Dengan perasaan cemas Filan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang diatas rata-rata. Entah mengapa walaupun Ina tidak lebih spesifik memberitahukannya kapan keberangkatan Visi, tapi Filan tahu. Jika bukan itu maksud pesan Ina. Filan berpikir mungkin itu salah satu kode dari Ina yang menyatakan 'Visi mau berangkat ke Belanda sekarang.'.
Cowok itu memikirkan keberuntungan yang dimilikinya. Ditengah-tengah pikirannya yang kalut itu, ponselnya tidak berhenti bergetar. Dengan wajah menahan amarah, Filan menghentikkan mobilnya di bahu jalan. Mengangkat panggilan itu yang belum sempat ia lihat pemanggilnya.
"Halo?!" Ucapnya setengah membentak.
"Loh? Filan. Kamu kenapa?" Filan berdecih begitu mendengar suara itu. Ia memijit pangkal hidungnya kesal.
"Kenapa lo nelepon gue?" Kata Filan dengan dingin. Sarah terdengar tekekeh pelan di sebrang panggilan itu. Membuat Filan mengerenyit bingung. Sudah cukup dia dikerjai cewek mabuk itu di bar yang membuatnya membatalkan janjinya dengan Visi.
"Gue di bar."
"Gak peduli. Lo pikir gue bakalan nolongin lo lagi gitu? Gue gak bakalan kejebak lagi sama lo Sarah." Katanya dengan geram.
"Tapi gue beneran mabuk, Lan."
"Kalo lo mabok, lo gak mungkin nelepon gue dan menanyakan kabar gue duluan." Ucap Filan dingin yang membuat Sarah terdiam. Filan menghembuskan nafasnya lelah. Dia sudah benar-benar benci cewek itu.
"Gue nyampe ngebatalin janji gue gara-gara lo waktu itu. Karena gue tahu betapa berharganya seorang wanita itu. Dan kejadian waktu itu gue sadar, gak semua wanita pantes mendapatkan perlakuan halus dari gue." Lalu Filan menutup panggilan itu. Dia memukul stir mobil sambil meluapkan emosinya sesaat. Rasanya sangat sakit. Filan tahu, wanita itu sangat berharga. Tapi sekarng Filan sadar, Sarah memang tidak pantas dihargai demikian.
Sekarang ia merasa bodoh.
Sudah tahu Sarah jenis cewek seperti itu tapi dia tetap saja menjemput cewek itu di bar setelah nomor teleponnya dihubungi pihak bar.
Lalu Filan menjalankan kembali mobilnya. Kini ia akan benar-benar menuju satu hal yang berharga baginya. Menemui Visi, dan memberikannya sebuah penjelasan. Walaupun Filan sendiri tidak yakin apakah dia akan sampai tepat waktu atau tidak.
###
Dengan nafas terburu-buru Filan akhirnya tiba di bandara. Ia segera melihat ke arah papan pemberitahuan penerbangan. Dan Filan langsung seperti ingin jatuh terududuk saat itu juga.
Dia... terlambat.
Cowok itu menjambak rambutnya sendiri frustasi. Pesawat Visi baru saja berangkat tiga puluh menit yang lalu. Rasanya sakit dan menyesakkan. Filan tidak tahu apa yang terjadi dengannya saat ini. Jika Filan dapat menggambarkan perasaannya saat ini, mungkin terasa seperti didorong oleh seseorang yang kamu sayangi dari gedung tertinggi di seluruh planet. Lebay memang, tapi itu kenyataannya. Matanya menatap sendu papan pengumuman itu, lalu Filan refleks melirik ke arah kanannya. Dimana berdiri Ina dengan tatapan berkaca-kaca.
"Lo.. telat." Kata Ina dengan suara parau lalu tersenyum kecil. Cewek itu menghampiri Filan dan menepuk pelan pundak cowok itu.
"Dia baik-baik aja." Kata Ina pelan. Lalu tak lama Ikky datang. Menatap Filan dengan tatapan sendu. Merasa kasihan kepada Filan yang sudah seperti dikejar orang gila.
"Lo tenang aja. Dia gak apa-apa." Lalu Ikky berjalan mendekat.
"Kita ngobrol di St*rbucks dulu." Kata cowok itu lalu langsung berbalik dengan dingin, meninggalkan Ina dan Filan. Melihat sepertinya akan ada pembicaraan penting Ina lalu menarik Filan yang masih termangu ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
JugendliteraturVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...