-Happy Reading-Pagi ini, Dinda bangun lebih cepat dari biasanya, tidurnya semalam juga sangat nyenyak. Mungkin karena masalahnya dengan keluarganya sudah selesai. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya, Dinda memperhatikan penampilannya di cermin.
Setelah merasa semuanya sudah selesai, Dinda lalu mengambil tasnya di meja belajar. Lalu turun kebawah, karena keluarganya sudah menunggu untuk sarapan. Tiba di meja makan, Dinda makin melebarkan senyumnya. Ini yang dia harapkan selama beberapa hari terakhir ini. Pemandangan yang sudah lama tidak dia lihat, sekarang sudah terjadi.
Papanya yang duduk di meja makan sambil membaca koran, Mamanya yang sibuk menata sarapan di meja makan, Randi yang sibuk memainkan ponselnya, dan terakhir Abangnya yang sibuk memainkan laptopnya sambil memakan roti. Pemandangan yang indah bagi Dinda.
"Selamat pagiiiiiiii" sapa Dinda, sambil duduk dihadapan abangnya.
"Pagii dek." Aldi menjawab, sambil tersenyum kearah Dinda.
"Dek kamu mau bawa bekal ga?" tanya Mama Dinda yang entah sejak kapan sudah ada disamping Dinda.
"Mauu Mah." Mama Dinda tersenyum ketika melihat putri cantiknya itu sangat bersemangat. Setelah itu, dia pergi untuk menyiapkan bekal Dinda.
"Dek mau bareng abang gak berangkatnya?" tanya Aldi.
"Gak deh Bang, Vano mau jemput kayanya." mendengar nama asing yang disebut putrinya tadi, Papa Vano seketika melipat korannya dan menatap putrinya lekat.
"Vano? Vano siapa?" Dinda menoleh kesamping, ketika mendengar suara Papanya.
"Vano temen Dinda pah, tapi kayanya Papa kenal deh sama dia." dahi Papa Dinda berkerut, kenal? dia saja baru mendengar nama itu hari ini.
"Vano itu anaknya sahabat papa dulu, Om Raihan." mendengar itu papa Dinda hanya mengangguk, tapi sepersekian detik bola matanya membulat sempurna.
"Apa? Kamu bilang apa tadi?" Dinda heran melihat Papanya.
"Vano itu anaknya Om Raihan." Dinda mengulangi perkataannya sekali lagi.
"Kamu serius?" Dinda mengangguk.
Melihat suaminya yang serius, Mama Dinda lalu segera menghampiri mereka di meja makan sambil membawa bekal ditangannya.
"Ada apa sih? Kok mukanya pada serius semua?" tanya Mama Dinda sambil menatap suami dan putrinya secara bergantian.
"Mah, ternyata Deva temannya Dinda." dahi Dinda mengernyit mendengar omongan Papanya. Deva? Deva siapa pula. Sedetik berikutnya Dinda ingat kalo Deva itu panggilan Vano saat masih kecil dulu.
"Mama sama Papa kenal Vano?" Papa Dinda mengangguk.
"Iya sayang, Kita udah lama cari dia. Tapi ternyata, kamu sendiri yang membawa dia ke kami." Dinda semakin bingung, apalagi sekarang melihat mamanya yang sudah ingin menangis.
"Sebenernya kenapa sih Pah?" tanya Dinda.
"Nanti malam, kamu ajak Vano kesini yah, bilang aja diundang sama Papa sama Mama." meskipun masih tidak mengerti, Dinda hanya mengangguk saja.
Mendengar suara langkah, membuat Dinda menolehkan kepalanya ke samping. Dinda melihat Bi Asih yang tergesa-gesa menuju ke meja makan.
"Non, Den Vano udah nunggu diluar." mendengar ucapan Bi Asih, membuat Dinda mengangguk sambil tersenyum.
"Iya Bi" Dinda lantas segera berdiri dan segera pamit kepada kedua orang tua dan abangnya serta sidekil Randi.
"Dinda duluan yah semuaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...