VI

3.4K 361 0
                                    

Happy reading
~
~
~

"Gue masih enggak nyangka ya, cewek kecil perkasa kayak lo ternyata ada yang naksir juga."

Meisya melotot. Abra tak mengindahkan tampang sahabatnya, yang ia lakukan di ujung sana terbahak-bahak. Meisya tidak tahu berapa lama Abra tergelak, yang pasti cukup lama dan dia mulai jengkel.

Andai Meisya tahu kalau Abra video call dengannya sepagi ini di waktu weekend hanya untuk meledeknya sudah pasti dia tak akan sudi mengangkat telepon dari Abra.

"Lo kemarin pasti mute notifikasi WAG kan? Kita lagi nge-bahas hubungan lo, kenapa malah ga ada respons sih, Mei?"

"Males."

"Ckk.." Abra berdecak. "Chat Ajeng sama Ayu juga lo anggurin, tega amat lo."

"Gue enggak akan tega kalau yang dibahas bukan pak--" Meisya terdiam, "Mr.R."

Abra lagi-lagi terbahak, "untung nama panggilannya ber-initial R bukan A, kalau sampe kejadian gue bakal bingung andai lo sama Arum curhat diwaktu bersamaan."

"Please deh, boleh enggak usah bahas dia? Bosen tahu!"

Abra menggeleng, tak setuju. "Harus dibahas, kemarin lo ngehindar dikonfrontasi. Arumi sampe uring-uringan di WAG lo tak acuh ke kita semua."

Meisya mendesah. Bagaimana dia harus menjelaskan bahwa dia benar-benar tak berminat untuk membahas si Randy-Randy ini?

"Masalahnya Bra, gue aja gak interested loh ke si doi. Gimana caranya supaya kalian paham? Pokoknya males banget, dia tuh gak penting!"

Tak ada respons secepat yang Meisya kira, nyatanya butuh beberapa waktu. Abra sempat terdiam dengan wajah serius dan sok mikir. Cowok itu mengubah posisi dari terlentang hingga akhirnya duduk.

"Lo lagi enggak mendeklarasikan kalau lo lesbian kan, Mei? Kayak Beni." ucap Abra, pelan dan ragu-ragu. Mengingat sepak terjang Meisya yang tidak pacaran dan cerita kalau lagi naksir siapa begitu...

"Anjing!" umpat Meisya.

Oww! Kalau sudah begini, Abra langsung mengucap syukur, bernapas lega, mengusap dada sambil mengatakan, "Alhamdulillah, gue cinta dan sayang banget sama lo Mei. Serius, gak bohong gue."

"Bullshit!" muka Meisya memerah karena jengkel dituduh lesbian. "Heh!! Bahkan ya Bra kalo lo butuh bukti gue ayok-ayok aja lo ajak make out or make love kita udah cukup dewasa untuk lakuin itu semua."

Sreet...

Suara decitan sliding door yang dibuka dari kamar sebelah terdengar meski ia menggunakan earphone membuatnya  sadar kalau apa yang baru dia keluarkan dari mulutnya ini berbahaya. Meisya memperbaiki letak earphone yang menyumpal salah satu telinganya. Masih belum berani untuk menoleh. Di ujung sana, dapat ia lihat Abra tertawa lebar.

"Anjiiir..." Abra mengusap wajahnya memerah. "Thanks to Randy Randy itu ya, Mei, selain perkasa gue baru tahu kalau lo orangnya liar. Gue mau-mau aja sih lo ajak ituan, fwb-an gimana?" Abra menaik turunkan alisnya, menggoda. Meisya menghembuskan napas jengkel.

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang