Chapter 27

791 55 68
                                    

"Apakah perasaan ini nyata?"

Suara deringan telepon terus menganggu aktivitas tidur boom pagi ini, ia merasakan tidurnya terlalu nyaman dan enggan membuka matanya. Mimpi nya terlalu indah dan juga terasa nyata. Tapi tetap saja suara itu tidak berhenti berbunyi. Mau tidak mau boom akhirnya membuka matanya duduk lalu mengambil ponsel itu.

"Halo" ucapnya tanpa melihat nama yang tertera pada layar.

"Boom kau baru bangun? ini ibu mu say hello boy,are you okay?" jawab ibunya diseberang. Boom masih mengucek matanya secara bergantian memperhatikan di mana ia berada. "Halo boom.. masih di sana?" tanya sang ibu lagi. Boom sadar.

"Pagi khun ma.. iya aku baru saja bangun tapi aku tidak di kamar p'new sekarang" ucap boom seperti orang linglung. "Lalu kamu dimana sekarang?" tanya mom cindy heran. "Ernnn..sepertinya di.. di rumah Peak" ucap boom pelan. Tidak ada reaksi berarti dari ujung telepon sana.

"Mom jika kau sudah tidak ada disana akan aku tutup teleponnya.." ucap boom tak lama ucapan boom terbalaskan. "Kenapa kau seperti tidak yakin, memang nya kau melakukan apa tadi malam boom?"

Jleb! Seketika aliran panas seperti menjalar dari badan ke wajah boom, ada apa dengannya ia tidak bisa menjawab apa yang terlintas di kepala nya walaupun itu terlihat sangat nyata.

"Mom maaf aku harus memastikan sesuatu aku tutup dulu teleponnya. Bye. Salam untuk Papa ya"

Boom menutup panggilan telepon itu dan menoleh ke sampingnya. Tak ada siapapun disana ia masih mencari-cari. Kira-kira 15 menit Boom berjalan mondar-mandir di kamar itu sampai ia sadar jika ada suara shower yang menyala dari dalam kamar mandi. Boom menyernyitkan dahinya mungkinkah ini sungguhan, bukan mimpi nya semata? Langkah itu semakin terdengar mendekat sampai pintu itu terbuka. Boom tiba-tiba terjatuh ke belakang,terduduk dari posisinya berdiri.

"Boom ada apa?" tanya pemuda itu. Ia memakai celana pendek andalannya hanya saja ia tidak memakai atasan dengan handuk yang menggantung dilehernya. "Sedang apa kau duduk disana?" tanyanya lagi. Boom tersadar lalu beranjak dari posisi terduduknya.

"Aku menginap disini tadi malam?" hal  yang terucap pertama kali dari mulut boom di pagi hari yang cerah itu. Peak mengangkat alisnya sedikit terkejut. "Kau mengigau?"

"Bukan begitu... aku serius.." ucap boom terlihat gugup. "Aku mandi dulu"

Tak lama setelah memasuki kamar mandi itu ia kembali berdiri di depan peak. "Aku akan meminjam handuk mu" peak mengangguk. Tapi yang dilakukan boom justu menarik handuk yang ada dileher peak membuat kepala peak terhuyung ke depan mengikuti ke mana arah tangan boom menariknya. Peak tidak mau kalah ia menarik kepalanya dan giliran boom yang terhuyung ke depan. Tapi sepertinya ini bukan posisi yang baik untuk Peak.

"Boom apa yang kau lakukan?" Pekik peak yang merasa terpojokkan.

"Kau yang menarik handuk ini peak, sekarang kau terima perbuatanmu sendiri kan?" ucap boom yang kini menahan pergerakan peak dengan lengannya yang menempel ke dinding.

"Terlalu dekat boom..ku mohon jangan.." peak terus berteriak di dalam hatinya ia merasa waktu berhenti saat ini juga.

Wajah boom semakin mendekat pada peak tanpa ada perlawanan dari Peak membuat Boom semakin leluasa dapat melihat sedikit kepanikan diwajah peak yang masih terlihat sangat segar karena baru saja mandi itu.

"kenapa harum strawberry?" tanya boom dalam hatinya.

Sebenarnya boom tidak berniat memojokkan Peak seperti itu, ia hanya ingin meminjam handuk tapi karena peak seakan enggan melepaskannya dan terus menarik benda itu membuat tubuhnya akhirnya terhuyung ke belakang dan membuat boom juga ikut tertarik tepat di depan tubuh peak. Peak tidak dapat bergerak bebas, dibelakang tubuhnya dinding di depannya ada seseorang yang ia tidak yakin jika terus menatapnya apa akal sehatnya tetap terjaga. Peak memandang ke arah lain, namun hembusan lembut nafas boom membuat lehernya geli kenapa nafas itu begitu dekat dengannya. Peak memberanikan diri memalingkan wajahnya ke depan. Tepat disana ia bisa melihat wajah boom sangat dekat dengan wajahnya. Boom semakin memimpitkan badannya ke badan peak. Kini peak sudah pasrah ia hanya berharap jika hal ini nyata maka jelaskanlah sejelas-jelasnya jika semua ini bukan perasaannya saja.

Make It Right "True" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang