"Apa?"
"..."
Sudah lebih dari lima menit Visi dengan sabar menunggu penuturan Filan. Tapi cowok itu tak kunjung membalas ucapannya melainkan hanya diam.
"Jangan nyela." Kata Filan dengan dingin. Bernada perintah.
"Semua yang lo denger di kamar mandi itu bohong." Kini Visi yang mengerutkan alisnya heran.
"Semua yang lo denger itu bohong. Oke? Gue emang sering ke club, tapi gue nggak pernah sekalipun melakukan hal yang bisa merendahkan wanita. Gue sangat menghargai wanita karena gue punya Ibu yang selalu jadi sosok hebat bagi hidup gue. Dan soal Sarah ..." Filan menjeda sejenak perkataannya.
"Dia Cuma cewek yang ngejar-ngejar gue."
Visi terdiam. Dia merasa lega karena perkataan Filan barusan membuat Visi menyadari bahwa menilah seseorang dari Isu itu tidak baik. Tapi, kenapa Filan tahu? Kenapa Filan harus menjelaskan kepadanya? Toh, Filan bisa mengabaikan hal ini kan? Lagian siapa Visi? Cuma cewek yang diakui Filan sebagai pacarnya walaupun itu hanyalah sebuah kebohongan.
"Makasih." Hanya itu kata yang terlintas dipikiran Visi. Filan melirik Visi.
"Lo percaya gue?"
Alis Visi berkedut. Filan sempat khawatir bahwa Visi akan mengatakan 'tidak'. Tapi Visi malah menganggukan kepalanya. Entah mengapa Filan merasa lega. Cowok itu menghembuskan nafasnya dengan panjang. Seolah bebannya terangkat. Entah mengapa Filan membutuhkan kepercayaan Visi saat ini. Dan entah mengapa Filan senang.
###
BRAKK!
Filan berjengit kaget dari kamarnya yang berada di lantai dua. Pasalnya pintu rumahnya didobrak paksa oleh seseorang. Di otak Filan yang terlintas adalah perampok. Dengan secepat kilat Filan segera turun dan siap menghabisi perampok itu.
Namun langkahnya terhenti diujung anak tangga. Matanya membulat dan otomatis kedua tangannya mengepal. Kenapa cowok itu harus kesini malam-malam dan membuat keributan?
"Ando! Adek gue tersayang! Hehe.." Roland masuk sambil sesekali cegukan. Wajahnya memerah, Filan segera menutup hidungnya, tidak suka dengan bau alkohol yang sangat menyengat itu. Filan masih tetap diam ditempatnya hingga akhirnya kedua orang tuanya keluar dari kamarnya dan berjengit kaget.
"Roland!" Teriak Mama-nya. Papa Filan terpaku ditempatnya. Tidak menyangka bahwa anak sulungnya akan datang dalam keadaan sangat kacau.
"Oh? Halo.. Gimana kabar kalian? Pasti baik-baik aja kan tanpa Roland?" Kata Roland dengan sinis. Air mata meluncur dengan deras dari mata Mama-nya. Semuanya masih terdiam ditempat, tidak beniat menghentikan ataupun mengusir Roland.
"Kak. Lo mabok." Kata Filan akhirnya dengan nada datarnya.
"Oh ya? Maaf ya, do. Gue mabok." Katanya lalu mengacak rambutnya frustasi.
"Kalian tau gak? Ando udah punya pacar loh! Pacarnya baik, manis!" Roland berkata sambil menunjuk wajah orang tuanya. Lalu Roland menatap kedua orang tuanya penuh kekecewaan.
"Tolong. Jangan bikin Ando menderita kayak Roland. Cukup Roland yang hancur, jangan Ando." Roland terududuk ditempatnya. filan menghampiri kakaknya dan duduk disebelahnya. Kakaknya sangat kacau. Rambutnya berantakan, wajahnya sangat letih. Bukannya Filan tidak sayang kepada Roland, tapi yang Roland lakukan setelah kejadian itu tidak patut dimaafkan menurut Filan.
"Gimana kabarnya?" Bisik Roland. "Baik." Roland menganggukan kepalanya lagi ketika mendengar sahutan dari Filan. Cowok itu mengusap wajahnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...