"Buat?" Ina ikut menanyakan hal tersebut.
"Ngungkapin perasaan gue."
Kini hanya terdapat keheningan dimeja itu. Suara orang mengobrol disekitar mereka seolah menghilang. Terganti dengan keheningan yang sangat dalam. Andaikan saja hal ini terjadi lebih cepat, pasti hari ini Visi tidak pergi. Ina mengusap wajahnya gusar, coba saja dia tetap rgois dengan cara tetap membalas pesan Filan. Tapi waktu tidak dapat diulang.
"Emang gimana perasaan lo?" Tanya Ikky dengan sendu.
"Gue pengen ngomong kalo gue suka dia. Dan semenjak dia menghilang, gue sadar bahwa perasaan gue lebih dari sekadar suka, I Love her." Bisik Filan diujung kalimat terakhirnya. Ina menutup mulutnya.
"Dia juga sama, Lan." Kata Ina sambil menatap Filan sedih.
"Mungkin lo bisa neghubungin dia nanti begitu dia udah nyampe." Filan mengangguk. Jujur saja, Ikky merasa prihatin dan gemas dengan cowok dihadapannya. Bukankah Filan terkenal sebagai badboy? Memangnya hanya mengatasi sepupunya saja seperti susah minta ampun begini?
"Gemes gue sama kalian. Tinggal bilang saling cinta apa susahnya sih? Pake iming-iming sahabat segala. Sama-sama gengsi. Gue tahu betapa besarnya peran Visi dikehidupan lo. Dia negbantu keliarga lo utuh kan? Yah, walaupun itu juga tidak sengaja karena dengan begonia dia ngikutin lo ke gang sore itu." Kata Ikky lalu membayangkan wajah Visi ketika berbicara hal itu.
"Tapi nasi sudah menjadi bubur." Lanjut Ina. Llau cewek itu tersadar.
"Hape lo emang kenapa? Gue udah ngirimin pesan itu bahkan sebelum Visi berangkat. Kok lo baru nyampe sekarang?" Dada Filan terasa sesak.
"Hape gue jatoh kemaren. Dan hape gue yang baru lowbat. Makanya gue baru buka pesan lo telat."
"Padahal tadi pesawat Visi sempat tertunda lima belas menit. Kalo lo dateng begitu nerima pesan Ina, gue jamin lo bakalan ketemu dia. Ah nggak, lo bisa nyegah dia pergi." Ungkap Ikky. Filan tersenyum miris.
Andaikan saja dia tidak mengangkat telepon dari Sarah.
Andaikan saja ponselnya tidak terjatuh.
Andaikan saja hari itu dia tidak datang ke Sarah dan membatalkan janjinya.
Andaikan saja dia tidak bertemu dengan Visi.
Filan tahu, ini semua hanyalah sebuah permainan kecil. Memang bisa dianggap seperti itu. Jika kau ingin seseorang kembali pada hidupmu maka kau harus melepaskan seseorang pergi dari hidupmu. Filan menjadi teringat perkataan itu, perkataan yang pernah dibacanya di sebuah Novel di perpustakaan sekolah.
Ina membuka tas putihnya. Mengeluarkan amplop putih pemberian Visi kepada Filan. Filan menerimanya dengan tatapan bingung.
"Kata Visi seharusnya gue kasih itu ke elo waktu lo lulus SBM. Tapi gue gak mau nunda semuanya lagi. semoga yang diharapkan Visi terwujud, yaitu lo lolos SBM dengan begitu amplop yang gue kasih ke elo lebih cepat dari yang seharusnya ini gak sia-sia."
Ina dan Ikky bangun dari duduknya.
"Kita balik duluan. Orang tua Visi udah pulang dari tadi. Kita tetap stay disini demi elo. Kita yakin lo pasti datang." Kedua orang itu pergi menyisakan Filan yang masih terduduk. Lalu tak lama Filan memesan dan memintanya diantarkan langsung ke mejanya. Filan masih duduk lalu dengan gugup tangannya membuka amplop itu. Dikeluarkannya sebuah kertas warna berwarna ungu kebiruan. Warna seperti langit ketika Afterglow berlangsung.
Hi, Mr.Afterglow.
Ina udah ngasih kertas ini berarti lo udah lolos SBM. Congrats!
Maaf sebelumnya gue mendadak pergi ke Belanda. Maaf gue nggak ngasih tau dulu ke elo. Gue gak mau ganggu lo buat belajar SBM karena gue tahu cita-cita lo menjadi Arsitektur itu gak gampang dan butuh usaha yang lebih. Dimanapun tempat kuliah lo nanti lo harus bersyukur karena lo masuk ke dalam siswa yang sukses di SBM.
Gue harap ini belum terlambat.
Gue marah dan kecewa waktu lo batalin janji kita waktu itu. Aneh ya? Padahal harusnya gue biasa aja, tapi gue malah kesel banget. Gue tahu bahwa lo itu sibuk, Lan. Tapi seharusnya lo jelasin ke gue. Gue emang nuntut penjelasan dari elo, karena gua bakalan percaya penjelasan lo, Lan. Gue percaya sama lo. Tapi lo bahkan gak inisiatif untuk menjelaskan semuanya. Gue tahu lo dateng kerumah, dan gue benci diri gue sendiri yang gak bisa nemuin lo.
Maaf kalo sebelumnya pesan gue nyinggung lo, jujur gue kalap.
Tapi gue nggak menyesal pernah kenal sama lo. Lo udah membuat gue lihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda dari sebelumnya. Gue nggak keberatan ngebantu elo. Gua tahu bahwa memang gue terlalu ikut campur, tapi itu semua karena gue pengen lo seneng.
Satu hal lagi yang sampai detik ini gue simpen, Lan.
That I Love You. My Perfect Stranger J
P.S. Gue laper bego, gue pengen makan bakso yang elo beliin waktu pertemuan pertama kita.
P.S.S. Gue kangen liat muka minim ekspresi lo. Jangan jadi brengsek please.
From Mrs.Afterglow.
Filan terhenyak. Seharusnya dia mendobrak masuk saat ia kerumah Visi. Visi tidak membencinya, bahkan cewek itu terkesan seperti telah merelakannya. Kini perasaan bersalah memenuhi dada Filan. Apakah dia harus mundur? Memang Visi tidak membencinya, tapi Filan tahu bahwa Visi benar-benar sudah menyerah. Semuanya murni kesalahan mereka berdua, sama-sama tidak bisa dengan cepat jujur perasaan masing-masing. Membiarkan setiap celah kedekatan mereka dimasuki berbagai macam hal yang membuat mereka menjauh.
Filan tidak peduli dengan pengumuman SBM sampai dia tidak sadar bahwa dia sudah termangu ditempat itu hingga pengumuman itu tiba.
Ponselnya bergetar, panggilan masuk dari Tino.
"FILAN!! LO KETERIMA DI ARSITEKTUR!!!!!"
Hanya seulas senyum kecil yang tergambar diwajah cowok itu. Seharusnya dia bahagia kan? Kenapa rasanya kurang lega? Filan memutus secara sepihak panggilan itu. Memang Filan tidak menyia-nyiakan waktu kosongnya, dia berusaha mengalihkan pemikirannya dari Visi. Oleh sebab itu dia belajar sungguh-sungguh untuk mendapatkan PTN dan jurusan yang diinginkannya. Karena Visi bilang, dia bisa menghubungi cewek itu begitu dia keterima di PTN.
Seharusnya dia ada disini bersamanya, Filan sudah berjanji akan membelikan cewek itu hadiah jika cewek itu lolos. Dan Visi juga berjanji akan memberikan Filan hadiah jika Filan lolos. Namun sayang, janji hanyalah janji. Visi benar-benar memberikan hadiah untuknya. Sebuah pernyataan cinta secara tidak langsung, dan sebuah kepergian cewek itu dari hidup Filan. Filan tidak dapat memberikan Visi hadiah karena cewek itu bahkan tidak mengikuti SBM. Namun Filan tetap ingin memberikan cewek itu hadiah.
Jika langit sore itu menjadi awal perjalanan kita, maka langit sore hari ini menjadi akhir perjalanan kita.
Filan menggeleng. Meninju kuat-kuat pemikiran itu. Dengan sendu dia berucap,
"I've always loved you."
Karena Tuhan hanya mempertemukan, bukan mempersatukan.
-END-
End 3/7/17.
Akhirnya Afterglow beres dengan ujung yang menggantung :) Makasih banyak yang udah Vomment dan ngikutin cerita ini :) Bisa minta tolong gak? promosiin cerita ini ke teman teman kalian ya :) Biar aku tahu, bahwa setidaknya ceritaku bernilai hehe..
Baca work aku yang lain yuk?
Ada 'My Dearest Fear' yang masih on going, RAGA yang udah selesai, dan Changing Me yang udah selesai.
P.S. Bakalan ada epilog kok.. Sans
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...