24 - a bet

4.7K 350 6
                                    

Malamnya, dengan tekad yang setengah bulat tapi dipaksa bulat, Filan mendatangi club biasa yang dia dan kakaknya kunjungi. Jujur saja Filan sendiri tidak ingin lama-lama memperpanjang masalah ini. Bisa-bisa dia nanti tidak fokus untuk UN dan serangkaian ujian lainnya. Apalagi Visi mendiamkannya di tempat les. Untuk sekedar menyapa dan saling tatap saja Visi terlihat enggan. Cewek itu lebih memilih memainkan ponselnya ketika bosan.

Filan tahu bahwa dia memang tidak waras. Namun hatinya tidak bisa mengatakan dengan gamblang perasaan yang sedang ia rasakan saat ini. Menurut kalian perasaan apa itu?

"Temen kamu ada disini." Filan melirik keujung club dimana dia melihat Sarah sedang mengobrol dengan cewek-cewek lainnya. Filan tidak habis pikir dengan cewek itu. Dulu Sarah tidak pernah muncul di club ini. Namun kini cewek itu sering terlihat.

"Roland?" Tanya Filan kearah bartender itu. Cowok dengan kemeja putih dan dasi kupu-kupu itu mengangguk pelan.

"Lantai atas."

Filan tidak memiliki niat sama sekali untuk menyusul Roland. Perasaannya tidak menentu, antara ingin namun tidak ingin. Dibenaknya hanya ada kenapa harus gue?

"Ekhem."

Suara seseorang berdeham membuat Filan membalikan tubuhnya. Dibelakanya sudah terdapat Roland yang berdiri sambil menatapnya datar. Wajahnya sudah lebih membaik dari sebelumnya, walaupun lebam diujung matanya masih terlihat sedikit. Filan ingin menanyakannya namun ia ragu.

"Kenapa?"

Filan diam. Dia hanya menatap Roland.

"Ck. Kenapa?" Kata Roland meninggikan suaranya. Filan menghembuskan nafasnya kasar. Demi masa depan gue, batinnya.

"Kapan lo balik ke rumah?"

Roland menaikkan sebelah alisnya. Cowok itu menatap Filan tidak percaya.

"Lo ngajak gue balik ke rumah?" Filan diam. Bibir Filan membentuk garis lurus. Cowok itu tidak berniat membuka suara lagi. sudah cukup Filan menahan gengsi nya untuk datang ke club malam ini. Ditambah saat ini teman-teman geng Roland sedang menatapnya dengan waspada.

"Nanti."

Filan menatap Roland kesal. Rasanya tidak enak. Kita butuh kepastian kan didalam kehidupan ini?

"Hari Sabtu jam 7 dateng ke gang. Bawa motor lo. Kalo lo menang, gue bakalan balik ke rumah langsung." Kata Roland yang membuat Filan mendongakan kepalanya. Gila. Sebentar lagi UN dan kakak sintingnya itu malah mengajaknya taruhan. Tapi bukankah lebih baik meng-iya-kan saja? Tidak ada salahnya kan balapan sekali lagi? sebagai ucapan perpisahan kepada masa SMA Filan yang liar?

"Deal. Kalo gue kalah?"

Roland menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman kecil.

"Jadian sama Lia." Detik itu pula mata Filan membulat saking terkejutnya.

"Lo pikir gue bisa dibegoin? Yakali cewek semacem Liam au sama cowok brengsek kayak lo? Eh tapi gue juga brengsek sih hehe.." Kekeh Roland. Filan masih menatap Roland dengan tatapan yang menuntut penjelasan yang lebih jauh.

"Gue tau lo gak jadian sama Lia. Dan gue tau itu cara lo buat ngelindungin Lia dari geng gue waktu itu." Bisik Roland lalu cowok itu tersenyum. Cowok itu menepuk pundak Filan sambil terkekeh kecil melhat wajah adiknya yang masih cengo.

Roland sudah mengetahuinya bahkan saat pertama kali melihat adiknya itu berduaan dengan Visi. Mungkin mengerjai adiknya dan mengikuti alur adiknya akan menyenangkan. Makanya selama ini dia pura-pura terbodohi. Tapi memang siapa sih Roland? Juara umum ketika SMA, yakali bisa dengan mudahnya ditipu seseorang. Roland masih saja terkekeh kecil. Roland tahu bahwa mungkin awalnya Filan tidak serius dengan Visi. Namun lihat saat ini? Mungkin Visi mengatakan sesuatu kepadanya hingga membuat cowok itu nekat datang ke club demi mencari dirinya.

Afterglow [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang