Happy reading
~
~
~"Permisi mas, pak Gian nya ada?"
Salah satu operator di fakultas yang super sibuk dan humble dikalangan mahasiswa ya mas Panji seorang.
"Pak Gian hari ini enggak masuk Mei, kamu punya urusan sama beliau?"
Meisya mengangguk, "iya mas. Tumben pak Gian hari ini ga masuk?"
"Hari ini istrinya melahirkan, kamu belum dengar?"
Meisya dengan polos menggeleng, dia sedikit kecewa sebab ada beberapa topik yang ingin ia tanyakan lebih jelas.
"Ya udah, makasih ya mas. Saya permisi."
"Iya."
Arumi menggaet lengan Meisya selepas keluar dari gedung fakultas.
"Lain kali Mei, baca WAG, itu hape dipake buat update informasi bukan cuma aksesoris. Heran deh gue," seloroh Arumi mendengar penjelasan Meisya yang tak mendapatkan apa-apa hari ini.
"Btw, Arga kayaknya demen sama lo deh Mei."
Meisya mengerling malas pada seseorang yang baru disebutkan Arumi, "Lo tahu kan? Indikasi cowok naksir itu dia sering merhatiin kita dan sering kegep."
Langkah kaki Meisya kian memacu.
"Rum, rasa ketertarikan bisa hilang dimakan waktu. Bodo amat mau dia suka atau enggak bukan urusan gue."
Kepalanya masih suntuk, ia melempar tas nya ke atas meja kayu di taman kampus dekat dengan jalan setapak.
"Cuek banget Mei, serius lo enggak naksir cowok nih?"
"Ya buat apa naksir tapi ga berani ngomong."
Arumi serta merta menutup rapat bibirnya. Ia menatap sebal pada sahabatnya.
"Sindir aja gue terus, lo sama mas Arif gimana?"
"Rum! Gue enggak ada waktu buat kisah melankolis, fiktif seperti yang ada dibayangan lo sama Ayu."
Arumi menggeleng, "suka sama orang ga selamanya melankolis dan fiktif kali Mei, lo lebay banget deh."
"Elo buktinya."
"Asem! Tapi enggak semua begitu."
Wajah Meisya yang sedang dalam mode tak ingin diganggu ini mendadak jengah menemukan Arif menelponnya disaat Arumi juga barusan membahasnya.
Arumi mengintip lalu tatapannya berubah ngeri. Tatapan yang dia tujukan untuk Meisya.
"Mei, nih bapak-bapak yang deket sama lo cenayang apa giname? Kenapa tiap kali kita buka topik tentang mereka pas banget gitu. Dulu pak Randy, sekarang mas Arif."
Menghiraukan Arumi, Meisya langsung mengangkat telepon dari Arif.
"Ya?"
"Besok kamu libur, kan?"
"Iya."
"Oh, syukur deh."
Mesiya merasa ada yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenario (Different Grooves)✓
General FictionCerita ini terangkum dalam tujuh kata, "Cinta dan jodoh itu skenario takdir Tuhan." Arif percaya kalau siapapun di belahan bumi ini memiliki kisah cintanya masing-masing. Unik, lucu, menggemaskan, tragis, menyedihkan atau malah malu-malu in? Tapi Ar...