"Loh Lia kok nangis?"
Tubuh Ikky menegang ketika mendengar kalimat yang dilontarkan Mamanya. Cowo itu menoleh kearah sampingnya, disitu sudah ada semua orang. Termasuk Filan dan kedua orang tuanya.
"Kamu bikin dia nangis??" Kata Papa Ikky alias Om Danur.
"Nggak, pah! Salah paham!" Ikky berkata dengan panik. "Ih! Visi udah atuh nangisnya, nanti gue yang disalahin." Mendengar hal itu isakan tangis Visi mereda. Cewek itu mengangkat kepalanya. Menatap Ikky dengan tatapan menyesal. Lalu tanpa peduli dengan sekitar Visi memencet hidungnya sehingga ingus sisa tangisannya keluar.
"Ingus." Ucapnya lalu disodorkan kewajah Ikky.
"Jorok, soang!" Ikky mundur. Cowok itu menatap cairan lengket dikedua jari Visi dengan tatapan jijik.
"Nih buat Ikky aja." Dan Ikky berjengit histeris. Pasalnya, cairan hidung itu sudah berpindah kelengan kemejanya.
"Tanda sayang dari Visi." Kata Visi sambil tersenyum kecil. Padahal wajah cewek itu memerah, kedua mata cewek itu juga memerah. Rambutnya acak-acakan terkena angin malam.
"Kalian berdua kenapa?"
"Gak apa-apa." Kata Visi lalu menghapus sisa air mata diwajahnya. Wajahnya kini memerah menahan malu. Bagaimana tidak malu, tangisannya tadi ditonton semua orang, belum lagi dia tadi menaruh ingusnya dikemeja Ikky. Konyol memang, tapi itu Visi lakukan untuk memecah suasana canggung dan tegang tadi. Dia tidak ingin Ikky disalahkan oleh yang lain, dan 'ingus' tadi adalah caranya untuk memberitahukan bahwa mereka tidak apa-apa.
"Kok kamu nangis?" Kata Ayah ketika Visi datang menuju gerombolan penonton dadakan itu.
"Lia mau ke dalem." Visi tersenyum lemah. Ayah menganggukan kepalanya dan bergeser memberikan jalan untuk Visi menuju kedalam rumah. Filan yang melihatnya haya menikkan sebelah alisnya. Baru kali ini dia melihat Visi menangis, padahal Visi yang dikenalnya adalah cewek kepo yang mau tidak mau 'bermain' dengannya.
Mata Filan menuju kearah Ikky yang entah sejak kapan juga sedang menatapnya.
###
"Lo satu les sama Visi?" Kata Ikky memulai introgasinya. Menyingkirkan rasa gengsi dan tidak sukanya. Membiarkan cowok yang reputasinya buruk itu berbicara dan menjawab pertanyaannya.
"Hm. Lo siapanya Visi?" Filan balik bertanya.
"Gue? Sodara sepupunya." Ketika mendengar jawaban dari Ikky entah mengapa hati Filan menjadi tidak berat lagi. Rasanya.... lega.
Ujung sudut bibir Filan tertarik keatas. Cowok itu terlihat tersenyum kecil, Ikky memandang Filan dengan aneh. Pasalnya tidak ada hal yang menarik tapi cowok itu malah tersenyum.
"Gue gak mau ya lo deket-deket Visi."
Ikky memberikan peringatan pertamanya. Filan langsung menoleh dengan cepat kearah Ikky. Melihat cowok yang berstatus sepupu Visi itu dengan menaikkan sebelah alisnya yang tidak lain terlihat menyebalkan di mata Ikky.
"Kenapa?" kata Filan datar dan terkesan cuek.
"Pokoknya nggak boleh." Kata Ikky lagi. kini Filan menghembuskan nafasnya pelan. Apakah dia tidak mendapatkan restu dari Ikky? Padahal kan Filan hanya ingin mengenal Visi saja, kenapa keadaan seperti ini? Seolah-olah Filan menyukai Visi.
"Wajar sih lo nethink gini ke gue. Lo udah denger apa aja tentang gue?" Filan langsung menanyakan hal tersebut dengan sangat lancar. Berharap cowok dihadapannya itu menceritakannya sedikit tentang isu dirinya diluar sana. Sebenarnya memang wajar jika semua orang mencapnya buruk, tapi don't judge a book by its cover.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...