Sesampainya Vano diapartemennya, dia memilih untuk langsung bersih-bersih lalu makan. Setelah itu, dia mengeluarkan DVD game terbarunya. Vano terkadang bosan, hidupnya hanya seperti ini saja setelah kepergian bundanya.Terkadang, Vano rindu masa-masa indah dulu. Sebelum seseorang merusak masa-masa itu. Seseorang yang membuat bundanya pergi, seseorang yang membuat Vano menderita seperti ini. Tak terasa, tangannya terkepal kuat menahan gejolak emosi saat mengingat kejadian itu.
Vano berusaha meredam emosinya, dia menghela napas pelan. Kapan hidupnya bahagia seperti anak lain diluar sana? Memiliki ayah dan bunda yang menyayangi mereka. Vano terkekeh miris.
Memilih mematikan tv, Vano lantas mengecek ponselnya yang dari tadi sudah bergetar. Dia melihat banyak notifikasi dari teman-temannya.
The gansss😎
Aldodn : ibu ibu bapak bapak semua yang ada disiniiiiiiii
Aldodn : kumpul kuy
Aldodn : dicafenya Vano aja
Aldodn : hoi guys
Aldodn : yang sider gue sumpahin matanya benjol satu.Farhangans : heh onta cina, berisik amat sih lo! ganggu orng main game aja
Dany_ : tai nih sikadal
Dany_ : tau*Farhangans : typomu tak berfaedah nak_-
Farhangans : Dan, mau gue ajarin cara ngetik dengan baik dan benar kaga?Dany_ : bacot.
Aldodn : monyet!
Aldodn : pada mau ngumpul kaga?Farhangans : gue ikut aja.
Dany_ : ^2
Devanorhn : yok.
Vano bersiap-siap, lalu segera turun ke loby untuk segera ke cafenya.
Vano mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, dia ingin menikmati angin malam yang selalu membawa ketenangan tersendiri buat Vano. Dia selalu suka dengan angin malam, karena angin malam terkadang bisa membuatnya melupakan masalahnya sebentar saja.
Setelah 20 menit mengendarai sepeda motornya, Vano sudah sampai dicafenya. Dia memarkirkan motornya dan segera masuk kedalam. Dia melihat Aldo dan Farhan yang sudah duduk adem di meja pojok kanan samping jendela.
Vano duduk di depan Farhan. "Dany mana?"
Aldo yang sudah mematikan ponselnya, lantas menoleh kearah Vano, "Masih di jalan." Mendengar itu, Vano hanya mengangguk mengiyakan.
Tidak lama kemudian, Dany juga sudah sampai dicafe Vano, dia langsung duduk disamping Vano. Dany menatap ketiga temannya yang sedang menatap Dany dengan pandangan bingung.
"Pada kenapa sih?" Vano mengindikkan bahunya acuh.
"Kok elo lama amat Dan?" Mata Farhan memicing curiga kearah Dany.
"Macet" Melihat Aldo dan Farhan yang masih menatapnya dengan tatapan seakan dirinya baru saja melakukan suatu kesalahan, Dany lantas memukul kedua kepala sahabatnya itu.
"Pada mikirin apa sih lo?" Farhan dan Aldo mengalihkan tatapannya saat melihat tatapan Dany berubah menjadi tajam.
Vano memilih tidak peduli pada ketiga sahabatnya ini. Dia memilih bermain games di ponsel kesayangannya itu. Sampai suara Dany, membuatnya terpaksa mendongak.
"Lo kenapa sama Dinda?" Vano menegang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dany, tapi sedetik kemudian dia memilih menggelengkan kepalanya.
"Serius Van, akhir-akhir ini kok gue jarang yah lihat Dinda samperin lo? Biasanya kan dia suka banget gangguin elo" Vano mendengus dengan keras, dia sedang malas membahas topik ini, karena akan membuat moodnya sangat hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...