29. Hidup yang lebih baik

1.8K 95 5
                                    


-Happy Reading-

Sudah seminggu Vano tinggal dirumah Ayahnya. Dia juga sudah mulai akrab dengan Anita dan Dita. Walaupun, awalnya masih canggung, tapi lama kelamaan Vano menjadi terbiasa.

Vano juga sudah berubah, dia tidak sedingin dulu. Malahan, sekarang dia menjadi orang yang sering tersenyum, dia juga sering menjahili adiknya, Dita. Entahlah, Vano terlihat 100% berubah. Entah itu dari sikap atau sifatnya. Dia bahkan menjadi orang yang cerewet sekarang, perubahan yang sangat cepat.

Seperti sekarang, di meja makan. Vano terlihat mengganggu Dita yang sedang memakan rotinya dengan mencolek-colek pipi gadis kecil berumur lima tahun itu. Anita dan Raihan tersenyum melihat itu, ini yang sedari dulu mereka harapkan. Hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka.

"Mamaaaaaaaaa." rengekan itu berasal dari Dita, mungkin dia sedang dalam mode kesal dengan Vano.

"Kenapa sayang?" ucap Anita sambil menaruh kopi di depan Raihan yang sedang membaca koran.

"Bang Deva gangguin Dita telus." ucapnya dengan masih cadel.

Dikeluarganya, Vano memang dipanggil dengan nama Deva, dan Vano sangat tidak keberatan dengan panggilan itu.

"Deva, udah. Jangan gangguin Dita terus." Vano terkekeh setelah mendapat teguran dari Anita.

"Iya Ma." Dita menjulurkan lidahnya kearah Vano, yang membuat Vano terkekeh lagi.

"Udah cepet sarapan, nanti kamu telat lagi." mendengar itu, Vano menanggapi ucapan Anita dengan menganggukan kepalanya.

"Yah, Ma. Aku pamit ya." Setelah menghabiskan sarapannya, Vano berdiri dan berjalan menuju Raihan dan Anita, menyalimi kedua orangtuanya.

"Kamu jemput Dinda kan?" tanya Raihan. Membuat Vano mengangguk.

Setelah menyalimi orang tuanya, Vano segera berjalan kearah Dita, yang masih sibuk menghabiskan sarapannya. "Dita, Abang kesekolah dulu yah." ucap Vano sambil mencium pipi gembul Adiknya itu. Melihat Dita yang mengangguk sambil menatapnya dengan tatapan polos, membuat Vano mencubit gemas pipi Adiknya itu. Lalu segera berlari keluar rumah.

"BANG DEVAAAAA" teriakan Dita membuat Vano terbahak diluar rumah.

Raihan dan Anita hanya menggelengkan kepalanya, mereka masih tidak menyangka kalau Vano sudah berubah 100%. Tidak seperti Vano yang kemarin-kemarin. Dingin, angkuh, dan tidak sejail seperti sekarang.

Sementara Vano, sudah bersiap menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya, menuju rumah Dinda.

***

Dinda yang sudah siap sedari tadi, sedang menunggu Vano diteras rumahnya sambil memainkan ponsel ditangannya. Sudah sepuluh menit Dinda menunggu Vano, tapi cowok itu masih belum menampakkan batang hidungnya.

Berbicara mengenai Vano, Dinda yang awalnya kesal, menjadi tersenyum saat mengingat kalau Vano sudah berubah. Vano tidak sedingin dan segalak seperti dulu. Sekarang Vano lebih manis, cerewet, manja, dan tentunya jail. Dinda juga bingung, dari mana Vano mempunyai sikap seperti itu. Apa itu sikap aslinya? Dinda saja masih bertanya-tanya.

Tapi walaupun bingung, tak ayal Dinda juga senang akibat perubahan Vano. Sekarang, Vano juga sudah memulai kehidupannya yang baru. Kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dinda tersenyum lagi dan lagi. Sampai lamunannya terhenti saat melihat motor Vano memasuki pekarangan rumahnya. Cowok itu memarkir motornya, dan berjalan menghampiri Dinda.

"Maaf lama." ucap Vano saat sudah berdiri di hadapan Dinda.

Dinda mengangguk, "tumben rapi" ucapnya saat melihat Vano memakai dasi dan memasukkan bajunya di dalam celana.

[#1] DEVANO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang