4 - Bencana

6.7K 437 0
                                    

"Lo jadi ya les ditempat itu?" Ina berkata sambil memasukkan sepotong siomay ke mulutnya. Cewek itu masih saja menatap Visi sambil tetap mengunyah siomay dimulutnya. Menunggu Visi yang masih meminum jus alpukatnya.

"Elah. Lama amat minumnya." Sindir Ina karena Visi tak kunjung menjawabnya. Visi lalu tersenyum.

"Iya. Tapi gue seketika jadi nyesel."

"Loh? Kenapa?" Kata Ina lalu memasukan lagi siomay ke mulutnya.

"Lo tau kan gue gak pernah mau berhubungan sama anak badboy? Kecuali Ikky. Maklum sih gue deket sama dia, kan nyokapnya sepupuan sama nyokap gue." Ina menaikan sebelah alisnya. Bingung dengan penuturan Visi. Visi memang cewek yang tidak suka hal yang ;macam-macam', tapi untuk kali ini Ina merasa Visi seperti penasaran akan sesuatu. Dan Ina takut rasa penasaran Visi semakin menjadi. Karena Ina tahu, jika Visi sudah penasaran maka ia akan mengejar hal yang membuat dia penasaran itu.

"Ada apa emang? Ada badboy di tempat les lo?" Visi menggigit ibir bawahnya. Kalo make dan sering ke club itu bukannya lebih parah dari kata badboy?

"Ya. Bisa jadi."

"Tapi nih, Vis, menurut gue, idup ini gak asik kalo gak ada badboy. Bagai taman tak berbunga." Kata Ina sambil mengacung-acungkan garpu nya. Visi memutar bola matanya jengah melihat temannya itu.

"Tapi.... Dia itu gitu."

"Gitu gimana? Sering cabut? Wajar itu mah."

"Ok deh oke." Kata Visi akhirnya. Dia tidak bisa menjelaskannya kepada Ina.

"Kenapa? Jadi penasaran sama dia?" Visi mengangguk.

"Ganteng gak?" Kata Ina sambil sekalian menggoda Visi. Siapa sangaka Visi adalah salah satu cewek yang belum pernah pacaran. Sebuah rekor muri.

"Mmm.. Lumayan." Katanya sambil membayangkan wajah Filan. Ganteng sih, tapi kelakuannya gak kontras sama muka, batin Visi.

"Yaudah. Baik-baik deh lu sama dia. Lumayan cuci mata." Kata Ina diakhiri kekehan. Visi tersenyum kaku. Andaikan Ikky berpikiran yang sama seperti Ina. Tapi kenyataannya, Ikky secara gamblang memberi perintah untuk Visi. Menjauhi Filan.

###

"Hari ini lo les lagi?" Visi mengangguk. Disampingnya sudah ada Ikky yang tadinya ingin mengantarnya pulang. Sebenarnya Ikky tidak rela jika Visi bertemu lagi dengan orang itu. Dilihat dari reputasinya, orang itu sudah sangat di cap buruk. Belum saja ada bukti yang menguatkan perihal kelakuannya diluar sekolah. Jika sampai ketahuan, mungkin dia akan langsung dikeluarkan dari sekolahnya.

"Vis. Inget kan kata gue apa?" Visi diam.

"Visi." Ikky mencekal lengan Visi. Visi menatap wajah Ikky.

"Gue penasaran. Gue harus gimana?" Kata Visi. Ikky menghembuskan nafasnya kasar.

"Jangan." Visi menunduk. Dia sangat penasaran.

"Coba untuk gak penasaran." Visi langsung melihat ke arah Ikky dengan cepat. Coba?

"Udah? Gue anter lo nyampe tempat les." Ikky berjalan mendahului Visi. Cowok itu membuka kunci mobilnya. Visi langsung duduk disamping Ikky. Mereka berdua saling berdiam diri.

Hanya dalam watu sepuluh menit, mereka sudah tiba di gedung ruko tempat dimana bimbel Visi berada. Visi melepas seatbeltnya.

"Hati-hati." Ucap Ikky mengingatkan. Visi mengangguk lalu menutup pintu mobil Ikky. Cewek itu segera masuk ke dalam tempat bimbel.

Ketika sedang menaiki tangga, pikirannya terus terbayang dengan seseorang yang akan ia segera hadapi. Visi menarik nafas pelan lalu ia mendorong pintu kelas yang tertutup tepat dihadapannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam." Jawab Filan sekilas. Visi terkejut. Cowok itu sudah duduk dengan manis. Masih dengan ponsel ditangannya. Visi dengan diam duduk dikursinya. Berusaha tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

Tak lama terdengar suara gerasak-gerusuk dari arah luar. Syukurlah, ternyata yang lainnya juga sudah datang.

Pembelajaran berjalan seperti biasa. Tidak ada hal aneh yang terjadi. Namun dari tadi pikiran Visi tidak sepenuhnya berpusat ke arah papan tulis. Pikirannya melayang ke cowok yang duduknya tidak jauh dari tempat duduknya. Membuat Visi berusaha untuk tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Visi. Kamu paham?" Tanya Mbak Rindu. Guru Biologi. Visi mengangguk.

"Vis. Lo paham?" Kata Anggia yang curiga karena dari tadi Anggia tahu bahwa Visi hanya menatap kosong papan tulis.

"Nggak. Lo?" Anggia nyengir dan menggeleng. Mereka berdua menahan tawa. Sama-sama tidak mengerti.

"Sekian pembelajaran hari ini. Selamat sore! Hati-hati dijalan ya." Kata Mbak Rindu lalu melenggang pergi. Visi dan Anggia segera merapikan peralatan tulisnya. Lalu mata Visi menangkap sesuatu. Ia melihat Filan yang berjalan dengan cepat ke luar kelas.

"Emm.. Anggia. Gue duluan ya?"

"Oh? Oke. Hati-hati Vis." Visi mengangguk. Dia ikut berjalan dengan cepat keluar kelas. Ia akan memenuhi rasa penasarannya untuk kali ini. Dan dia berharap setelah ini dia tidak penasaran lagi.

###

Sambil mengendap-endap Visi mengikuti langkah Filan.

Namun ketika mereka sampai di jalan besar, Visi baru menyadari satu hal. filan tidak menuju ke arah kendaraannya. Cowok itu berjalan kaki hingga menuju sebuah gang. Dan bodohnya, Visi masih mengikutinya. Visi mengadahkan kepalanya. Langit masih sore tapi jalan itu sudah sepi. Visi mengintip ke arah gang yang Filan masuki.

"MMPH!!" Visi membekap mulutnya sendiri ketika melihat segerombolan geng yang sepertinya geng motor sedang seperti menunggu kehadiran Filan. Cewek itu membulatkan matanya terkejut lalu memilih untuk menarik kepalanya dan bersender di tembok tempat ia mengintip. Dia ingin kabur, tapi tubuhnya sangat kaku.

"Ando. Gimana? Mau ikut balap?" Roland berkata. Visi terkejut mendengar itu. Ando? Jadi selama ini nama Filan adalah Ando? Apakah orang-orang itu yang dimaksud Filan?

"Nggak. Gue gak bisa."

"Alah. Alesan mulu." Kata Roland meremehkan. Geng Roland yang lainnya terkekeh pelan. Mencibir Filan atau Ando yang menatap mereka dengan datar. Tanpa ekspresi.

"Jadi lo manggil gue kesini Cuma mau ngajakin balap?"

"Mmm.. Awalnya sih gitu, tapi..... sekarang nggak lagi." Kata Roland lalu tersenyum miring.

"Maksud lo apa?" Filan berkata dengan dingin.

"Itu cewek yang ngintip disana cewek lo?"

Eh mampus!

###

Afterglow [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang