangan yang tidak terbaca.

Entahlah, Dinda mengucapkan itu dengan mata yang menyiratkan kekecewaan. Vano jadi mengingat perkataan Aldo tadi.

"Din" panggi Vano.

"Kenapa?" tanya Dinda.

"Jam 4 sore lo siap-siap. Gue jemput" mendengar itu, membuat Dinda mengernyit bingung.

"Dadakan banget. Mau kemana emang?" tanya Dinda.

"Nanti juga lo tau." ucap Vano, lalu segera berdiri, "ayo turun, bel masuk bentar lagi bunyi." meski masih bingung, tak urung Dinda berdiri lalu menyusul Vano yang sudah jalan terlebih dahulu tadi.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Dan disinilah Dinda berada sekarang, parkiran sekolah. Dinda menunggu Vano sedari tadi. Karena Vano mengabarinya untuk pulang bersama. Tapi sejak lima menit yang lalu, Vano belum juga menampakkan batang hidungnya.

Dinda mengeluarkan ponselnya dari tas, dia ingin menelpon Vano. Menanyakan keberadaan cowok itu. Tapi, baru saja dia ingin memencet tombol call, matanya tidak sengaja melihat Vano yang sedang berjalan menuju parkiran bersama teman-temannya. Dinda kembali menaruh ponselnya kedalam tas. Lalu, memandang cowok yang tidak jauh didepannya itu dengan tatapan kesal. Cowok itu masih saja tertawa bahkan terbahak dengan ketiga temannya. Tidak menyadari, kalau Dinda sudah kesal tingkat akut dengan Vano.

Saat Vano sampai didepannya, "Lama amat." semprot Dinda langsung.

Vano terkekeh, "Maaf, tadi gue piket. Mau kabur, tapi diawasin sama Pak Nasrul. Jadi yah gitu." Dinda hanya menganggukan kepalanya setelah mendengarkan ucapan Vano.

Dinda tersenyum sambil menatap ketiga teman Vano. Farhan, Dany, dan Aldo juga membalas senyum Dinda dengan lebar.

"Dindin" panggil Aldo.

"Dindin? Dinding tembok?" ucap Farhan, yang dihadiahi jitakan pelan di kepalanya.

"Eh bego, dinding sama tembok itu sama!" Farhan yang mendengar ucapan Dany, hanya cengengesan.

"Eh ,Dindin itu panggilan gue buat Dinda." Dany dan Farhan hanya mengangguk sambil beroh ria.

Sedangkan Dinda, hanya terkekeh kecil melihat kelakuan mereka bertiga.

"Dindin" panggil Aldo sekali lagi.

"Kenapa Al?" jawab Dinda sambil menatap Aldo.

"Temen lo pakabar?" seakan tau arah pertanyaa Aldo, membuat Dinda tersenyum geli.

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang