29 - Good Bye

4.1K 335 2
                                    

"Gue punya sesuatu." Visi membuka tas ransel kecil yang ia bawa. Mengeluarkan sebuah amplop putih.

"Tolong kasih ini ke Filan kalo dia masuk PTN. Kalo dia nggak masuk, buang aja ya?" Visi menyodorkannya kearah Ina. Ina mengambilnya dengan tatapan bingung.

"Gue tau lo masih berhubungan sama dia, gak sengaja gue ngeliat notif di hape lo dari dia tapi langsung lo hapus. Kasihin ya, tanyain dulu tapi dia lolos apa nggak." Ina mengangguk dan memasukkan amplop tersebut kearah tas kecil berwarna putih yang ia bawa. Ikky disebelahnya menatap Visi dengan tatapan menyelidik. Benar, tidak ada lagi binar di wajah Visi. Dapat Ikky pastikan sekitar delapan puluh persen sepupunya itu tidak memiliki perasaan apapun kepada Filan.

"Lu nggak transit dulu kan di Abu Dhabi?"

"Nggak, gue naik yang langsung ke Amsterdam." Jawab Visi kepada Ikky.

"Perhatian-perhatian. Para penumpang pesawat udara ..."

"Wah, udah ada panggilan." Kekeh Visi. Cewek itu lalu bangun dari duduknya dan menghampiri kedua orang tuanya. Memeluk mereka dengan erat. Begitupula kearah Ina dan Ikky.

"Take care." Ucap Ikky lalu mencium puncak kepala Visi. Visi mengangguk.

Tak butuh perpisahan yang lama, Visi berjalan menuju gerbang keberangkatan. Sebelumnya Visi sempat berbalik dan melihat ke sekeliling bandara.

"Kita bertemu secara tidak sengaja, Lan. Terima kasih telah menjadi salah satu warna di hidupku. Filando."

Kali ini Visi yakin. Kisah mereka akan menjadi sebuah kenangan yang tidak akan terlupakan. Keguncangan hebat dalam hidupnya, disaat terakhir masa-masa SMA. Dan kini Visi yakin, setelah dia menginjakan kaki di Negara asing itu, dia juga telah meninggalkan kenangan itu.

###

Putra dan Tino sudah menunggu Filan di sebuah café. Putra dan Tino tahu apa yang terjadi dengan sahabat mereka itu. Selama ini Filan yang mereka kenal adalah sosok yang pemarah dan sensi. Bukan tipe pemurung yang jika diledek sedikit saja bakalan baper. Dengan insting kuat mereka, akhirnya mereka menyadari satu hal.

Filan jatuh cinta.

Sekaligus patah hati.

Mereka mengetahui semuanya dari sepupu Visi yang ternyata mudah mereka bujuk. Dengan ditraktir bakso tiga kali, Ikky dengan senang hati menceritakan apa yang terjadi antara Filan dan Visi. Murahan.

Putra membuka laptopnya, memasuki website SBMPTN. Menunggu hasil mereka. Tino juga melakukan hal yang sama dengan ponselnya. Mereka ingin mengetahui hasil kerja keras mereka.

"Gila. Deg-degan. Pengen boker." Kata Tino pelan.

"Semoga Filan lolos." Lanjut Putra. Cowok itu menjambak rambutnya sendiri dengan kesal. "Semoga kemaren pas ngerjain dia fokus." Gumam Putra yang membuat Tino disebelahnya mengangguk setuju.

"Kita tau semuanya. Gue juga jadi ngerti posisi Visi. Lo tau lah cewek macam apa si Sarah itu. Susah banget jauh-jauh dari dia."

"Andaikan kita tahu semuanya dari awal, kita gak bakalan ngebiarin hal ini terjadi." Kata Putra dengan menyesal. Memang awalnya mereka hanya mengira Filan main-main dengan perasanannya sendiri. tidak tahu bahwa sebenarnya perasaan Filan sangat tulus.

"Si bego. Kalo gitu gue nyelidikin si Ikky dari lama dah." Kata Tino dengan parau.

Lalu tak lama pintu café terbuka. Menampilkan sosok Filan yang berwajah datar sedang celingak-celinguk.

"Lan!" Kata Putra memanggilnya sambil mengangkat tangannya dan melambai-lambai. Setelah mengetahui posisi kedua sohibnya, Filan segera mendatangi mereka. Duduk dihadapan mereka dengan wajah tanpa ekspresi.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Putra dengan pelan. Filan mengangguk.

"Roland udah balik ke rumah. Keluarga gue udah menjadi normal."

"Lo tau bukan itu maksud kita." Kini Tino berucap. Melihat Filan mendengus kecil, Tino tahu bahwa semuanya tidak baik-baik saja.

"Dia sempet ngirim gue pesan, dan itu rasanya.. nyesek. Seolah-olah dia gak mau ketemu gue lagi." Kata Filan lalu menghela nafasnya. Lalu dengan tatapan setengah yakin, mata elangnya menatap kedua sahabatnya itu. "Gue bisa. Ya kan?"

Tidak ada yang mengangguk maupun menggeleng.

Semuanya terdiam saling tatap satu sama lain.

"Ngomong-ngomong jam 2 masih ada empat jam lagi. Ngapain deh kita nongkrong dari jam segini?" Tino mengangkat kedua alisnya, bersamaan dengan Putra.

"Lo gak baca pesan dari kita?" Tanya Putra mewakili Tino. Filan menggeleng. Lalu cowok itu ingat. Ponselnya kemarin sore tidak sengaja jatuh dari balkon kamarnya menuju halaman depan. Ponsel itu lepas begitu saja dari genggamannya. Yang hanya Filan dapat selamatkan hanya kartu memori dan SIM Card. Itupun dia memasukkannya kedalam ponsel cadangan dirumahnya. Ponsel layar sentuh kecil keluaran lawas.

"Hape gue jatoh dari balkon. Gue Cuma bisa nerima SMS dan Telepon." Aku Filan. Memang semalam dia membeli ponsel baru dengan diantar Roland yang menjaganya seperti anak kecil yang keluar tengah malam demi sebuah ponsel. Dan ponsel baru itu kini lowbat.

"Gue lupa ngecas gara-gara langsung gue hidupin semalem. Barusan matinya sih, tapi gue belum sempet liat chat baru dari kalian." Katanya dengan polos. Lalu cowok itu mengeluarkan power bank berwarna merah jambu. Mencolokannya ke ponselnya yang benar-benar mati total.

"Duh. Harus banget pink?"

"Punya Roland. Ini aja gue dapet nodong." Gumam Filan menahan malu. Setelah sekitar sepuluh menit, Filan menghidupkan ponselnya. Tidak peduli dengan kesehatan baterai ponsel barunya.

Baru saja dihidupkan, ponsel Filan tak berhenti bergetar. Banyak chat yang masuk. Termasuk cewek-cewek yang biasa modus kepadanya. Lalu cowok itu membuka grup mereka. Menyisakan empat notif baru yang belum sempat ia baca.

Putra : Besok sambil nunggu kita ngomongin kuliah kuy?

Tino : Oh iya ya. Besok pengumuman jam 2. Kita udah nunggu 4 jam sebelumnya.

Putra : Oke deal?

Tino : Boleh aja gue mah.

Lalu matanya melihat notif dideretan paling atas.

Ina.

Dengan perasaan gugup, cowok itu lantas membuka chat dari sahabat Visi itu.

'Visi berangkat ke Belanda hari ini.'

Filan langsung berdiri dari bangkunya. Menyisakan Tino dan Putra yang menatapnya terkejut setengah mati. Untung saja kopi yang dipesan Tino tidak tumpah.

"Kenapa, Lan?" Kata Putra. Filan mengumpat.

"Visi pergi ke Belanda."

Sontak, kalimat itu membuat Putra dan Tino menatap Filan dengan cemas. Filan tidak akan gila pada hari pengumuman SBM ini kan?

###


Afterglow [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang