Dinda memandang laki-laki didepannya ini dengan pandangan tidak terbaca. Dia jadi bingung, kenapa ayah Vano bisa mengenalnya? Menyadari tatapan Dinda, membuat Raihan--Ayah Vano tersenyum."Kamu tidak mengenali Om?" ujar Ayah Vano.
Dengan tersenyum canggung, Dinda tersenyum "Gak Om" ucapnya.
"Emang om kenal Dinda yah?" Dinda mengucapkan itu dengan nada yang cukup sopan.
"Sangat-sangat mengenali kamu Dinda." Raihan memandang Dinda dengan tersenyum maklum.
Raihan lalu memanggil Bi Inah, pembantu Rumah tangga mereka untuk membuatkan Dinda minum dan segera menyiapkan makan malam. "Eh iya Bi, Panggil nyonya sekalian juga" Ucap Raihan kepada Bi Inah.
"Baik tuan" Setelah mengucapkan itu, Bi Inah segera pamit untuk ke dapur.
Dinda menatap Ayah Vano dengan masih tersenyum canggung, otaknya masih belum bisa mencerna kejadian ini dengan baik. Dia masih bingung, bagaimana bisa Ayah Vano bisa mengenalnya? Apa Vano pernah bercerita tentang dia kepada Ayahnya? Dinda menggeleng-gelengkan kepalanya saat pemikirannya kemana-mana.
Raihan menolehkan kepalanya kearah Dinda "Duduk Nak" ucapnya.
"Eh iya om" Dinda segera duduk disingle sofa tepat dihadapan Ayah Vano.
"Kamu temenan sama Deva sejak kapan?" Mendengar ucapan Ayah Vano, membuat Dinda mengernyitkan kepalanya bingung.
"Deva? Deva siapa yah Om?"
Raihan tersenyum, "Vano. waktu kecil dia lebih suka dipanggil Deva, Devano Raihan." Dinda hanya mengangguk mendengar ucapan Ayah Vano.
"Eum Om, Dinda boleh nanya?" Ujar Dinda sambil menatap Ayah Vano dengan sopan.
"Silahkan. Dinda mau nanya apa?"
"Kok Om Raihan bisa kenal Dinda?" Dinda menatap Raihan dengan penasaran.
"Sepertinya kamu benar-benar lupa dengan om" Mendengar itu, Dinda hanya tersenyum minta maaf kearah Ayah Vano.
Raihan melanjutkan omongannya, "Baiklah, Om akan membantu kamu mengingat Om." Dinda mengangguk. "Kamu ingat tidak? waktu kamu masih berumur Enam tahun, Ayah Kamu pernah bawa kamu kesini."
"Ayah? jadi om temannya ayah?" Raihan mengangguk.
"Ayah kamu itu sahabat Om dari SMA, sekarang juga lagi jalani proyek sama-sama." Raihan melanjutkan omongannya, "Waktu itu, Ayah kamu kenalin kamu ke om dan Mamanya Deva. Terus Om kenalin kamu ke Deva, jadi kalian dulu akrab banget waktu kecil. Tapi, waktu kamu pindah ke Malang, kalian jadi jarang ketemu. Tapi kayaknya, sekarang kalian jadi deket lagi kan?" Setelah menyelesaikan omongannya, Ayah Vano menatap Dinda dengan senyum lebar.
Sedangkan Dinda, dia masih meresapi penjelasan Ayah Vano. Dia ingat sekarang, bahkan sangat ingat, dulu ada bocah laki-laki yang selalu menemani hari-harinya sebelum Dinda pindah ke Malang. Dan ternyata, bocah laki-laki itu adalah Vano. Sungguh, Dinda sangat terkejut mendengar fakta baru yang dia tau. Ternyata, Dunia sangat sempit. Dia tidak menyangka bahwa bocah laki-laki yang dulu selalu tersenyum bahagia sekarang tumbuh menjadi sosok yang dingin dan tak tersentuh.
"Eh ada tamu" Suara itu membuat lamunan Dinda terganggu, dia menoleh kearah sosok perempuan cantik yang sedang menggendong bocah perempuan.
Saat perempuan itu tiba dihadapannya, Dinda lantas segera berdiri, dan menyalimi perempuan itu."Saya Dinda tante, temannya Vano." Anita--Perempuan itu tersenyum menatap Dinda.
"Duduk Nak" Dinda lantas duduk dan melihat perempuan itu juga ikutan duduk, tapi disamping Raihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...