Boom Krittapak Udompanich adalah remaja berusia 15 tahun ia memulai debut aktingnya di series Make It Right dengan genre Boys Love yang menurut orang-orang cukup berani untuk remaja usianya, boom yang lahir pada 12 Januari 2001 ini menjadi lebih per...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎵Pror chun perng bauk ruk bpai Because I just told her I loved her
Lae kao gor rup fung took yahng took toy kum meuan kwahm fun
And she listened to everything, every word, like a dream
Dtae chun eng gor mai aht nae jai But I’m not sure
Wah proong nee reuang kaung rao ja sook reu saen sao If tomorrow our situation will be happy or so sad
Jeung waun kor dao hai chuay bauk tee So I’m begging the stars to please tell me
Peak menyanyikan lagu itu bersama Boom. Peak tahu pria didepannya itu sangat hapal dengan lagu itu, membuat Peak juga sering ikut mendengarkannya. Lirik nya bagus dan dalam tentang sebuah perasaan tulus.
"Aku juga cemas" ucap peak pelan.
Kegiatan hari itu sudah selesai, sekarang ia sudah menuju ke rumah nya dengan Boom disampingnya, boom memandang lurus ke luar melalui kaca mobil disampingnya.
"Boom terlihat tampan meskipun aku melihatnya dari samping? Eh.. Apa yang ku ucapkan barusan? Ada apa dengan aku ini"
Hati peak terus meneriakkan apa yang ia rasakan sementara akal sehat nya terus berusaha menyangkal. Hingga akhirnya Peak lelah dan memutuskan ingin mengurung diri di kamar mandi saja ketika sampai nanti. Dan hal itu pun dilakukannya, tanpa memperdulikan Boom, Peak langsung mengambil handuk dan pakaian bersih lalu ia mengunci rapat pintu kamar mandi. Ia sangat mengingat saran boom agar tidak keluar kamar mandi tanpa memakai atasan. Peak menyesalinya, ia terlalu penurut pada boom.
Sementara boom, tangannya terus menelusuri buku di hadapannya, bukan karena isi buku itu sangat menarik tapi ia hanya ingin menyibukkan diri, membuang pikiran tak masuk akalnya. Tapi apa yang salah pada boom, setiap 10 menit sekali tanpa ia sadari ia selalu menoleh ke arah pintu kamar mandi yang seakan tak ingin terbuka itu. Boom mengehela nafasnya, ia pun sudah lelah tapi mata nya tak melaksanakan pikiran nya yang meminta untuk segera tidur. Sampai akhirnya boom menutup bukunya dan memutuskan untuk merebahkan tubuhnya, tapi pintu itu terbuka.
Peak keluar dengan pakaian lengkap dan seperti sengaja membiarkan rambutnya tetap basah terlihat dari handuk yang hanya ia letakkan begitu saja. Boom melirik ke arah Peak dan saat mata mereka bertemu, Peak langsung melihat ke arah lain dan memutuskan duduk di depan televisi.
Boom pun mulai membuka suara.
"Peak kau marah ya padaku?" tanyaku langsung. Ia tidak menoleh,menjawab ataupun menggelengkan kepala. Ia hanya terdiam disana.
"Ada apa?" tanyaku lagi. Kali ini ia menoleh padaku memperlihatkan senyuman termanisnya. "Tidak. Kata siapa aku marah padamu" aku mengerti ada yang ia sembunyikan.
"Kesini atau aku yang kesana" ucapku sedikit memerintah. Ia kaget, saat aku bergerak untuk mendatanginya ia segera bangkit dari duduknya naik ke ranjang dan duduk disampingku.