XX

3.1K 325 12
                                    



Happy Reading
Be wise
~
~
~

Normalnya beberapa orang wajar sejak remaja sampai masa transisi menuju usia dewasa pernah merasakan yang namanya siklus jatuh cinta-patah hati-move on-jatuh cinta lagi. Bahkan saking sering gagal beberapa orang memilih untuk berhati-hati dan selektif. Beda lagi ceritanya dengan Arif, selama hidup siklus itu harus dia akui belum pernah ia alami sebelumnya. Satu-satunya perempuan yang bisa membuatnya khawatir, salah tingkah dan bahagia luar biasa adalah Tari seorang.

Itu sebabnya mengetahui fakta bahwa Tari sejak dulu mengetahui perasaannya dan terang-terangan memilih laki-laki lain, Arif merasa bingung, kecewa sekaligus marah. Dia pun tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ini kali pertama.

Tapi dia tahu, meski begitu dia harus tetap menjalin hubungan baik dengan beberapa orang yang terhubung langsung dengan Tari.

Pak Hasan yang menjadi mitra bisnis mau tak mau dia harus ke rumah kalau ada hal mendesak yang perlu didiskusikan. Pak Hasan sudah lama pensiun dari ritme dunia kerja. Untuk itu bertemu dengan beliau ya harus ke rumah.

Bila dulu Arif malah suka berlama-lama dan berleha-leha di rumah Tari maka setahun belakangan ini, selepas urusannya selesai ia akan pamit pulang. Sebisa mungkin Arif menghindari datang diwaktu makan. Untungnya hanya Tari dan Meisya yang menyadari perubahan itu, kalaupun ada yang heran mereka punya asumsi tersendiri Arif memiliki kesibukan lain.

Tapi sampai kapan? Dalam hati kecil Arif setiap kali berpapasan dengan Tari dia ingin sekali kembali seperti dulu. Seperti dia yang menyembunyikan perasaannya dan Tari yang juga pura-pura tak tahu. Semuanya nampak biasa. Semuanya nampak baik-baik saja.

Namun ego yang terluka menolak lupa. Ego yang tersenggol tak ingin semuanya selesai begitu saja. Dan yang namanya ego benar-benar menyebalkan.

Perkara perasaan imbas nya memang semengerikan itu dalam hubungan yang memiliki kaitan tak kasat mata.

Wahyu juga sudah tahu namun dia tak banyak bicara. Seperti dia menghargai perasaan Arif, tak ingin menyenggol titik-titik sensitif.

Delapan bulan yang lalu saat Tari wisuda magister meski Tari mengundangnya untuk datang, Arif masih belum mampu. Ini kali pertama dalam hidupnya. Ini kendali yang paling sulit yang pernah ia jalani ketimbang bernegosiasi dan menawarkan penawaran atas jasa yang ia kerjakan. Pekerjaan yang membutuhkan obrolan alot itu rasanya mudah saja. Tarik-ulur sampai ada kesepakatan final malah terkesan biasa saja. Entah mengapa urusan hati yang bentuknya berupa perasaan tak kasat mata ini malah terkesan rumit, menyesakkan dan sakit luar biasa.

Membuat ia kerap mengalami insomnia, prasangka yang tumpang tindih bersuara dalam kepalanya. Menyebalkan tapi ia bisa apa? Ia menikmati semua isi kepalanya yang terbagi dua saling perang.

Lima bulan belakangan dia terbujuk rayu oleh masa lalu betapa indahnya kebersamaan tanpa kecanggungan yang melanda antara dirinya dan Tari. Sebab rasa canggung itu malah berimbas pun pada yang lain, keluarga mereka yang saling kenal. Ia ingin mencairkan suasana. Tari sudah berusaha sebaik yang dia bisa. Beberapa kali datang padanya dan meminta maaf. Beberapa kali pun Arif meminta sebuah pengertian bahwa ini tak mudah baginya.

Maka saat ini ia ingin kembali seperti dulu. Dengan langkah sederhana, berkunjung dan sarapan bersama keluarga Tari.

Tahu alasan terbesar Arif akhirnya ingin berdamai? Dia tahu perasaan mencintai seseorang adalah hal terakhir yang bisa dikendalikan, cinta bisa datang tiba-tiba entah dengan yang baru atau sudah lama dalam circle pertemanan/pergaulan kita. Maka perasaan Tari ataupun perasaannya tidak bisa dipaksakan. Mungkin saat ini kasusnya ia harus mengalah, sebab frekuensi perasaan Tari bersambut dengan Wahyu.

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang