"Kak Vis, cowok yang sama kakak tadi kece banget." Sudah beberapa kali Visi mendengar penuturan itu dari adek-adek kelasnya. Dari anak PMR maupun anak Pramuka yang masih saya berjengit tertahan ketika tidak sengaja Filan melintas. Terkadang Visi heran, sebenarnya apa yang dilihat mereka dari Filan? Jelas-jelas kesan pertama Visi tidak bagus dengan cowok itu. Mengapa mereka yang baru saja melihatnya langsung kesemsem gitu?
"Hm."
"Kakak tau namanya?"
"Filan." Ucap Visi singkat lalu memakan bekalnya yang disiapkan dari rumah. Sedangkan adek kelasnya sedang bergosip ria mengenai Filan. Tenda mereka dipenuhi dengan kekehan kecil, biasa, kekehan anak cewek.
"Kok dia bisa disini kak?" Visi sedikit risih karena makan malamnya terganggu.
"Gak tau."
"Kak Visi kenal dia?"
"Maunya sih nggak."
"Kok gitu? Kak Visi marah?"
"Nggak." Kata Visi dengan jengkel. Lalu cewek itu menutup bekalnya.
"Gini ya dek, kita lagi makan malem, kakak mau makan dulu. Kalo mau nanya-nanya tentang Filan tanya aja langsung ke anaknya, oke?" Lalu Visi keluar dari tenda sambil membawa bekalnya dan botol minumnya. Matanya melihat anak-anak pramuka masih bermain dengan seru dan membuat lingkaran besar. Ditengahnya terdapat api unggun. Entah mengapa, walaupun beberapa murid malah menyanyi asal. Visi tersenyum kecil. Sepertinya silahturahmi dengan sekolah Bina Taruna berjalan dengan sukses.
"Kak Vis!" Visi langsung menolehkan kepalanya. Ia melihat Rendy sedang duduk diatas sebongkah kayu disamping api unggun kecil yang sengaja mereka nyalakan di depan tenda PMR mereka.
"Makan dek?"
"Makan bang?"
Visi terkekeh lalu menghampiri Rendy dan duduk disebelahnya.
"Lo dapet sambel dari guru?" Rendy mengangguk. "Iya nih kak. Katanya guru-guru kasian ke anak PMR kita. Secara cowok semua." Visi mengangguk.
"Gue juga Cuma bekel ayam. Pengen makan mie. Bikin yuk dek?" Rendy mengangguk dengan antusias.
"Gue ada panci. Lo punya mie gak?"
"Ada dong. Makanan wajib itu mah, kak." Rendy langsung menaruh bekalnya dan berlari kecil menuju tendanya. Begitupula dengan Visi yang mengambil panci dari rak yang mereka buat dari patahan ranting pohon. Pramuka style.
"Ngapain lo ambil mie??!!" Terdengar suara ribut dari dalam tenda Rendy.
"Bikin mie?? Mau dong, bikinin ya.." Visi tahu itu suara teman-teman Filan. Tak lama, Visi mengisi panci kecil ditangannya itu dengan air mineral. Menggantungkannya diatas api unggun yang sudah teradapat penyangga. Rendy keluar sambil bergerutu.
"Kenapa dek?"
"Mereka mau minta kak. Ini mie satu-satunya. Habisnya tadi sore mereka makanin kering-kering."
"Yaudah kita kasih aja nanti."
Sambil bercengkrama, kedua orang itu menunggu air mendidih.
"Mendidih tuh, Kak." Visi memasukkan mie kedalamnya beserta sayuran yang mereka dapatkan dari tenda guru. Mengaduknya dan memasukkan bumbunya terakhir. Karena tidak ada pembuatan mie normal ditengah hutan seperti ini.
"Widih, ada yang lagi duaan aja nih." Kata seorang cowok berperawakan tinggi dan berkulit gelap. Tino. "Duh, dedek panas bang." Kata Putra disamping Filan yang menatap datar ke teman-temannya.
"Panas banget gilaaaaa..."
"Gue cabein mulut lo." Kata Filan dengan sadis. "Ampuni dedek, bang."
"Oh pantesan ngambil mie buru-buru. Mau duaan sama Neng Visi??" Sindir Tino. Filan masih diam ditempatnya, sedangkan Visi mulai panas. Apa-apaan sih mereka?
"Bukan gitu, kak.." Cicit Rendy takut terkena masalah. Lalu cowok itu melirik Filan yang berwajah asam.
"Kalian tuh kenapa sih?! Nyari ribut?!" Kata Visi akhirnya berdiri dengan tegak dan mengacungkan centong ke wajah Tino dan Putra. Tino dan Putra langsung terkejut dan menghalangi tubuhnya masing-masing.
"Kalo mau ribut sama gue!" Kata Visi dengan geram. Rendy kan tidak salah.
"Kita gak nyari ribut." Ucap Filan pelan lalu menatap kedua temannya dengan bengis. "Mereka yang bakalan ribut sama gue." Kata Filan lalu memasang smirk andalannya sambil mengepalkan kedua tangannya hendak menghajar mereka. Tino dan Putra terkekeh pelan walaupun terdengar terpaksa juga.
"Ampun, Lan! Suer! Bercanda!" Rengek Putra dan Tino bergantian.
"Mau liat matahari besok pagi?"
"Mau!!!"
Visi mengangkat kedua alisnya. Sebenarnya dia tidak mengerti kenapa ketiga makhluk itu heboh sendiri.
"Kalo laper kalian bisa gabung disini." Kata Visi ketika melihat ekspresi dingin di wajah Filan. Cewek itu sempat melirik sekilas saja, tidak ingin tertangkap basah melihat langsung ke Filan. Memang konyol, tapi Visi hanya takut. Takut akan kenyataannya.
"Emang muat? Kita makannya kayak kebo loh." Kata Tino lalu duduk di patahan batang pohon besar. Melihat kearah mie yang sedang direbus. Putra juga ikut duduk. Seperti dua anak ayam yang kepalaran saja.
"Kalian tadi makan nasi sama sambel kurang? Udah ngambil mekdi bekel gue masih aja kelaperan? Tuh perut isinya cacing semua, bukan?" Kata Filan dengan dingin. Tino dan Putra cemberut. Mereka melihat Filan dengan memelas.
"Tadi kita capek abis jagain, mana banyak yang modus ke gue lagi." Visi tidak dapat menahan kekehan gelinya. Lantas dia dipandang oleh ke-empat cowok itu.
"Liatin lo? Ngapain? Gak guna banget." Kata Visi dengan kejamnya. Putra yang tadi menceritakan hal itu mendadak makin murung. Seharusnya dia tahu bahwa dilihat dari jauh pun Visi tipe cewek yang seperti pembela keadilan. Athena?
"Tajem banget mulutnya." Kata Putra lalu melipat tangannya. Tino disebelahnya menepuk pundak cowok itu prihatin. "Sabar, bro. dia ceweknya Filan. Kalo bukan udah gue ajak ribut."
Perkataan Tino mengundang tatapan terkejut dari Filan dan Visi.
"Apaan lo dia cewek gue?" Kata Filan dengan nada geram. Ya, segeram-geramnya seorang Filan kepada sahabat sendiri tidak sampai saat dia menghadapi Roland.
"Dih. Ogah gue sama dia." Visi bergidik jijik.
Kedua orang itu saling menyanggah. Rendy tersenyum kecil. Cowok itu melihat kearah panci.
"Mie nya udah mateng!!"
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...