Happy Reading
~
~
~"So, calon tunangan kak Tari tuh, dokter?"
Meisya menganggukkan kepala, Arumi berdecak kagum. Sejak tadi Arumi melihat foto Tari dan Wahyu melalui ponsel, foto itu dibagikan Tari via Instagram.
Kemudian, tak lama Arumi berdecak setelah menyadari sesuatu.
"Mei, Lo sengaja banget ya, gue ga semudah itu lupa. Ceritain Lo kemarin diajak mas Arif kemana?"
Ngomong-ngomong, bicara soal Arif entah kenapa hatinya terasa ngilu.
Dengan sengaja Meisya merogoh tas mengambil sebuah undangan dan memberikannya pada Arumi. Sekali lagi, Arumi terdistraksi oleh ulah Meisya.
"Pekan depan?!" Seru Arumi terkejut. "Gue mesti ke Semarang, Abang gue lagi sakit."
"Ga papa kok, pertunangan ini juga dipercepat harusnya bulan depan."
"Kok bisa?"
Sebelah bahu Meisya mengedik, "urusan dapur gua juga ga minat buat tau segalanya. Lo ga laper? Gue traktir, yuk!"
Arumi tersenyum, " ga asik banget deh, Mei. Kalau ada Ayu, Beni, Abra dan Ajeng mungkin mereka kecewa berat. Btw, gue bersyukur punya temen yang ga pamrih kayak Lo tapi kadang-kadang gue merasa jadi parasit. Gantian, gue yang traktir Lo aja."
"Sure! Makan apa nih kita?"
"Ke kantin Ijo aja yuk, gue mau bubur Manado, kangen sambal ikan rawo."
"Boleh juga."
Dua gadis itu berjalan beriringan menuju kantin, agak jauh memang dari gedung fakultas ekonomi. Belum juga menyeberang lapangan depan gedung rektorat, Sajad menghadang dua gadis itu.
"Semalam, Lo kenapa pulangnya jam satu?"
Meisya memundurkan kepalanya, melihat bagaimana interaksi antara Sajad dan Arumi.
"Lagi ada kerjaan tambahan."
"Terus Lo pulang nya gimana?"
"Ya naik ojol lah, bang!"
"Kenapa ga nelfon gue aja?"
"Buat apa?"
"Lo paham ga sih jam segitu rawan?"
Arumi menghela napas jengkel, dia menengok pada Meisya agar lelaki di depannya ini paham kalau di sana bukan hanya ada mereka berdua. Tangan Sajad terangkat, sambil memiringkan kepalanya ia menyapa, "Halo Mei, apa kabar?"
Meisya tersenyum, "baik, ada masalah apa nih?"
"Temen Lo, demen banget pulang telat dan naik ojol malam-malam."
Meisya mengerti, "sekali-kali minta bantuan bang Sem kan ga papa Rum, atau mas Awang. Iya kan, bang?"
Sajad mengangguk sepaham, Arumi malah memanyunkan bibirnya.
"Minggir deh, kita mau maksi jangan ganggu."
Arumi menarik Meisya agar cepat tapi Sajad lagi-lagi ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenario (Different Grooves)✓
General FictionCerita ini terangkum dalam tujuh kata, "Cinta dan jodoh itu skenario takdir Tuhan." Arif percaya kalau siapapun di belahan bumi ini memiliki kisah cintanya masing-masing. Unik, lucu, menggemaskan, tragis, menyedihkan atau malah malu-malu in? Tapi Ar...