XII

2.8K 305 6
                                    

Happy Reading
~
~
~

"Baru balik dari kampus, ya?"

Meisya sedikit tersentak, keningnya mengkerut heran melihat Arif langsung menyapanya begitu ia keluar dari mobil.

"Ada kuliah malam?"

Ini baru jam 7.30 malam, btw.

Meisya menggeleng, "hangout," jelasnya.

"Kamu mau banana roll cake? Tadi Saya sempat singgah ke lapaknya dijalan pulang."

Lagi, Meisya menggeleng. "Mending buat ponakan mas Arif di rumah. Saya sudah kenyang."

"Ponakan saya ga suka pisang."

Mendesah, Meisya melipat kedua tangannya di depan dada. "Mas Arif Kenapa sih? Tumben banget maksa. Pasti ada apa-apanya."

Senyum kecil terbit, sudah Arif bilang Meisya itu unpredictable sejak mereka bertemu dia ingat sempat kaget dengan sikap Meisya yang satu ini, mudah sekali berterus terang dibanding orang lain yang lebih memilih untuk pura-pura tidak mengerti.

Meisya masuk lagi ke dalam mobil dan keluar sambil menenteng paper bag dengan logo tertentu. Meisya bukan cuma hangout biasa.

"Cewek gitu, ya?"

Meski rambut Meisya mulai kembali tumbuh sedikit agak panjang bukan berarti kesan pixie cut itu sudah hilang. Bagi Arif Meisya tetap terlihat gadis kecil yang mulai beranjak dewasa namun kekanak-kanakan.

Sebelah alis Meisya menukik, "maksudnya?"

Arif mengambil alih semua paper bag di tangan Meisya tanpa kesulitan, sudah pasti berat dilihat dari jumlah dan ukuran yang berbeda-beda dan ditebak berdasarkan beban.

"Kamu belanja apa sih? Kok berat banget?"

"Yang nyuruh situ siapa? Sini!"

Kan... Ngegas pada yang lebih tua.

Arif menjauhkan tangannya.

"Jalan aja mang, parkirin mobilnya biar saya yang bantu Meisya."

Arif bicara dengan mang Abdi yang buru-buru keluar dari mobil mendengar keriweuhan dua manusia ini.

"Nggih mas, makasih."

Arif mengangguk.

"Maksud mas Arif tadi apa?!" Tuntut Meisya keras kepala.

"Cewek kalau lagi galau spending duitnya sembrono banget, kamu pasti belanja ga mikir-mikir dulu ini butuh apa lapar mata doang."

Shock!! Meisya dengan geram memaksa Arif untuk mengembalikan semua belanjaannya.

"Gue yang punya duit kenapa lo yang pusing?!" Bentak Meisya hilang kontrol geram. Arif menyerah dan menyerahkan semua belanjaannya.

"Sok tahu banget urusan orang!" Dumel Meisya sambil menyentak-nyentakkan kakinya.

Arif mengingatkan diri agar tetap sabar.

"Bukannya kamu juga, ya?" Susul Arif dari belakang. "Sok banget bisa baca pikiran dan maksud orang."

Arif antara ingin membantu sekaligus tak ingin melukai ego Meisya. Lucu. Meisya yang bertubuh mungil membawa seabrek paper bag berjalan terburu-buru terlihat kepayahan namun tetap berusaha setronggg..

Menarik napas dalam-dalam Meisya berbalik, ia melirik kantong plastik yang sedari tadi ditenteng Arif Meisya sudah tahu apa isinya.

Meski nampak payah, Meisya mengulurkan tangannya.

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang