"Bilangin ke Sarah, salam damai dari Visi." Kata Visi lalu duduk dibangkunya. Ina melihat kearah Sally dan Visi bergantian. Cewek itu belum mengerti namun entah mengapa otaknya kembali ke permasalahan Filan dan Visi beberapa saat lalu yang membuat Visi salah paham terhadap Filan. Jika itu benar, maka kelabang semacam Sarah harus dibasmi.
"Gue harus hati-hati sama cewek itu. Gue gak mau kejadian gue saat SMP terulang lagi." Kata Visi pelan.
"Kenapa? Tentang stalker Ikky waktu dia SMP?" Visi mengangguk. Kejadian yang membuat Visi harus mendiamkan Ikky selama lebih dari sebulan karena ia takut.
"Kenapa lo takut? Jelas-jelas Filan suka sama lo, gue yakin cowok itu bakalan ngelindungin lo. Apalagi diliat dari reputasi Filan yang terkenal bad." Visi mengerenyitkan dahinya bingung. Suka?
"Suka?" Kata Visi bingung kearah Ina.
"EH?!" Ina sekarang malah menatap Visi tidak percaya.
"Lo gak nyadar?" Kata Ina yang membuat Visi menghembuskan nafasnya. "Nyadar apasih? Kalo gue bukan jodoh Chanyeol?"
"Bukan dodol! Kalo selama ini Filan suka sama lo!"
Untung saja Sally sudah keluar kelas.
"Denger nih. Mana mungkin dia suka sama gue. Orang kemaren aja dia udah bikin gue pengen nonjok mukanya." Ina menyipitkan matanya. Oh, akhirnya Ina tahu alasan Visi murung beberapa hari ini.
"Terus kenapa cowok itu mau anter-balik lo? Kenapa dia mau ngejelasin kesalahpahaman lo yang waktu kejadian di toilet? Kenapa cowok itu selalu nanyain kabar lo ke gue?" Kata Ina sambil menatap Visi dengan remeh. Visi semakin bingung.
"Dia nanya kabar gue?" Ina menganggukan kepalanya. Memang Filan menanyakan kabar Visi beberapa akhir ini walaupun sehari hanya sekali dan selalu pertanyaan yang sama 'Visi apa kabar?'
"Terus, dia alasan lo murung beberapa akhir ini? Kenapa?" Visi bingung apakah dia harus memberitahukannya kepada Ina atau tidak. Tapi dia memilih untuk tidak memberitahukannya karena hal ini menyangkut masalah pribadi Filan. Anehya, disatu sisi Visi sangat membenci Filan namun cewek itu masih tetap peduli.
"Yaudah kalo lo gak mau kasih tau juga gak apa-apa. Tapi kalian berdua itu sama aja ya? Menolak untuk peka. Dasar." Kata Ina lalu menatap Visi tidak percaya.
"Dia gak mungkin suka sama gue Ina! Emangnya dia ngasih tau ke elo dia suka sama gue gitu?"
"Harapan lo gitu kan?"
Glek!
Visi langsung terdiam. Dia berharap Filan berkata demikian? Walaupun saat ini jantung Visi seperti terhenyak namun nyatanya otak Visi mengatakan bahwa ini semua hanya ilusi. Mungkin ada alasan ilmiah atau psikologi mengenai hal ini. Memang ya, hati dan pikiran itu terkadang suka tidak sesuai.
"Sialan." Umpat Visi pelan yang dijawab kekehan Ina. Dia seperti dijebak oleh Ina. Tapi jika rasa peduli adalah rasa suka, memangnya harus ya kata peduli itu berubah jadi rasa suka?
"Dia gak ngomong langsung ke gue. Tapi liat reaksi dia dan lo, kalian sama-sama suka tapi menolak untuk menerima perasaan itu." Ina lantas tersenyum kearah Visi. Rasanya Visi ingin tenggelam saat ini juga atau menikah dengan Park Chanyeol. Karena Visi merasakan kedua pipinya panas. Dan tangannya gatal ingin meminta kontak Filan.
###
Bruumm!
Filan menyalakan mesin motornya. Helm berwarna hitam pekat disertai hiasan bergambar naga putih disampingnya itu sudah ia pasang guna melindungi kepalanya. Memang jika urusan balapan, Filan tidak jauh beda dengan kakaknya.
Dulu memang sempat hampir setiap malam Filan keluar dari rumah hanya untuk balapan, mungkin saat dia masih duduk di kelas sepuluh. Namun kini ia sudah mendapat siraman rohani dari kedua orang tuanya.
Sudah lama sekali cowok itu tidak merasakan perasaan debaran ini. Walaupun dia hanya duel dengan Roland, namun rasanya tetap saja sama. Filan tidak tahu bahwa apapun hasil pertandingan nanti Roland akan tetap pulang. Bahkan kabarnya Roland sudah menjual club miliknya yang berada di daerah Jakarta dan akan fokus kembali dengan usaha yang akan Papa-nya turunkan. Jika memang toh dia tidak dipercayai memegang perusahaan itu, cowok itu akan membangun perusahaannya sendiri. dengan semua uang yang ia miliki setelah menjual club yang selama ini ia sembunyikan.
Teman cewek Roland berdiri ditengah-tengah mereka. Pertandingan ini hanya disaksikan beberapa teman Roland. Tak terkecuali Tino dan Putra yang sedang bersender di pinggir jalan.
Kedua motor itu melaju setelah cewek tersebut menurunkan berndera merah yang diangkatnya tinggi-tinggi.
Dua bersaudara itu melintasi gelapna jalan malam dengan tatapan fokus kedepan. Menantikan debaran yang akna mereka terima diujung pertandingan. Jalanan yang sepi dan berbelok-belok itu menjadi ramai dengan suara mesin motor yang saling menyahut. Lampu jalan sudah seperti kilatan cahaya saja.
Angin dingin menerpa tubuh keduanya, malam ini akan menjadi malam yang tidak akan mereka lupakan.
Roland berada di depan Filan. Cowok dengan motor berwarna hijau-hitam it uterus memacu kecepatannya tidak ingin kalah dengan sang adik. Sedangkan Filan dengan motor hitamnya terus berusaha mencari celah untuk menyusul kakaknya itu.
Terkadang Filan seperti mendengar suara Visi.
Cewek yang menghilang dari hadapannya beberapa waktu ini, cewek yang menghindarinya dan bahkan tidak berbicara sama sekali dengannya. Pikiran Filan terbayangi oleh senyuman cewek itu. Filan tidak tahu sejak kapan dia merindukan Visi. Entah sejak kapan jantungnya menjadi berdetak lebih cepat ketika bersama cewek itu. Dan entah mengapa Filan hanya ingin tetap menolak perasaan itu.
Sudah sekitar tiga puluh menit mereka saling mengadu kecepatan.
Diujung sana, suara teriakkan terdengar. Filan semakin memacu kecepatannya dan akhirnya cowok itu bisa mendahului Roland.
Dengan perasaan lega, akhirnya Filan sampai lebih dulu ke garis finish. Meninggalkan Roland yang hanya tertinggal dua detik.
Filan melepas helmnya. Roland yang sudah turun dari motornya itu datang menghampiri adiknya.
"Lo menang." Katanya sambil tersenyum kecil.
"Lo bakalan ngikutin keinginan gue kan?" Roland mengangguk lalu lantas cowok itu cemberut. "Yah, lo gak jadi nembak Lia dong." Katanya yang membuat Filan ikut terdiam juga. benar, dia menang. Dia tidak berlu menembak cewek itu. Tapi entah mengapa hatinya terasa ada yang mengganjal.
"Walaupun gue menang, gue akan tetap pulang. Tapi ternyata lo menang, padahal lo bisa aja kalah, terus nembak Lia." Filan mengerjapkan matanya. Menyesal.
"Kenapa gak bilang iya aja sih?" Kata Filan geram.
"Nanti gak seru dong." Kata Roland lalu mengusap rambutnya yang berantakan.
"Kenapa? Kalo gue kasih tau dari awal lo bakalan milih kalah ya? Biar jadian sama Lia?" Goda Roland. Entah mengapa Filan ingin menabok kakaknya saat ini. Menjengkelkan.
"Apasih.." Kata Filan lalu mendelik tajam.
"Jangan sia-siain dia deh, buktinya kita gak bakalan kayak gini kalo gak ada dia kan?" Kata Roland sangat berterima kasih kepada cewek itu.
"Tapi gue udah bikin dia marah. Gue malah bentak dia." Filan mengusap wajahnya kasar. Bisa gila dia lama-lama jika setiap hari masih memikirkan masalah itu. Roland dihadapannya mengerenyit heran. Setahu Roland adiknya ini sudah punya mantan yang ... banyak. Masa mengatasi satu cewek saja tidak bisa?
"Baikan aja. Dia pasti ngerti kok."
Filan melirik Roland. Andaikan saja semua segampang mengucapkannya.
###
serius, saya nggak bohong. cerita ini bentar lagi mau tamat. hehe.. Vomment nya ya? saya ngikutin cerita ini di #wattys2017 loh! moga menang hehe..
dukung ya?! ayo lah dukung Abang Filan ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...