20 - Insting

5.1K 340 1
                                    

 "Kantin kuy." Ajak Ina sambil menarik lengan Visi yang sedang tertidur. Visi menggelengkan kepalanya pelan. Menolak untuk meng-iya-kan ajakan Visi. Saat ini sedang jam kosong. Seharusnya sih sebagai murid yang baik mereka menanyakan tugas ke guru piket. Berhubung ada moto baru berupa jamkos adalah kebebasan yang hakiki bagi anak sekolah maka tidak ada yang berinisiatif menanyakan tugas ke guru piket.

Diujung kelas ada sekelompok siswa yang sedang bermain games di ponsel masing-masing. Sedang battle atau apalah soalnya keluar banyak kata-kata kasar dari mulut mereka.

Dimeja lain sekelompok cewek yang sedang membicarakan Drama Korea terbaru.

Ada juga yang sedang nonton bareng di laptop. Mungkin film horror karena mereka beberapa kali berjerit ketakutan.

Di belakang, tepatnya di lantai, anak laki-laki sedang bermain kartu dengan serius.

Sisanya? Main hape, gabut, dan seperti Visi, tidur.

"Ayolah. Gue mau ke si om. Beli Pop Ace rasa Green Tea baru. Sama keroket isi macaroni. Gue beliin deh. Aqua gelas."

"Gue udah bawa minum. Lagian di depan juga ada dispenser." Kata Visi dengan malas.

"Ayok ih!" Akhirnya Visi mengangkat kepalanya. Dia bangkit dari kursinya. Namun cewek itu berjalan menuju sekumpulan anak cowok yang sedang bermain game.

"Guru piket siapa?"

"Bu Ida. Jangan ke kantin! Ketangkep mampus loh." Kata mereka memberi peringatan.

"Oke. Tuh, na. Bu Ida yang jaga. Takut gue, nanti yang ada kita diceramahin." Ina cemberut. Cewek itu lalu berpikir.

"Lewat belakang aja. Muter, jangan lewat meja piket." Visi mengerutkan alisnya. Bukannya dia tidak tahu jalan pintas yang dimaksud Ina, hanya saja masa hanya demi ke kantin mereka harus lompat jendela?

"Lompat jendela maksudnya? Dari ruang UKS?" Kata Visi menatap Ina tidak percaya. Ina menganggukan kepalanya.

"Cuma itu satu-satunya jalan ke kantin. Ya atuh sekolah kit amah naro meja piket di pintu keluar gedung." Kata Ina menggerutu. Bisa sih lompat lewat UKS, masalahnya itu jika mereka ingin ke UKS harus punya koneksi ke anak PMR dulu, apalagi di tengah pelajaran gini, belum lagi CCTV yang dipasang diujung lorong. Parah banget, bisa-bisa nama Visi tercoreng sebagai anak PMR.

"Yaudah. Gue telepon Adik kelas dulu." Kata Visi berhubung adek kelasnya itu yang memegang kunci UKS.

Cuma butuh beberapa menit saja, Adik kelas mengetuk pintu kelas Visi dan menyerahkan kunci itu.

Tanpa basa-basi, Visi dan Ina segera berjalan menuju UKS. Ina memasang wajah seperti ingin pingsan, sedangkan Visi sudah mengalungkan syal PMR berwarna kuning di pundaknya. Seolah-olah Visi mengantar Ina yang sakit. The power of laper.

"Sejak kapan lo jadi suka lompat jendela gini? Nona PMR yang tegas dan penuh kedisiplinan lompat jendela. Bagus juga tuh." Visi melirik tajam Ina. Cewek itu tidak berhenti mengoceh sementara tangan Visi sibuk membuka jendela.

"Gue heran deh sama sekolah kita. Masa kalo ke kantin susah banget ya gak?" Visi tetap diam.

Ceklek!

Jendela terbuka. Visi menatap Ina dengan puas. Cewek itu tersenyum lalu mengelap keringat di dahinya.

"Gue laper banget. Jadi gini." Kata Visi lalu mengambil ancang-ancang untuk melompat. Menarik rok abu-abunya yang panjang hingga hanya diatas lutut. Melangkah lebar-lebar untuk melompat.

Afterglow [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang