"Gak tau kenapa gue bisa luluh gara-gara coklat dua batang. Gue murahan banget." Gumam Visi yang berjalan dibelakang Ikky dan Ina. Ikky dan Ina saling tatap lalu menampilkan ekspresi menyesal, walaupun sebenarnya tidak sama sekali menyesal.
"Nggak murahan kok. Coklat emang enak."
"Dark choco nggak enak." Visi berkata sambil memasang wajah datarnya. Merasa dibohongi kedua orang itu.
"Kalo lo nggak suka dark choco, gimana mau tau tentang cinta? Cinta itu diibaratkan seperti coklat. Ada yang manis dan ada yang pahit. Semua coklat awalnya pait, tapi kalo dikasih gula bakalan manis. Iya kan?" Kata Ikky dengan bijaknya yang malah membuat Visi mual.
"Diem deh. Tukang playboy kayak lo gak pantes nyeramahin gue." Visi berkata dengan tajamnya.
Ketiga orang berseragam batik berwarna putih biru itu berjalan memasuki lapangan SMA Bina Taruna. Sudah terdapat banyak stand buku-buku dipinggir lapangan, dan mereka bersyukur ternyata acara ini ramai juga.
Mata Visi menuju kearah pohon besar yang sangat rindang. Matanya menyipit merasa familier dengan orang itu.
"Siapa?" Kata Ina disebelah Visi.
"Gila. Ganteng euy. Visi liat aja deh kalo ada yang ganteng." Visi berdecak. Pasalnya bukan hanya mereka saja yang melihat kearah ketiga orang yang sedang duduk ditanah tepat dibawah pohon besar itu. Malah hampir semua siswi mungkin melihat kearah situ. Visi mendengus, siapa lagi?
"Kok kayak kenal ya? Samperin yuk." Ina mengaitkan lengannya dengan lengan Visi. Ikky yang melihat hal itu segera menahan pundak Visi yang terseret oleh tarikan Ina.
"Jangan macem-macem kalian." Kata Ikky dengan galak. "Kalo macem-macem gue gak ngijinin lo lagi deket-deket sama Visi, apalagi nebeng mobil gue pulangnya." Kata Ikky yang berupa ancaman kepada Ina. Ina menatap Ikky dengan takut-takut lalu mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
"Damai bos. Gak macem-macem kok." Kata Ina. Visi celingukan melihat kedua orang itu.
"Bang. Gue juga bisa kabur kali kalo si Ina macem-macem, mending lo pergi kesana. Katanya mau ke temen-temen lo?" Ikky mengangguk, lalu cowok itu menunjuk kearah ruang kelas diujung. Menandakan bahwa dia akan berada disitu.
"Ruang kelas temen gue disana. Kalo ada apa-apa kesana. Hati-hati." Ikky lantas berbalik. Cowok itu meninggalkan Ina yang terbengong sambil mengeratkan pegangannya yang sedang memegang lengan Visi. Visi berdecak kesal. Kalo niat Ina akan kesana, kebawah pohon itu, lebih baik Visi alasan ingin memilih buku-buku yang dijejerkan.
"Mau kemana sih?" Kata Visi pelan.
"Itu tuh. Ketiga cowok itu." Kata Ina. Visi memutar bola matanya.
"Plis jangan." Cicit Visi.
"Loh emang kenapa??" Ina bertanya dengan bingung.
"Udahlah gue bilang jangan ya jangan. Ini wilayah mereka, lo gak mau kan berurusan sama anak-anak sini?" Ina menggeleng dengan tidak yakin.
"Lo kenapa sih?" ina lantas melihat kearah pohon itu lagi. sebuah kejutan jika ketiga pasang mata cowok itu juga sedang melihat kearahnya. "Ih mereka ngeliat kesini!!" Jerit Ina.
"Kabur." Kata Visi pelan lalu berjalan meninggalkan Ina. Namun sayang, tangannya masih dipegang Ina. Sehingga langkah Visi tertahan.
"Ina! Kabur!!" Kata Visi lalu menarik lengan Ina, tapi dasar kepala batu, Ina masih diam ditempatnya. Hingga terjadilah insiden tarik-menarik.
"Kenapa harus kabur sih?? Gue mau nyapa mereka, ih!"
"Pokoknya harus ka—"
"Hai, Visi kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...