5 - Ando

6.1K 453 0
                                    

"Itu cewek yang ngintip disana cewek lo?"

Tubuh Visi menegang. Dia ketahuan? Gak mungkin kan?

"Siapa?" Kata Filan bingung lalu membalikan tubuhnya. Lalu cowok itu mendesah frustasi. Dia sudah tahu pasti itu siapa. Cewek yang sudah ia peringatkan saat awal mereka bertemu.

"Cewek. Keluar dong. Lo pacarnya Ando ya? Jangan malu-malu gue kakaknya Ando loh." Kata Roland sambil berteriak. Mendengar hal itu bukannya menghampiri, namun Visi mengambil ancang-ancang untuk kabur.

"Satu. Dua. Ti—"

"Ikut gue." Belum saja Visi menyelesaikan hitungannya untuk kabur, tangannya sudah ditarik oleh Filan. Tentu saja Visi terkejut. Dia berusaha melepaskan cengkraman tangan Filan. Namun sepertinya tenaganya saja tidak bisa membuat cowok itu menoleh kepadanya. Akhirnya, Filan membawa Visi kehadapan Roland.

"Manis. Jadi ini alesan lo gak mau nyari cewek di club?" Visi membulatkan kedua matanya. Ternyata perkataan Ikky benar. Alarm tanda bahaya berdering diatas kepalanya.

"Hm." Jawab Filan singkat.

"Padahal cewek di club lebih montok loh. Tapi manisan dia sih." Kata Roland lalu melihat penampilan Visi dari atas sampai ke bawah. Merasa kesal Visi menatap sinis Roland. Dia tidak tahu Roland itu siapa, tapi berani-beraninya cowok itu membandingkan dirinya dengan cewek di club.

"Maaf ya. Tolong bedakan gue sama cewek di club." Sinis Visi. Filan menoleh cepat ke arah cewek itu. Tidak menyangka Visi malah melawan.

"Wahahahaha... Keren nih!" Roland malah bertepuk tangan.

"Langgeng ya sama Ando. Oh ya, nama lo siapa?" Ditanya seperti itu Visi mengerutkan alisnya. "Lo siapa?" Tanyanya terlebih dahulu. Visi menarik rambutnya yang tergerai kebelakang menjadi kedepan. Dia berusaha menutupi name tag miliknya.

"Gue Roland. Kakaknya Ando. Lo?" Kata Roland dengan ramah. Filan menatap Visi dengan cemas.

"Gue ... Lia."

"Oh Lia? Hai Lia! Salam kenal ya!" Roland mengulurkan tangannya menunggu untuk dijabat Visi. Visi malah mundur. Mengerti perilaku Visi, Filan bertindak. Cowok itu menurunkan lengan Roland yang menggantung di udara tanpa dijabat Visi.

"Gue balik dulu. Mau anter Lia." Mendengar itu Roland mengangguk. "Silahkan." Dengan cepat, Filan menggandeng lengan Visi. Membawa cewek itu pergi dari gang gelap itu.

Roland tersenyum. Walaupun seperti itu dia berharap Filan tidak akan bernasib sama dengannya. Roland berharap adiknya mampu menjaga wanitanya, tidak seperti dirinya yang harus kehilangan wanitanya.

###

Visi dengan kaku duduk di samping bangku pengemudi. Filan tidak ada niatan untuk menyalakan radio. Keadaan sudah sangat hening sejak mereka pergi dari gang itu.

"Ekhem." Filan berdeham.

"Lia?" Kata Filan yang membuat Visi menoleh ke arahnya. Mungkin cowok itu bingung dengan nama lain Visi.

"Visilia. Nama gue." Kata Visi menjelaskan. Filan tersenyum kecil.

"Kenapa lo ngikutin gue?" Kata Filan tiba-tiba. Jantung Visi ingin copot.

"Gue... kepo aja." Jelas Visi. Filan menggeleng tidak percaya. "Udah gue bilang dari awal jangan penasaran. Masih aja ngeyel. Lo dalam bahaya."

"Hah? Apa?" Kata Visi terkejut lalu memutar tubuhnya menghadap Filan yang sedang mengemudi.

"Resiko ditanggung sang penantang." Ucap Filan pelan. Lalu cowok itu tersenyum miring.

"Pertama kalinya ada yang berani nantang. Pertama kalinya juga gue harus ambil peran." Visi yang otaknya memang terkenal lemot semakin lemot mendengar perkataan Filan. Siapa menantang siapa?

"Lo harus siap, Lia. Lo jangan bosen sama gue. Karena mulai saat ini lo udah ikut permainan." Kata Filan menekankan kata 'Lia'. Visi meneguk ludahnya dengan susah payah. "Gu-gue mau balik." Cicit Visi. Ketakutan.

"Ini gue mau anter lo balik. Rumah lo dimana?"

"Komplek Mawar." Filan mengangguk.

"Gak usah takut selama lo jadi Lia. Oh, dan inget. Panggil gue Ando kalo kita bertemu dia lagi."

"Gue gak mau ketemu dia lagi." Melihat wajah Kakak Filan tadi saja membuat Visi ketakutan. Apalagi barusan yang dikatakan Filan semakin membuatnya merinding.

"Lo salah, Visi. Dia udah kenal lo. Yakin lo bakal bebas lagi?"

"Selama ada gue, gue bakal jaga keselamatan lo."

Dan untuk kali ini Visi menyesal tidak mendengar perkataan Ikky. Dia menyesal mengikuti Filan. Dan dia menyesal telah penasaran dengan Filan. Penuturan kalimat terakhir Filan entah mengapa mengapa membuat Visi jantungan. Kalo dadamu berdebar-debar itu ciri-ciri jantungan kan?

"Gue mau makan." Sebuah kalimat pernyataan bukan pertanyaan keluar dari mulut Filan.

###

"Gue lagi pengen makan bakso. Gak apa-apa kan kita kesini?" Kata Filan ketika melihat raut wajah tidak nyaman dari Visi. Kedua remaja yang masih mengenakan seragam sekolah itu terlihat memasuki sebuah rumah makan yang menjual aneka macam hidangan dengan bakso.

"Iya." Kata Visi singkat. Filan melirik Visi kecil.

"Gak nyaman makan bareng gue?"

"..."

"Jujur aja. Gak nyaman?"

Visi diam sesaat. Berusaha menyusun kata-kata yang tepat. "Gimana ya? Gitu deh." Kata Visi ketika dirinya tidak memiliki kata yang akan dikeluarkan.

"Anggap aja gue lagi bayar lo."

"Apa?" Kata Visi tersinggung. Telinganya mendengar perkataan yang ambigu. Bukannya senang, tapi perkataan itu membuatnya tersenggung. Apakah Filan berpikiran yang sama dengan Kakaknya? Membandingkan Visi dengan wanita club?

"Denger ya Filando. Gue gak minta bayaran. Dan gue gak tau kenapa gue dibayar. Gue harap lo gak berpikiran sempit dan membandingkan gue dengan cewek yang biasa lo bayar di club." Visi berkata dengan nada geram.

"Gue gak ngebandingin lo." Kata Filan lalu mendorong pelan dahi Visi. Membuat cewek itu mundur selangkah karena skinship yang tiba-tiba itu.

"Terus?"

"Salah ya kalo gue ngajak lo makan? Emang lo gak laper?" Kata Filan lalu matanya menangkap sebuah meja kosong diujung. Cowok itu berjalan pelan diikuti Visi dibelakangnya.

"Laper sih.." Gumam Visi. Cewek itu melirik jam tangannya. Sudah menunjukan pukul setengah tujuh. Mereka belum ibadah.

"Filan. Gue mau solat dulu." Ucap Visi ketika Filan duduk di bangkunya. Filan menaikkan sebelah alisnya. Lalu cowok itu mengangguk. Visi segera melenggang pergi. Ketika matanya melihat tanda tulisan 'mushola' cewek itu segera berjalan menuju arah yang ditunjukan sebuah pelayan. Filan melihat hal itu dan tersenyum kecil. Cowok itu memanggil seorang pelayan.

"Pesan apa, dek?" Kata pelayan itu.

"Mas boleh saya booking dulu meja ini? Saya mau ke mushola bentar tapi takut tempatnya nanti diambil orang." Pelayan itu tersenyum.

"Nanti saya kasih tanda dek." Katanya lalu Filan tersenyum. Cowok itu bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti langkah Visi tadi.

###

Afterglow [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang