17 - Privacy

5.1K 361 6
                                    

"Akhirnya masuk juga." Anggia berkata demikian ketika Visi duduk disebelahnya. Tidak terasa sudah dua kali Visi tidak mengikuti les. Tidak terasa pula, semenjak acara Pramuka itu Visi tidak bertemu lagi dengan Filan. Entah dia harus bersyukur atau tidak. Jika menurut Ina, mungkin Filan adalah sebuah awal untuk Visi, maka seharusnya Visi tidak sungkan jika bertemu lagi dengan cowok itu. Tapi kenapa rasa takut itu muncul lagi?

"Iya nih. Kemaren lagi nggak enak badan." Anggia mengangguk. Cewek itu membuka buku catatannya. Menyodorkannya kepada Visi.

"Catetan. Foto aja ya? Maaf gak bisa minjemin." Visi mengangguk. Tersenyum berterima kasih kepada cewek yang baik itu. Visi tidak tahu, bahwa sebenarnya dia menanam sebuah kepercayaan kepada orang-orang disekitarnya. Hanya saat ini Visi belum bisa membedakan, apakah rasa percaya itu harus diikrarkan atau tidak.

Visi mengeluarkan ponselnya dan menjepret buku catatan Anggia beberapa kali. Dia akan menyalin materi itu pulang les nanti.

"Visi?"

"Hm?" Mata Visi masih fokus kearah ponselnya. Melihat apakah hasil jepretannya tadi sudah bagus atau belum.

"Lo ... deket sama si Filan?" Visi langsung mengangkat kepalanya. Dilihatnya Anggia yang mengigit bibir bawahnya. Sepertinya ada yang di sembunyikan cewek itu. Ditatap oleh Visi membuat Anggia menjadi salah tingkah.

"Maksud gue, pas kemarin lo gak masuk, dia nanyain lo terus ke gue. Dia minta kontak sama ID L*ne lo, tapi nggak gue kasih. Habisnya dia mintanya sambil natap gue dingin. Jadi ogah gue, takut lo diapa-apain." Visi tersenyum kecil.

"Jangan dikasih. Kita nggak deket kok. Cuma ... ya, ada sebuah kejadian yang bikin kita berdua seolah-olah deket." Anggia menganggukan kepalanya. Lalu cewek itu meringsut kearah Visi. Berbisik-bisik.

"Dia nyeremin." Kata Anggia. Padahal hanya ada mereka berdua di ruang kelas. Visi mengangguk setuju. Cowok menyeramkan dengan sejuta rahasia. Ditambah lagi, sejujurnya Visi belum bisa mendeskripsikan sifat Filan. Baik? Bisa jadi, tapi kadang-kadang nyebelin. Seram? Udah jelas, tapi dia suka senyum-senyum. Galak? Bisa jadi, tapi Visi hanya melihatnya ketika dia bersama orang lain. Perhatian? Setelah kejadian saat daun pisang itu bisa jadi. Tapi masalahnya, Visi tidak tahu Filan itu yang mana. Dia seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda. Sama seperti namanya, Filan atau Ando.

"Banget." Lanjut Visi.

"Lo tau gak? Dikelas ini yang nggak berbaur Cuma dia doang. Udah mukanya datar kayak aspal, sifatnya dingin kayak kulkas. Padahal ganteng, sayang banget sifatnya jelek." Visi mengangguk lagi. sebenarnya Anggia itu memuji Filan atau malah menghinanya sih?

"Gue juga sebenernya males sih kalo berhubungan sama cowok semacam itu. Takut sama nyeremin. Kayak tokoh-tokoh di komik."

"Iya sih. Gimana dong? Dia satu kelas sama kita?" Kata Visi lalu terkekeh.

"Iya ih!" Anggia menggembungkan pipinya. "Visi, gue denger lo sepupunya si Ikky?" Visi mengerenyit heran. Lantas cewek itu menatap Anggia dengan tatapan penasaran, seperti biasanya. Bagaimana mungkin Anggia kenal dengan Ikky si biang onar yang hobinya ngupil?

"Iyap. Kok lo tau?"

"Taulah. Si Ikky kenalannya banyak kali. Apalagi dia ganteng, tanya deh ke anak sekolahan gue, nggak ada yang nggak kenal sama sepupu lo itu."

"Hah?" Visi tidak dapat mempercayai pendengarannya. Ikky?

"Yakin? Ikky? Rizky Gumelar?" Anggia mengangguk. "Iyalah."

Sesampainya dirumah dia akan membom bardir Ikky. Jika perlu cewek itu akan meneleponnya semalaman hingga semua rasa penasarannya terpuaskan. Jahat sekali jika Ikky tidak memberitahu Visi tentang kepopulerannya.

"Kalo diliat, lo manis juga ternyata." Anggia tersenyum sambil memperhatikan wajah Visi.

"Emangnya selama ini gue apa? Pait?"

"Hahahaha.. Nggak lah, Vis! Ada-ada aja lo mah!" Anggia tertawa sedangkan Visi cemberut. Merasa kesal.

"Kapan-kapan bawa Ikky kesini ya?" Visi tidak dapat menjawab permintaan itu.

###

"Aku dataanggg!!!!" Teriak Ikky dari depan pintu kamar Visi. Dengan muka yang penuh bahagia, cowok itu langsung membuka pintu kamar Visi dan tiduran di kasur Visi. Visi yang sedang duduk di depan laptop lantas berbalik. Menatap tajam Ikky yang sedang tiduran sambil memutar-mutarkan kantong pelastik hitam yang ia bawa.

"Lo itu...."

"Hm?" Ikky menatap Visi. Lalu cowok itu duduk bersila di atas kasur. Membuka plastic hitamnya dan mengeluarkan isinya.

"Tada! Macaroni super pedas!" Kata Ikky menunjuk sebungkus besar macaroni kering yang berwarna merah itu. Visi menelan ludahnya. Itu pasti sangat pedas, mungkin level tertinggi.

"Gue lagi gabut, kebeneran lo nelepon nyuruh gue kesini, yaudah deh sekalian gue beliin. Baik kan gue?" Kata Ikky menampilkan cengirannya.

"Gue mau nanya." Kata Visi lalu menghampiri Ikky dan duduk di hadapan cowok itu yang kini matanya tidak lepas dari bungkus macaroni sedangkan tangannya mencoba membuka bungkus itu.

"Kok ... lo terkenal sih?"

"Hah?"

Ikky segera melihat kearah Visi. Visi menelengkan kepalanya.

"Gue punya kenalan, namanya Anggia, dia bilang .... Lo terkenal. Emang lu kerja apaan? Kayaknya lu ngupil terus deh." Kata Visi yang membuat Ikky tersenyum kecil. Cowok itu menyodorkan macaroni ke Visi, Visi mengambilnya namun dia belum memakannya. Matanya masih menatap lurus kearah Ikky.

"Kepo seperti biasa." Kata Ikky. Visi cemberut.

"Gue juga gak tau kenapa bisa gitu." Kata Ikky lalu melipat kedua lengannya.

"Kenapa? Mau jadi populer juga? nanti gue post foto lu sama gue di IG."

"OGAH!"

Ikky terkekeh lalu merebut kembali macaroni dari tangan Visi. Visi mengerutkan alisnya. Sepertinya ada yang salah.

"JANGAN MAKAN DIKASUR! NANTI BANYAK SEMUUTTT!!!" Kata Visi dengan ganas sambil mendorong Ikky dari kasurnya. Ikky yang terkejut dengan serangan mendadak itu malah diam ditempat. Membuat akhirnya macaroni itu tumpah sedikit ke kasur Visi.

"Ikky! Tanggung jawab! Pake sapu lidi bersihin!!"

"Etdah mbak. Bawel banget." Kata Ikky lalu menaruh macaroni itu di meja kecil disamping ranjang Visi. Cowok itu berjalan dengan malas keluar dari kamar Visi, hendak mengambil sapu lidi.

Sedangkan Visi, cewek itu terdiam.

Sebenarnya, Visi itu tidak tahu apapun. Baik kehidupan Ikky maupun Filan. Dia hanya tamu tak diundang yang mencampuri kehidupan mereka. Dan detik itu pula Visi sadar, mungkin dia harus berubah. Bukan. Bukan berubah menjadi Power Rangers, berubah menjadi untuk tidak kepo lagi. Karena, setiap orang memiliki sebuah ruang yang tidak bisa dimasukki oleh siapapun.

###

Hayyy,,,

Mohon maap kayaknya aku bakal slow update sampai aku beres SBM dan tetek bengeknya. semoga aku lancar ngerjain soalnya dan semoga aku bisa lebih giat belajarnya hehe...

Tapi akan aku usahain update.

Karena aku sayang Filan <3

Afterglow [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang