"Ikky!!!!!!" Teriak Visi pagi-pagi.
Baru saja cewek itu turun dari ojek online. Mata Visi langsung menangkap Ikky dkk yang sedang bercanda gurau di bawah pohon jambu di dekat pagar sekolah. Memang walaupun begitu-begitu juga, mereka taat dengan peraturan.
Iya taat. Sampai nginep disekolah karena takut kesiangan.
"Toa lu anjir." Kata Ikky sambil menutup telinganya.
"Ih serius gue mau nanya tentang cowok itu." Kata Visi sambil menatap Ikky dengan penuh harap. Meminta cowok itu memberi tahu dirinya tentang Filan.
"Kenapa lo kepo banget sih?" Ikky merasa risih. Teman-teman Ikky yang lain juga sudah merasa risih. Lantas salah satu diantara mereka mengeluarkan sebungkus rokok. Membagikan isinya kepada yang lain.
"Dia... satu tempat les sama gue." Kata Visi pelan.
"HAH? SERIUS LO?!" Ikky terkejut. Cowok itu menatap Visi dengan tatapan yang sangat-sangat terkejut. Sampai membuat Visi berharap semoga bola mata Ikky tidak lepas dari tempatnya.
"Lah! Anjirr! Hati-hati, Vis. Sumpah, lo harus hati-hati." Kata Ikky sambil mengacung-acungkan telunjuknya ke arah wajah Visi yang keheranan. Hati-hati?
"Kasih tau kenapa gue harus hati-hati!!" Tuntut Visi. Lantas Ikky mendengus.
"Kenapa lo?" Ditanya seperti itu oleh temannya membuat Ikky menggeleng. Lantas cowok itu menaruh rokoknya dan menarik tas Visi. Membawa cewek itu kebelakang mobil hitam yang entah milik siapa.
"Dia itu make, Vis."
"Iya gue tau make itu apa. Maksud gue emang dia segitu buruknya?"
"Iya! Sedenger gue nih ya dia itu selain make dia juga suka ke club malem gitu." Visi menganga. Filan seburuk itu ternyata.
"Gue denger dari temen gue yang kebeneran temen Filan juga di Bima Taruna. Jaga aman, lo jangan pernah sekali pun deket sama dia. Jangan penasaran sama dia. Ngerti?"
Visi mengangguk.
Walaupun Visi sendiri tidak tahu dia mengangguk karena apa.
###
Suasana club malam yang terletak di Jalan Panorama Teras seperti biasa sangat ramai. Club yang memang dikenal dengan suasana yang 'sedikit' lebih berkelas daripada club kebanyakan. DJ yang mereka tampilkan juga selalu berbeda tiap malamnya. Minuman yang disediakan juga berbagai macam. Mulai dari harga tiga ratus ribu sampai jutaan hanya untuk satu gelas ada di tempat ini. Berbagai macam kalangan secara rutin datang. Tak terkecuali remaja SMA yang memang terbiasa dengan suasana club malam yang selalu mengeluarkan aura negatif.
Ando datang seorang diri. Memang biasanya dia selalu datang sendirian.
Cowok yang sudah mengganti seragam putih abu dengan kaos berwarna hitam dan celana jeans itu terlihat dengan percaya diri duduk di kursi yang disediakan. Melihat-lihat ke arah rak minuman. Membayangkan minuman apa yang akan ia coba malam ini.
"Sendiri seperti biasa, do?" Ando tersenyum.
"Iya. Gue mesen soda seperti biasa." Bartender itu tersenyum.
"Kapan coba lo mau nyoba alkohol?"
"Nggak. Makasih." Ando memamerkan senyumnya. Bartender itu mengangguk paham. Dia cukup tahu bahwa Ando masih pelajar.
Mata Ando menelusuri tiap ujung club. Terlihat banyak wanita yang berpakaian minim sedang berlenggak-lenggok. Bahkan ada yang beberapa menatap ke arah Ando sambil mencoba menggodanya. Namun Ando biasa saja. Cowok itu memilih untuk diam saja di kursinya. Dia bukan senang berada di club. Dia hanya ingin merasakan suasana yang membuatnya candu ini. Suasana ramai.
"Nih." Ando mengambil minumannya. Hanya berisi soda yang berwarna bening. Tidak kurang dan tidak lebih.
"Makasih." Kata Ando pelan.
"Dateng lagi, do?" Seseorang menepuk pundak Ando. Membuat Ando yang menyesap minumannya segera menoleh ke sumber suara.
"Iya." Ando berkata dengan singkat. Dia hanya tersenyum tipis. Sangat tipis.
"Sendirian? Lo gak coba nyari? Gue liat dari tadi banyak yang tertarik sama lo." Ucap laki-laki dengan kaos berwarna putih itu. Ando hanya melirik laki-laki itu sekilas. Merasa tidak tertarik. Ando bukan tipe yang senang dengan wanita. Dia juga bukan tipe yang serius dalam menjalin sebuah hubungan. Ando tahu setidaknya dia tidak boleh melakukan hal yang tidak-tidak dengan lawan jenis.
"Gak tertarik." Kata Ando.
"Lo bentar lagi lulus. Mantan lo terakhir bulan kemaren. Itu juga Cuma seminggu. Dan lo dingin banget sama cewek lo." Jelas laki-laki berkaos putih itu.
"Gue mau fokus buat kuliah dulu."
Perkataan Ando barusan membuat laki-laki itu tertawa meremehkan.
"Serius lo?! Yakin?! Lo kan kaya, bisa masuk swasta yang bagus. Kenapa lo masih mau ngejar PTN?" Kata laki-laki itu sambil masih saja terkekeh. Kekehan laki-laki itu terdengar sangat menyebalkan ditelinga Ando. Membuat Ando rasanya ingin pergi dari tempatnya saat ini.
"Masa depan gue. Bukan urusan lo, Kak." Kata Ando. Cowok berkaos putih itu tersenyum miring. "Ternyata lo masih lurus aja. Gak kayak gue. Dianggap dirumah aja enggak sama bokap nyokap."
"Gimana mereka mau anggap lo kalo tiap hari aja lo jarang pulang? Lo pikir Papa sama Mama patung dan orang yang bisa lo peras selamanya?" Kata Ando dengan dingin. Mendengar penuturan Ando cowok berkaos putih itu menatap tajam Ando yang berpangkat sebagai adik kandungnya sendiri.
"Gue gak meras mereka. Itu kewajiban mereka, mereka udah ngancurin masa depan gue. Gue gak mau lo ngalamin hal yang sama." Laki-laki itu menarik kaos Ando. Ando menatapnya dengan datar. Dia sudah biasa diperlakukan seperti ini.
"Udah gue transfer uang buat bulan ini. Jangan minta lebih lagi." Kata Ando lalu dengan kasar melepas tarikan lengan laki-laki berkaos putih itu dari bajunya.
"Roland!" Teriak seorang wanita dari ujung club. Laki-laki berkaos putih itu menoleh ke arah wanita itu.
"Jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh." Ando berkata dengan dingin kepada kakaknya sendiri.
"Tenang aja." Jelas Roland sambil tersenyum kecil. "Makasih, dek." Ucapnya lalu berlalu. Ando masih diam ditempatnya. Dia sudah tidak tahan dengan situasi ini. Ando selau memeberikan uang kepada kakaknya itu. Dia hanya berharap satu hal. dia ingin kakaknya pulang dan keluarga mereka akan utuh seperti sedia kala. Namun itu hanyalah sebuah mimpi kosong.
Ando melirik jam tangan yang melingkar ditangannya. Ternyata sudah menunjukan jam sepuluh malam. Ando hendak pergi. Setelah menyelipkan uang lima puluh ribu dibawah gelas meinumnya, cowok itu segera beranjak pergi. Karena esok hari ada kewajiban yang harus ia lakukan. Menjadi seorang pelajar yang berada di kelas akhir.
Menjadi seorang Filan.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...