XXV

3K 298 0
                                    

Happy Reading
~
~
~

Beberapa hari ini Arif memikirkan arti tatapan Meisya. Hopeless.

Arif bisa mengerti jika dulu Meisya pernah mengungkapkan perasaan pada Randy yang notabene nya berasal dari game ToD dengan tampang lempeng, tapi bagaimana dengan kasusnya? Apa Meisya sangat tidak berharap untuk menyukainya sampai ia terlihat seputus asa itu?

Tubuhnya yang jangkung berbaring di atas sofa yang berada di ruang tamu perumahan yang kini ia ubah menjadi kantor. Sebagian kakinya menggantung, ia menutup mata dengan lengannya. Niatnya, ingin rehat sejenak.

Kejadian di rooftop sudah lewat beberapa hari namun entah mengapa itu mengganggu, padahal kalau dipikir-pikir harusnya dia tak harus seperti ini. Benar kata Meisya. Malah aneh kalau Meisya bisa menyukainya. Lucu malah. Hubungan mereka sebatas sahabatnya ponakan.

Arif menarik napas perlahan namun panjang, mencoba mengisi kekosongan di balik bilik-bilik yang terasa janggal.

"Oiii! Astaga, masih jam setengah sebelas siang Rif. Lo tidur?"

Tubuh Arif terperanjat. Dia menurunkan lengannya.

"Tari?"

"Gue dari tadi udah salam ye bos, anak-anak Lo doang yang jawab."

Bangkit dari pembaringan, Arif heran melihat Tari membawakan kotak makanan ke markasnya.

"Tumben,"

Tangan Tari lihai menata menu di atas meja.

"Sin, ajak yang lain ke sini. Eh, ambil piring juga biar makannya barengan."

"Waduh, makasih mbak. Dapet makan siang gratis nih."

"Abis jadi tunangan orang makin baik dan bersinar aja, mbak."

"Terima kasih loh, atas pujiannya. Empat sehat lima sempurna ini dipersembahkan untuk kalian biar semangat kerja, ayo ayo ambilin piring yang lain."

"Bibi masak banyak di rumah?" Arif kembali bertanya.

"Bukan, ini dibeliin Oma terus kebanyakan jadi mama nyuruh gue bawa ke sini, deh."

"Oma?"

"Mami nya Tante Syasya, Rif," jelas Tari.

"Dalam rangka apa?"

"Dalam rangka perpisahan, Tante mau pindah soalnya," ungkapnya sembari memicing. Lalu dengan sigap mengukur suhu tubuh Arif dengan punggung tangannya, "normal aja perasaan." Pasalnya laki-laki itu sejak tadi mengurut pelipisnya seakan ia sedang sakit.

"Pindah?"

Tari bersidekap, "Lo kenapa sih? Kayak orang linglung."

Arif menarik Tari ke halaman depan, dia tak ingin karyawannya mendengar perbincangan mereka.

"Kenapa Meisya pindah?"

***

"HOT NEWS GUYS siniiiih!!!! Geewllaaaaa kalian pasti bakal shock berat kek gue!" Teriak Ayu histeris lupa tempat.

The Scenario (Different Grooves)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang