Hari ini hari selasa. Hari ini tepat tiga hari Dinda menjauhi Vano. Vano merasa hari-harinya tidak semangat lagi, entah kenapa? Mungkin karena dijauhi oleh Dinda. Harusnya kan Vano biasa saja, karena ini kemauannya sendiri.Vano juga akhir-akhir ini suka marah-marah tidak jelas. Farhan, Aldo, dan Dany terkadang heran melihat Vano. Seperti saat ini, Vano marah-marah kepada adik kelas yang tidak sengaja menabrak punggungnya.
"Aelah Van, udahlah" Farhan menyuruh Vano untuk berhenti marah-marah. Dia kesal sendiri melihat Vano yang seperti ini.
"Lo denger gue gak?! Lain kali kalo jalan pake mata bego!" Vano menatap adik kelas di depannya ini dengan tatapan yang tajam, bahkan sangat tajam.
Aldo yang sudah muak mendengar Vano marah-marah karena masalah sepele, lantas segera menarik kerah baju Vano lalu membawanya menjauhi adik jelas itu serta orang-orang yang mngerumuni mereka, dasar orang-orang kepo.
Vano meminta Aldo melepaskan kerah seragamnya, "Aldo bangsat! Lepasin gak? Mau mati lo?!"
Aldo menatap Vano dengan tak percaya, ada apa sebenarnya dengan Vano? Kenapa dia seperti seorang psysco?
"Lo akhir-akhir ini kenapa sih Van? Suka Marah-marah gak jelas! Kalo ada masalah cerita bego."Dany mulai jengah dengan kelakuan Vano akhir-akhir ini.
Vano melepas paksa kerah bajunya yang dicengkram oleh Aldo, lalu tanpa pamit dia segera meninggalkan teman-temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan bingung.
"Dia sebenarnya kenapa sih?" Farhan bertanya sambil menatap Aldo dan Dany.
"Gue rasa ini bukan masalah sepele." Aldo dan Farhan mengangguk mendengar ucapan Dany.
"Tapi setidaknya dia cerita ke kita kita"
"Mungkin dia belum siap ceritaiin ke kita" Farhan menghela napasnya pelan.
"Yaudah masuk kelas yok" Lalu ketiganya lantas segera menuju ke kelas.
***
Sementara di rooftop, Vano sedang mengatur emosinya yang sedang kalang kabut. Dia juga bingung, kenapa emosinya akhir-akhir ini gampang sekali meledak. Entah ini karena Dinda atau karena ada alasan lain.
Vano menghela napasnya pelan, dia bodoh sekali. Kenapa waktu itu dia meminta Dinda untuk menjauhinya, coba saja dia tidak melakukan tindakan bodoh itu. Sudah dipastikan, sekarang dia sedang bersama cewek itu dan mendengar omongan tidak penting cewek itu.
Entah angin dari mana, Vano tersenyum mengingat wajah kesal Dinda saat dia membalas omongannya dengan singkat. Dia ingat bagaimana semangatnya Dinda saat sedang menonton dirinya bermain basket. Vano tidak mau mengakui, kalau sebenarnya dia rindu dengan semua hal-hal kecil yang biasa Dinda lakukan.
Lagi dan lagi, Vano menghela napasnya kembali. Lalu Dia mengecek ponselnya dan melihat chat terakhir yang Dinda kirimi untuknya.
Adinda Ka_ : vanoo
Adinda Ka_ : vanoo balas dong!!!!
Adinda Ka_ : ih dasar es kutub, diread doang masaDevanorhn : brsk!
Adinda Ka_ : sensi bnget sih bang:(
Adinda Ka_ : jangan galak-galak, entar aku gak sayang lagi wkwk
Adinda Ka_ : anjir, geli sendiri gue😂
Adinda Ka_ : yaallah, diread LAGI?-_-
Adinda Ka_ : van, jangan cuek cuek, nanti gue diambil orang lho. baru deh situ nyesel
Adinda Ka_ : capek yah nungguin balesan chat dari lo
Adinda Ka_ : ydh, gue tidur, bye.Vano tanpa sadar terkekeh membaca chat terakhir dari Dinda, itu chat dimalam hari sebelum dia meminta Dinda untuk menjauhinya.
"Gue gak konsisten yah Din sama pilihan gue? Gue yang nyuruh lo ngejauh, tapi gue sendiri yang kangen haha."
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] DEVANO (Completed)
Teen Fiction[JUDUL AWAL PERFECT BOY] Devano Raihan. Cowok cool yang ganteng , pinter , jago main basket, dan bandel. Cowok yang bisa membuat semua cewek terpesona hanya dengan melihatnya saja. Tapi sayang, Vano mempunyai sifat yang dingin dan tak tersentuh. Lal...