Happy Reading
~
~
~Awalnya dan memang seharusnya agenda Meisya memang ingin berbelanja kebutuhan bulanan. Apa yang ia beli kemarin-seperti kata Arif sembrono dan dia berlaku implusif. Cenderung lapar mata dan sarana pelampiasan dibanding benar-benar butuh.- Meski begitu ia tak menyesal toh uang bukan dia yang mencari dan barang tersebut bisa dia hibahkan pada sahabatnya, Arumi. Jarang-jarang kan Meisya punya barang yang feminim banget pas lah sama selera fashion Arumi. Semua yang dia beli sore itu entah kenapa yang berbau feminim lebih mencolok dan menggoda tuk dibeli, tak sanggup ia tolak. Aneh!
Pada kenyataannya Meisya kini menempati meja di salah satu foodcourt mall diajak oleh keponakan Randy. Yang membuat ia terkejut, ponakan Randy usianya tak jauh beda dengannya.
Mestinya ia tak usah susah payah sok kaget, toh ponakannya malah lebih berumur darinya kan? Namun ini kasus Randy!!! Pria yang rutin mengirim pesan, Meisya tidak siap dikenalkan pada keluarganya, meski hanya ponakan dan ponakannya Randy ini berasal dari keluarga inti.
Meisya tahu betul Randy benar-benar serius terhadapnya, bahkan perihal stories WhatsApp nya saja yang pengin makan seblak dua puluh menit kemudian driver go-food sudah bertandang di depan rumah. Siapa lagi si pengirim kalau bukan Randy? Bahkan saat ia mengeluh insomnia di stories, Randy pula yang mengirimkan musik klasik pengantar tidur yang manjur.
Dan Randy pula lah penyebab ia tak lagi membuat stories yang aneh-aneh ketimbang pria itu berusaha memenuhi keinginannya. Stories WhatsApp memang bisa di private sih, namun agaknya kurang elegan hanya karena masalah sepele ini.
"Gue kan bukan calon pasangannya," Meisya merutuk, bermonolog seorang diri.
Randy datang membawa nampan, senyumnya mengembang. Helaan napas ringan Meisya berhembus, Randy senang sekali tersenyum.
"Pesanan kamu."
Meisya mengangguk, dia membantu Randy meletakkan semua pesanan ke atas meja. Randy ikut duduk di depan Meisya. Ponakan Randy masih di toilet katanya sih, kebelet sekalian mau touch up ala-ala. Meisya boro-boro touch-up, skin care yang ia pakai dari keluar rumah sampai luntur pun Meisya bodo amat.
"Kamu harusnya minta tolong sama saya buat nemenin kamu kalau kamu butuh sesuatu, Mei."
Meisya menopang dagu, mengamati mata Randy yang melengkung cantik saat tersenyum. Randy ini mempesona sih, cute banget kalau lagi senyum tapi dia seperti terbeban. Kenapa Randy tidak bisa membuat hatinya bergemuruh?
"Bapak kayaknya sibuk deh."
"Stress sih lebih tepatnya," kekeh Randy mengoreksi.
"Kenapa? Ada masalah?"
"Saham saya lagi ga enak banget diliat, tapi mesti dipantau terus. Beberapa udah merah sebulan ini, Saya masih berharap keadaan membaik sekalian saya masih memeriksa kondisi pasar juga laporan keuangan tiap perusahaan."
"Kalau saya boleh tebak, bapak pemegang saham preferen nih pasti."
Lagi-lagi tawa Randy mengudara, "hanya dua, Mei. Selain itu Saya hanya jadi pemilik saham kategori biasa-biasa saja."
"Kenapa duitnya ga buat usaha saja?"
Randy sebelumnya mengambil porsi steak Meisya dan Hanna untuk ia potong-potong agar mudah dimakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenario (Different Grooves)✓
General FictionCerita ini terangkum dalam tujuh kata, "Cinta dan jodoh itu skenario takdir Tuhan." Arif percaya kalau siapapun di belahan bumi ini memiliki kisah cintanya masing-masing. Unik, lucu, menggemaskan, tragis, menyedihkan atau malah malu-malu in? Tapi Ar...