Dinda menunggu Vano di depan kelasnya. Tadi, Vano mengirimi Dinda pesan menyuruhnya untuk menunggu di depan kelas Dinda saja. Dinda berpikir, apa Vano sudah berubah sepenuhnya? Jika iya, Dinda sangat bersyukur akan hal itu, karena jika sifat Vano seperti ini, dia akan lebih mudah dekat dengan Vano."Lama banget sih Vano" Dinda bergumam kesal.
Setelah 15 menit menunggu Vano, akhirnya Dinda memilih ke arah parkiran. Dia kesal dengan Vano, kenapa cowok itu lama sekali? Dikira menunggu itu enak apa.
"Dinda" panggilan itu membuat Dinda menoleh dan mendapati Vano yang menunduk sambil mengatur napasnya. Vano terlihat sedang ngos-ngosan. Dahi Dinda mengernyit bingung. Tanpa berpikir lama, Dinda berjalan kearah Vano.
"Kenapa lama?" Ucapan itu membuat Vano mendongak dan melihat Dinda menatapnya dengan sinis.
"Maaf, tadi abis bantuin Pak Said dulu" Vano menatap Dinda dengan lembut.
Dinda terkejut melihat tatapan Vano, ini pertama kalinya Vano memperlihatkan tatapan yang begitu lembut ke Dinda. Biasanya kan, Vano hanya menatap Dinda dengan datar dan tajam. Tapi sekarang, semuanya sudah berbeda.
Dinda memilih mengangguk, "yaudah"
"Jadi pulang bareng kan?" Tanya Vano sambil menatap Dinda.
"Jadilah!" Vano terkekeh melihat Dinda yang begitu bersemangat. Dinda yang melihat kekehan Vano, lagi dan lagi terkejut. Sepertinya benar, Vano sudah berubah.
"yaudah ayo" Dinda dan Vano melangkahkan kaki mereka menuju parkiran.
Sesampainya mereka berdua di parkiran, mereka melihat Aldo, Farhan, dan Dany yang berdiri di samping motor Vano. Dinda mengernyit bingung melihat keberadaan tiga makhluk yang kasat mata di hadapannya ini.
"Wetss Dinda, pulang bareng mas Vano nih?" Ucapan Farhan membuat yang lainnya terkekeh.
"Yoi dong" Farhan terkekeh mendengar ucapan Dinda.
Vano menatap ketiga sahabatnya dengan pandangan bingung, "Kenapa kalian belum pulang?"
Dany menatap Vano, "Kita nungguin lo, tapi ternyata lo pulang bareng Dinda." Dany mengerlingkan mata kepada Vano, sambil tersenyum menggoda. Usaha gue gak sia-sia nih.
"Tau nih sih Mas Vano, kita tuh udah capek nungguin kamu loh Mas. Tapi ternyata kamu pulang bareng Dinda. Kit hati adek mass" Aldo menatap Farhan jijik.
"Najis lo kutu kadal!" Ucap Aldo sambil menoyor keras kepala Farhan.
"Temen siapa sih lo? Najisin banget" Dany ikut-ikutan menoyor kepala Farhan.
Dinda dan Vano hanya menyaksikan ketiga orang itu dengan tatapan geli.
"Kalian berdua kenapa sih? Kok nyiksa dede? Dede tuh gak bisa diginiin Mas" Ucap Farhan sambil memasang muka yang minta ditabok.
"NAJIS!" Ucap Dany dan Aldo secara bersamaan.
"Udah ah, Vano Dinda, kita duluan yah. Yok Dan, tinggalin aja nih kutu kadal" Setelah mngucapkan itu, Aldo menarik Dany masuk ke mobilnya. Meninggalkan Farhan yang sekarang sedang menatap mobil itu dengan pandangan kesal.
"Sial! Ditinggal lagi kan gue" Farhan menghentakkan kakinya kesal.
"Makanya jadi orang jangan terlalu alay Han" Dinda terbahak melihat wajah kesal Farhan.
Vano menatap Farhan dengan senyum tipis, "Kasihan amat temen gue"
"Terus gue pulang sama siapa dong?!" Farhan menghentakkan kakinya kesal, membuat Vano dan Dinda hanya menggelengkan kepalanya maklum.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Подростковая литература[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...