5. Sebuah Usaha

4.6K 197 8
                                    


Hari ini hari senin. Hari dimana kita harus berdiri panas-panasan sambil ngedengerin pidato yang membuat telinga panasss. Entah kenapa banyak siswa jaman now, yang tidak suka dengan yang namanya upacara.

Dinda yang sudah ada ditengah-tengah barisan memilih menyandarkan kepalanya kebahu Anggi.

"Gila, ini upacaranya kenapa lama banget? Tuh guru gak capek apa ngoceh mulu!" Anggi mengangguk mendengar ucapan Dinda.

'Tau nih, kaki gue udah pegel banget sumpah!" Anggi mengeluh sambil mengusap keringat yang ada dikeningnya.

"Kalian jangan ngeluh terus, kita harus ikutin upacara dengan hikmat sampai selesai." Alya menasehati kedua temannya dengan muka yang sok bijak.

Sementara Dinda dan Anggi melihat temannya ini dengan tatapan tak percaya.

"Sakit lo?!" Mendengar pertanyaan Dinda, membuat Alya mendengus dan kembali fokus kedepan.

***

Setelah upacara, Vano dan ketiga temannya memilih untuk kekantin terlebih dahulu sebelum masuk kelas.

"Kak dimas ngechat gue nih." Suara Aldo membuat Vano, Farhan, dan Dany melihat kearahnya.

"Dia bilang apa?"

"Ngajakin main basket jam istirahat nanti." Vano hanya mengangguk mendengar ucapan Aldo.

"Gimana Van?" Dany melihat Vano yang sedari tadi sibuk menatap arah lapangan, entah apa yang dia pikirkan.

"Ayo aja"

Mendengar itu, Aldo langsung membalas pesan Dimas.

"Vano"

Merasa ada yang memanggil namanya, Vano melirik sebelah kanannya, dan menemukan sosok gadis yang paling ingin dia hindari. Siapa lagi kalo bukan Dinda. Vano mendengus melihat cewek di depannya ini yang sedang senyum-senyum tidak jelas sambil menatapnya. Ngapain lagi sih nih cewek?

"Vano Vano Vano Vano Vano" Dinda terus saja memanggil Vano, sampai cowok itu mau menatapnya.

"Diem"

"Ga mauuuu" Vano menatap Dinda dengan kesal. Malas berurusan dengan Dinda, membuat Vano memilih berdiri dan berjalan keluar kantin.

Dinda yang melihat Vano berjalan menjauhinya, membuat Dinda langsung mengejar Vano.

Dinda berusaha melupakan sakit hatinya terhadap Vano atas kejadian malam minggu kemarin. Dia sudah pikirkan matang-matang. Dia akan tetap berusaha buat dekat dengan Vano.

"Vano tungguuuu" Aldo menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Dinda yang mengejar Vano.

"Gak ada kapoknya tuh anak ngejer es kutub." Dany mengangguk menyetujui omongan Aldo.

"Itu baru namanya perjuangan! Disaat kita benar-benar sayang sama seseorang, kita bakal terus berusaha buat dekat atau dapetin hatinya. Dan itu yang lagi Dinda lakuin sekarang." Farhan dan Aldo mengangguk mendengar Dany. Kalo urusan begini, yah memang Dany ahlinya.

"Tapi, kalo Vano terus-terus menghindar dari Dinda kaya tadi gimana?"

"Itu semua kita kembaliin ke Dinda. Dia mau lanjut perjuangin Vano atau gak, karena manusia juga ada batas lelahnya! Saat dia benar-benar lelah dengan apa yang dia perjuangin, dia bakal berhenti. Bukan karena udah gak mau berjuang lagi, tapi karena dia sadar. Buat ngejar orang yang lagi lari terus tanpa mau berhenti itu bukan hal yang mudah!"

Aldo menepuk bahu Dany. "Lo tadi ngomong apaan? Kok bijak banget?"

Dany menoyor kepala Aldo "heh kadal, gue udah ngomong panjang kali lebar, tapi lo gak dengerin? Mati sana lo!"

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang