X

3K 312 4
                                    

Happy reading
~
~
~

Senin pengin cepat-cepat menuju minggu dan saat tiba hari minggu, tak terhitung lagi betapa shocked para manusia yang pura-pura lupa kalau setelah minggu senin sudah melambai. Antara minggu dan senin memang sangat dekat. Tapi tenang, sekarang masih sabtu, meski begitu rasanya hari cepat sekali berlalu.

Tahu-tahu ponsel Meisya berdering, alih-alih chating lebih dulu, Arif langsung menelpon Meisya pagi itu juga. Awalnya kening Meisya mengkerut bingung ada nomor asing menelpon namun profil picture yang terpampang sudah menjawab semua. Kalau diingat-ingat dia tak sempat menyimpan nomor Arif keburu dijemput Beni kemarin.

Tadi Meisya baru kembali ke kamar setelah mencoba membuat mango sticky rice tinggal dia dinginkan ke dalam kulkas biar segar nanti dinikmati siang-siang.

"Halo?"

"Ini saya, Arif."

"Iya, tahu. Ada apa?"

"Kamu punya waktu sekarang Mei? Mumpung ibu saya masih masak mungkin kamu mau coba lihat-lihat aktivitas di dapur."

Kepala Meisya menegak, melirik jam yang sebentar lagi menunjuk angka 8, dia langsung membuka lemari mencari baju yang layak. Intinya santai dan keliatan sopan bagi kacamata orangtua Indonesia.

"Bukannya jam segini sudah terhitung kesiangan kalau masih ada yang dimasak?"

"Masih, untuk kloter ke dua."

Meisya sudah bisa menebak, warteg milik keluarga Arif pamornya tak perlu diragukan. Artinya di sana pasti rame.

"Boleh sih, mas. Tapi saya ganti baju dulu."

"Oke, saya jemput sekarang?"

"Iya."

Meisya mengambil celana kulot berwarna silver yang ia padankan dengan T-shirt warna navy berlengan  pendek.

Meisya hanya butuh sepuluh menit untuk dandan sekaligus mengganti pakaian dan ia sudah siap. Bertepatan ia turun dari kamar, Arif juga baru sampai di rumah.

Kening Meisya mengkerut, cepat nyampe juga ternyata.

Telunjuk Arif menggaruk dagu nya, agak surprising lagi makin mengenal Meisya. Ganti baju versi Meisya dan cewek-cewek lainnya yang dia kenal beda banget. Tapi bukan berarti Meisya cewek serampangan. Gadis itu emang simple dan saking simple nya Arif jadi sangsi Meisya sadar bahwa hal itu justru menjadi daya tarik. Dia sekarang tak akan heran mengapa Randy menyukai Meisya.

"Nah ini Meisya sudah turun, langsung berangkat?"

"Iya om, Meisya saya ajak ke warteg ga papa kan om?"

"Ga papa dong, Syasya malah suka ketemu chef senior dan berpengalaman seperti ibu kamu."

Senyum semringah Arif terbit.

"Kalau begitu kami pamit dulu om."

"Iya hati-hati di jalan."

Arif menyalami pak Hasan sedang Meisya malah menengadahkan tangan dengan senyum tipis, "mas ku,,, uang cash ku abis boleh pinjem gak? Males harus ke atm dulu, senin biar sekalian. Nanti ku tukar kok."

Padahal Meisya hanya tidak suka merepotkan Arif ataupun orang lain saat dia hanya menjadi pengikut.

Arif yang tadinya lebih dulu melangkah pergi langsung balik badan lagi.

"Minta juga boleh, uang mas mu ini banyak."

"Sombong amat!" bibir Meisya mengerucut berlagak manja dan imut di depan sepupu rasa bapaknya ini.

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang