XVII

2.6K 286 17
                                    

Happy Reading
~
~
~

Ada yang mengganggu pikiran Meisya sejak kembali dari terapi yaitu permintaan mbak Franda untuk psikoterapi berikutnya. Karena untuk pekan depan, mbak Franda ingin menggunakan metode rekayasa sebelum dia mengalami phobia terhadap sirine, yang itu artinya dia harus bertemu dan bercerita tentang hal itu pada kedua orangtuanya. Sementara dirinya masih enggan tuk bertemu papi nya.

Meski mbak Franda tak memaksa tapi Meisya tahu selama dia menunda itu semua, maka selama itu pula dirinya belum seutuhnya akan sembuh.

Meisya kembali ke kampus, menyelesaikan beberapa tugas sebelum akhirnya siap untuk diserahkan. Pekan depan mulai ujian, pusing juga memikirkan masalah yang menghantam diwaktu bersamaan.

Me
Aku boleh pekan depan mangkir terapi dulu, mbak?

dr. Franda
Kamu jangan merasa terbeban dengan permintaanku, Mei. Kita bisa tunda metode rekayasa kok.

Me
Masalah utamanya aku mau fokus UAS dan untuk metode rekayasa nanti setelah aku siap mbak.

dr. Franda
Ok. Gpp syg, Good luck for u final exam, Mei.

Meisya mengantongi kembali ponselnya ke saku jaket yang ia gunakan.

***

Nyaris tiap sore baru balik dari kampus harusnya sore ini dia dan Arumi punya janji untuk membeli beberapa buku referensi penunjang perkuliahan mereka tapi seperti sebelum-sebelumnya Arumi harus siap sedia ketika dipanggil. Kali ini rekannya sesama kasir harus pulang lebih cepat karena putrinya yang masih berusia dibawah setahun demam.

Maka mereka berdua sama-sama menunda dan bisa melanjutkan agenda mereka weekend nanti.

"Gimana psikoterapi Meisya, bang?"

Langkah Meisya yang baru akan menapak tangga pertama menuju kamar terhenti. Suara yang agak samar masih terdengar jelas ke indera pendengarannya.

"So far, perkembangannya bagus. Itu laporan dari dokternya langsung. Katanya Meisya sedikit lebih plong."

Meisya membawa tubuhnya merapat dengan dinding, sore-sore begini untung rumah masih sepi. Biar aksi menguping nya ini cukup dirinya sendiri saja yang tahu.

"Syukur Alhamdulillah."

"Tumben lo nanya."

"Gue enggak nyangka dia bakal nurut sama pak Randy. Padahal mereka berdua enggak pacaran."

"Tau darimana? Lo sama gue jelas-jelas lihat mereka berdua pelukan di depan gerbang."

Reflek Meisya menutup mulutnya, kelopak matanya melebar dan kedua pipinya memerah.

"Mei sendiri yang bilang, sehari setelah gue minta tolong sama pak Randy gue dilabrak."

"Tante Syasya? Nge-labrak lo? "

Tawa renyah terdengar. Meisya kenal baik siapa pemiliknya.

"Ingat itu lucu banget, Meisya yang berani. Gue enggak nyangka dia seberani itu."

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang