VIII

3.1K 329 9
                                    

Happy reading
~
~
~

"Menurut lo, Wahyu orangnya gimana?"

"Gimana apanya?"

Arif terlihat ogah-ogahan menjawab. Sejak dia bertandang ke rumah Tari dan menyaksikan sendiri sahabatnya itu pulang ke rumah diantar oleh salah satu kawan main tim futsal nya. Arif tahu mereka sedang dalam fase pedekate.

"Ya... Orangnya gimana?" Tari ngotot.

"Pertanyaannya harus gue ubah, lo mau dan pengin dengar yang mana?"

Tari mencebik lalu tak lama dia nyengir malu-malu.

"Lo emang sahabat gue, dah. Gila bener. Masa yang begituan lo bisa nebak sih?"

"Ya abis! Anak sd juga tahu kali kalian lagi ada something."

Duh! Muka Tari makin tersipu-sipu malu, Arif langsung pasang ekspresi ngeri. Yang begitu tak mungkin tidak ada apa-apa.

"Lo bikin aura di sini makin horor deh, Ta."

Bukannya bersikap normal, Tari makin berulah. Dia tersenyum amat manis, sok cantik lalu terkikik genit, dan kemudian jingkrak-jingkrak nyaris memekik.

"Tau gak Rif, baru kali ini deh gue nemu cowok yang gimana ya... Manis deh pokoknya. Kenapa gue baru sadar ada cowok model begitu di tim futsal lo sih? Kalau tahu begitu mending gue settle down deh dari kapan tahu. Biar ga usah suaah-susah lanjut S2."

Arif hanya mengangguk-anggukkan kepala tanpa minat dengan konsentrasi mengarah pada iPad. Sepertinya neraca, Tari menebak terlihat dari angka-angka dan keterangan yang bikin Tari mau kabur saja. Bibir Tari mengerucut, laporan keuangan lebih menarik perhatian Arif dibanding kisah cintanya. Padahal dia sungguh excited untuk membagi salah satu kisah krusial dalam fase hidupnya yang tak ingin hanya dipendam saja.

"Gue lagi ngajak lo ngobrol tau, Rif." Tari mulai mengibarkan aksi merajuk dengan melipat tangan ke depan dada.

"Tau, tapi gue harus pelajari laporan ini buat ngasih penjelasan ke bokap lo, Ta."

Tari menyerah, soal pekerjaan Arif selalu menomor satukan. Habis, Usaha yang dirintis ini sudah dianggap seperti anak sendiri. Dijaga, dirawat dan diperhatikan sepenuh hati. Hadeuh!

"Enggak heran sih, Rif. Semenjak lo putus sama Cleo lo jadi jomblo karatan."

"Kenapa malah jadi bawa-bawa status gue?"

Tari mengangkat bahu. Sok polos. Seakan tak tahu apa-apa.

"Abang! Bang Leo! Sophia mana?"

Meisya turun dengan pandangan mengedar ke wilayah ruang tamu, langkah kakinya menuju kamar Leo. Mengetuk pintu itu beberapa kali.

Entah Meisya sadar atau tidak, Arif dan Tari yang duduk di teras samping sempat melihat punggung Meisya menjauh ke depan. Karena memang, kamar Leo berdekatan dengan kamar tamu.

"Ta, lo yang beliin baju itu buat Meisya?" tuduh Arif melihat penampakkan Meisya sebelumnya.

Tari nyengir. "Kita emang punya rencana liburan ke Lombok kok, Rif, tapi batal." soal penjelasan terakhir itu mimik wajah Tari berubah masam.

"Harus banget pake baju itu?"

"Ya iyalah Rif, Tante Syasya aja suka. Cuma dia maunya pake kalau main di Pantai."

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang