Pagi harinya, Dinda sedang menunggu Vano diteras rumahnya. Seperti janji Vano semalam sebelum dia pulang, Vano akan berangkat sekolah bersama Dinda."Aishh, Vano lama amat sih." Dinda bosen banget, soalnya abangnya juga udah berangkat pagi-pagi tadi. Biasa urusan kantor.
Senyum Dinda lantas mengembang kala melihat Vano sudah sampai dihalaman rumahnya.
Vano terlihat ganteng pagi ini. Jaket hitam yang dipakainya, baju keluar, rambut acak-acakan. Tipekal badboy sekali bukan?
Senyum Dinda lantas hilang, saat melihat pakaian Vano pagi ini. Dinda jadi kesal sendiri melihat Vano yang berantakan sekali. Walau, sebenarnya Vano memang terlihat ganteng dengan rambutnya yang acak-acakan itu.
Setibanya Vano didepan Dinda. Dinda langsung memandang Vano dengan kesal.
Menyadari tatapan Dinda, Vano lantas bertanya. "Kenapa?" Seperti biasa, dengan muka datarnya yang ganteng itu.
"Ihh Vano, niat sekolah gak sih?" Dinda kesal sekali melihat Vano yang enteng-enteng aja.
"Niat" seperti biasa, singkat.
"Kalo niat, kenapa pakaiannya berantakan gini?" Dinda memandang Vano masih dengan tatapan kesalnya.
"Ini juga, kenapa rambutnya acak-acakan banget." Kata Dinda sambil mengacak pelan rambut Vano.
Melihat kelakuan Dinda, Vano hanya mampu tersenyum. Entah mengapa Dinda sangat menggemaskan pagi ini.
Vano memegang tangan Dinda yang ada dikepalanya. "Din, mau tau alasan kenapa penampilan gue berantakan banget?" Vano bertanya, Dinda mengangguk.
"Gue tadi telat bangun. Jadi gak sempat nyetrika baju dan rapihin dandanan gue. Gue emang biasanya bodo amat kalo telat. Tapi, gue inget lo. Mulai sekarang kan kita berangkat bareng, dan gue ga mau lihat lo dihukum gara-gara telat. Karena sekarang, lo itu tanggung jawab gue Din, jangan ngebantah." Vano terkekeh geli saat melihat Dinda yang tersenyum malu-malu, ditambah lagi dengan warna merah merona dikedua pipi gadis-nya.
"Ihh Vano." Dinda lantas menabok lengan Vano yang berotot itu.
"Lagian. . ." Vano memberhentikan omongannya, sambil tersenyum menggoda kearah Dinda.
"Lagian apa?" Dinda bingung sekaligus penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Vano.
"Lagian gue tambah gantengkan kalo kaya gini." Vano tersenyum jahil kearah Dinda.
"Dih, pede banget sih." Mereka berdua terkekeh. Kenapa mereka jadi bgini yah?
"Udah deh. Berangkat kuy, nanti gerbang ditutup lagi." Vano mengangguk dan memberikan helm kepada Dinda.
Setelah memakai helm, Dinda lantas naik kejok belakang motor Vano.
Merekapun lantas berangkat meninggalkan pekarangan rumah Dinda, menuju sekolah.
***
Sesampainya diparkiran sekolah, semua orang langsung melihat kearah Dinda dan Vano. Mereka kaget karena untuk pertama kalinya, mereka melihat Vano kesekolah dengan seorang perempuan. Terlebih lagi perempuan itu adalah Dinda.
Dinda mendengus kesal saat merasakan dia menjadi pusat perhatian siswi-siswi SMA Nusa.
"Ngapain sih mereka merhatiin kita Van?" Vano hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Yaudah deh, makasih. Gue ke kelas duluan." Dinda lantas berbalik, sebelum omongan Vano menghentikan langkahnya.
"Bareng aja." Dinda mengangguk sambil menunggu Vano mengunci motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...