"Astaghfirullah!!! Kamu nge-trek, Lan?" Bu Uli sang guru BK tercinta membentak Filan yang duduk dibanku panas seperti biasanya. Tadi Bu Uli sudah memanggil Tino dan Putra sebagai saksi, namun dasar entah dari mana Bu Uli tahu Filan balapan motor padahal kejadian itu sudah lebih dari tiga minggu yang lalu.
"Saya cuma lagi iseng sama kakak saya, Bu." Kata Filan pelan.
"Ampun deh! Siniin hp kamu!" Filan yang tidak ingin Bu Uli pingsan gara-gara dia akhirnya menyerahkan ponselnya. Bu Uli langsung mengecek daftar kontak Filan, berniat menelepon orang tuanya langsung. Namun guru BK itu malah mengerenyit heran dan melihat Filan dengan tatapan tidak percaya.
"Apaan ini. Kontak di hape kamu masa Cuma enam doang?"
"Sekarang udah modern bu, pake L*ne, BB*, P*th, Inst*gram kan bisa bu."
"Ibu nanya serius Filan." Geram Bu Uli.
"Iya, Bu. Cuma segitu aja." Ungkap Filan jujur.
"Papa, Mama, Tino, Putra, si brengsek, dan ... Visi." Bu Uli terdiam sejenak. Hanya ada eman nomor ponsel yang dimiliki Filan. Guru BK itu mengingat kejadia saat ia memanggil Filan beberapa saat lalu. Dia ingat nama cewek itu. Lantas Bu Uli menyeringai kearah Filan, Filan menjadi semakin was-was dengan perubahan ekspresi dari Bu Uli. Filan berharap Bu Uli tidak kerasukan jin yang ada di ruang BK ini.
"Bu. Sehat?"
Tanpa menjawab pertanyaan Filan, Bu Uli mengambil langsung ponsel miliknya yang dibalut case warna merah menyala. Dia menyalin kontak Visi ke ponselnya. Memang hal ini konyol, namun Filan sudah kebal jika Bu Uli harus menghubungi kedua orang tuanya.
"Halo? Dengan Visi ya?"
"..."
"Iya. Saya Bu Uli, guru BK Filan. Kamu ada waktu senggang? Kebetulan ada yang ingin ibu minta tolong."
"Bu!" Teriak Filan namun Bu Uli menjauhkan ponsel yang sedang menempel ditelinganya itu. Nyumpahin guru dosa gak sih? Batin Filan.
"..."
"Oh iya. Nanti biar Filan jemput kamu aja ya? Maaf ya Visi udah ngerepotin padahal kita belum pernah ketemu." Kekeh Bu Uli kelewat gaul.
"..."
"Iya. Makasih ya, Neng." Bu Uli menutup panggilannya. Guru itu menatap puas kearah layar ponselnya lalu melirik sekilas kearah Filan yang sedang terduduk masam.
"Tuh. Kamu denger kan? Jemput Visi sana."
Dan Filan hanya mendengus. Sebenernya senang juga sih. Tapi sedikit.
###
"Duh, udah ditungguin akang ganteng." Ina menyenggol pelan lengan Visi yang menatap datar kearah Filan dan Ikky. Kedua cowok itu sedang bercengkrama di depan sekolah yang tentu saja membuat mereka menjadi pusat perhatian. Siapa sih yang tidak mengenal mereka berdua?
"Ceritanya mau baikan nih?"
Baikan tidak ya? Pikir Visi. Asik juga kalo gak baikan.
Visi tersenyum kecil. Memang dia sudah tahu alasan mengapa Filan seperti itu padanya. Kemarin dia sudah menceritakan semuanya _kecuali tentang hal pribadi kehidupan Filan_ kepada Ina dan cewek itu memberinya saran bahwa itu reaksi yang wajar jika seseorang tiba-tiba masuk ke kehidupan pribadi mereka.
"Eh tuh dateng." Kata Ikky menunjuk Visi dengan dagunya. Visi pura-pura mengalihkan pandangannya dan menghampri dua cogan itu.
"Balik gih sana. Nanti gue bawain pizza sisa anak-anak." Hari ini Ikky kumpul lagi dengan gengnya. Padahal tadinya Visi mau ikut, karena jika geng Ikky sudah kumpul pasti ujung-ujungnya banyak makanan. Banyak makanan sama saja surga duniawi bagi Visi.
"Jangan sisaan juga, Ikky." Kata Visi lalu mencubit pelan lengan cowok itu.
"Iya-iya. Nanti gue beliin deh. Satu slice. Hehe.." Begitulah Ikky. Pelit sih tapi bikin rindu. Visi memukul pundak Ikky pelan dan menatap cowok itu tajam. Sedangkan Ikky sudah terkekeh geli dosampingnya.
Visi lalu melirik Filan, mengerti dengan sinyal dari Visi cowok itu menyerahkan helm putih yang ia pinjam dari Putra yang kebetulan membawa helm dua. Visi menerimanya dengan datar. Sebenarnya sih Visi sudah gemetaran juga.
"Udah yuk, Ky. Nanti kita ganggu." Kata Ina lalu mengajak Ikky balik ke gedung sekolah.
"Jadi.. apa?" Kata Visi belum mengenakan helmnya. Ia memasang wajah juteknya. Filan mengerti lantas cowok itu berkata sambil mengambil helm dilengan Visi dan memakaikannya ke kepala cewek itu. Tidak menyadari bahwa Visi menahan nafasnya selama ia melakukan hal tersebut.
"Gue gak gampang loh minta maaf." Katanya lalu menarik lengan Visi untuk naik ke motornya. Dari balik helm itu Visi tersenyum. Sepertinya dia akan memilih untuk memaafkan Filan saja, dia tidak tahan lama-lama jika membiarkan cowok itu kesusahan.
###
Beberapa bulan kemudian....
"Gak jadi deh." Visi cemberut.
Rasanya sangat sakit dan membuat malas untuk berbuat apapun. Visi menghembuskan nafasnya lelah. Menatap pantulan wajahnya di cermin. Filan membatalkan acara main mereka. Mungkin Visi akan memahaminya jika cowok itu membatalkannya tadi malam, atau tadi pagi. Tapi ini hanya setengah jam sebelum waktu janjian mereka. Rasanya Visi ingin mengutuk Filan.
Visi sudah mengenakan pakaian mainnya. Celana putih panjang, kaos polos berwarna hitam, dan denim jaket yang sudah siap digunakan. Wajahnya juga sudah dia poles dengan bedak dan lipgloss. Visi cemberut. Dia sudah rapi, tidak ingin merusak penampilannya saat ini.
"Bang."
Kata Visi sambil menempelkan ponselnya ketelinga kanannya. Dia memanggil Ikky. Visi yakin Ikky pasti gabut, atau bahkan memang cowok itu selalu saja gabut sehingga sedia 24/7 untuk Visi.
"Apaan?" Terdengar suara malas dari Ikky.
"Gue gak jadi jalan."
"Hah? Kok bisa?" Ikky berteriak membuat Visi menjauhkan sesaat ponselnya dari telinganya.
"Dia ngebatalin barusan. Gue udah rapi gini."
"Ck. Kasian amat sih sepupu gue. Sepuluh menit gue nyampe. Kita main ke Timezone." Visi tersenyum. Memang benar, Ikky selalu ada untuknya. Visi melirik jam didinding kamarnya. Sepuluh menit lagi. walaupun sebenarnya Visi sangat kecewa dengan pembatalan Filan yang mendadak itu. Apa boleh buat. Visi tidak berhak marah, karena dia bukan siapa-siapa bagi Filan.
###
Selamat Hari Raya Idul Fitri! Mohon maaf lahir dan batin ^ ^ (bagi yang menjalankan)
Kemaren-kemaren aku gak up karna sibuk sama lebaran, biasa, nyari uang, makan, silahturahmi. alhamdulillah masih ada yang ngasih uang hehe..
Cerita ini menarik gak sih? Jujur aja belakangan ini jadi aneh aja gitu. Vomment nya ya ^ ^ Makasih loh
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Ficção AdolescenteVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...