Pagi harinya, Dinda sudah siap untuk ke sekolah. Dinda sudah memakai sepatunya, lalu langsung menuju ke meja makan, untuk sarapan. Sebenarnya, Dinda malas sarapan, tapi dia takut kalau abangnya marah. Setelah sarapan, Dinda memaksa abangnya untuk cepat-cepat ke sekolah."Ayolah Bang. Ini udah jam berapa ish" Dinda masih saja menarik-narik tangan Aldi, Abangnya.
Bukan tanpa alasan Dinda memaksa abangnya untuk cepat-cepat berangkat sekolah. Dinda ingin segera bertemu Vano, dan bertanya apakah benar Vano yang menggendongnya semalam sampai kamar? Memikirkannya saja, sudah membuat Dinda malu.
"Iya, sabar dek" Aldi berjalan ke arah ruang keluarga untuk mengambil kunci mobilnya.
"Ayo cepet Bang" Dinda mengikuti Aldi.
Setelah mengambil kunci mobil Aldi, mereka berdua berjalan ke arah garasi, dimana mobil Aldi berada. Dinda dan Aldi menaiki mobil, lalu segera berangkat ke sekolah Dinda.
"Kamu kenapa dek?" Dinda menoleh kearah Aldi, lalu mengernyitkan keningnya bingung. Emangnya gue kenapa?
"Kenapa apanya? Dinda gak kenapa-kenapa kok Bang." Aldi menatap Dinda curiga, tapi detik berikutnya dia menghela napas pelan. Lalu kembali fokus kearah jalan.
Hening cukup lama, sampai Aldi membuka suara lagi. "Pulang sekolah, Abang gak bisa jemput dek"
"Yahhh, terus Dinda pulang sama siapa dong?" Dinda menatap Aldi dengan tatapan memelas.
Gue kan bisa minta anter sama Vano?
"Eh iya deng Bang, Dinda pulang bareng temen aja." Aldi yang bingung, lantas hanya mengangguk mendengar ucapan Dinda.
Setelah 15 menit, akhirnya mobil Aldi sampai didepan sekolah Dinda, SMA Nusa. Setelah menyalimi Abangnya, Dinda segera keluar dari mobil dan berjalan dikoridor menuju ke kelasnya. Mata Dinda menuju kearah lapangan basket, disana tidak ada teman-teman Vano. Biasanya kan disana tempat kumpul mereka. Mungkin mereka belum dateng.
Dinda melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Sesekali dia tersenyum saat ada yang menyapanya. Dinda masuk kelas dan menemukan Anggi yang sudah duduk dibangkunya. Anggi yang melihat Dinda, langsung menatap Dinda heran.
Menyadari tatapan Anggi, membuat Dinda tersenyum geli. "Kenapa lo?"
"Tumben lo dateng cepet, ada apa gerangan?" Anggi masih menatap Dinda heran.
"Lah? Gue dateng lama salah. Giliran gue dateng cepet dikritik. Emang yah, jadi manusia itu susah" Dinda menatap Anggi dengan senyum smirknya.
"Kalau jadi manusia itu susah, kenapa lo gak jadi hewan aja sekalian?" Anggi bertanya, sambil tersenyum menggoda kearah Dinda.
"Skak" Anggi dan Dinda terbahak. Dasar orang-orang gaje.
"Eh iya, hari ini gak ada ulangan kan Gi?" Anggi berpikir sebentar, lalu menggeleng.
"Gak ada kayanya" Dinda menganggukan kepalanya.
"Gi, gue keluar bentar yah" Anggi yang sedang sibuk dengan ponselnya, lantas hanya mengangguk.
Dinda keluar dari kelas, rencananya dia ingin ke kelas Vano. Dinda berjalan menyusuri koridor kelas sebelas. Dia sudah sampai di depan kelas Vano, XI. IPA 4.
Dinda melihat kedalam, dan menemukan Farhan yang sedang menulis. Tumben Farhan rajin.
"Oy Din" Dinda melonjak kaget saat merasakan seseorang menepuk punggungnya. Dinda menoleh dan menemukan Aldo yang sekarang sedang cengar-cengir gak jelas. Dibelakang Aldo, ada Dany yang mukanya seperti orang yang masih ngantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...