4. Tidak Peduli

4.9K 219 6
                                    

Malam harinya, Dinda sedang bersiap-siap dikamarnya. Dia, Anggi, dan Alya berencana untuk ke Mall malam ini. Tadi, Alya ingin ditemani, katanya sih pengen beli kado buat mamanya. Sebentar lagi kan mamanya ulang tahun.

Dinda memandangi dirinya didepan cermin, sambil memoleskan sedikit bedak diwajah cantiknya.

"Kalo dilihat-lihat, gue cantik juga yah." Dinda terkekeh, kok dia jadi narsis gini sih haha.

Tok tok

"Dek, ada temen kamu dibawah." Suara Bang Aldi lantas membuatnya menoleh kearah pintu.

"Bentar banggg."

Sekali lagi Dinda memeriksa dandanannya, setelah semua siap, dia lantas segera turun untuk menemui Anggi dan Alya.

Sesampainya diruang tamu, Dinda melihat Mamanya sedang berbincang dengan kedua temannya.

"HAI HAI SEMUA." Suara itu, membuat ketiga orang yang sedang asik berbincang itu, menoleh keasal suara itu.

"Kamu kok lama banget dek, kasihan kan temen kamu nunggu lama."

"Namanya juga cewek Ma. Yaudah, aku sama temen aku jalan dulu yah Ma" Mama Dinda hanya mengangguk sambil memerhatikan anaknya yang sibuk menarik kedua temannya untuk keluar.

***

Vano menatap ketiga temannya dengan pandangan kesal. Bagaimana tidak? Mereka sudah menganggu malam minggunya. Mereka memaksa Vano untuk ikut mereka ke Mall. Bayangkan, seorang cowok seperti Devano Raihan ke Mall? aneh sekali bukan.

Aldo yang melihat muka kesal Vano lantas memukul punggung Vano.

"Kenapa sih lo? Kusut amat, kaya baju belum dicuci aja." Aldo cengengesan melihat tampang Vano yang makin kusut.

"Ngapain sih ke Mall segala!"

"Aduh Vano si es kutub. Denger yah, kita ke Mall itu buat cuci mata. Ngerti? Lagian ikut aja apa susahnya sih" lagi dan lagi, Vano hanya bisa menghela napas kasar.

"Gue naik motor." Mendengar itu, Farhan mengangguk lalu masuk kemobil Aldo.

Sesampainya di Mall, keempat cowok itu memilih langsung makan saja. Katanya sih, Farhan harus butuh tenaga sebelum lihat cewek cantik, takut ga kuat katanya. Ga ada hubungannya kan? Namanya juga Farhan, kalo ngomong suka gak ada isinya.

Mereka berempat duduk disalah satu meja, lalu Dany memanggil pelayan, setelah mencatat pesanan mereka, pelayan itu pergi. Aldo memperhatikan sekitar, sampai satu objek membuatnya hampir tersedak.

"Itu bukannya Dinda?" Mendengar nama Dinda, Vano langsung menengok kearah yang ditunjui Aldo. Benar, dia Dinda. Ngapain anak itu disini? Vano mendengus kasar. Kenapa Dinda selalu ada disekitar Vano? Apa gadis itu menguntitnya? Vano menggeleng keras karena pikirannya yang suka kemana-mana.

Dia terus memperhatikan Dinda, sampai gadis itu juga menatapnya. Raut wajah gadis itu berubah kaget saat melihatnya, tapi dia langsung senyum sambil melambaikan tangan kearah Vano. Vano menghela napas, sambil membuang pandangannya tidak lagi menatap Dinda.

Dinda bingung kenapa Vano memutuskan kontak mata mereka. Apa Vano marah kepadanya? Pertanyaan itu terus terngiang dipikiran Dinda.

Dinda ingin menghampiri Vano, tapi dia urungkan, karena dia tidak ingin Alya dan Anggi bertanya macam-macam padanya. Terpaksa, dia melanjutkan makannya sambil sesekali melirik meja dimana Vano dan ketiga temannya makan.

Setelah membayar pesanan mereka. Vano dan ketiga temannya lantas keluar dari tempat makan tersebut, lalu memilih berjalan kearah bioskop.

Kembali ke Dinda. Setelah membeli keperluan, Alya dan Anggi memilih pulang. Sebenarnya, tadi Alya mengajak Dinda pulang, tapi Dinda tidak ingin pulang. Terpaksa lah Alya dan Anggi pulang duluan.

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang