Visi menunggu Ikky sambil membaca buku TKPA yang ia dapat dari tempat les. Memahami soalnya satu persatu. Walaupun UN sudah selesai, bukan berarti Visi harus bersantai-santai seperti Ikky. Apalagi Visi tidak masuk ke kuota 50% SNMPTN disekolahnya. Cewek itu harus berjuang di SBMPTN sebelum semuanya terlambat. Tapi kini cewek itu ragu, apakah dia akan terus berjalan di SAINTEK atau banting setir ke SOSHUM untuk meneruskan usaha ayahnya.
"Neng, buruan." Terdengar suara Ikky dari teras. Visi yang sedang duduk diruang tamu langsung menutup bukunya. Ikky memang tidak tahu sopan santun, tapi entah mengapa dia disukai banyak ibu-ibu. Visi mengambil tas selempangnya dan berjalan menuju dapur tempat Bunda sedang memasak dan pamit.
Visi membuka pintu rumahnya, dan melihat Ikky yang berdiri sambil menggaruk-garuk lehernya. Visi berdecak, lantas cewek itu ikut keluar dan menutup pintu rumahnya.
"Teriak-teriak, dih."
"Gue laper. Cepet atuh. Sms dari gue gak lu baca."
"Sms?"
"Kuota gue abis."
Visi tidak mengecek ponselnya sama sekali. Dia masih kesal. Ya, kesal.
Visi dan Ikky berjalan menuju mobil berwarna hitam milik Ikky. Mereka berdua masuk kedalamnya, dan tak lama Ikky menyalakan mesin mobil.
"Mendung. Emang lu tadi mau kemana sih sama si Filan?"
"Gak tau." Jawab Visi dengan bête parah. Ikky bungkam, sepertinya menghibur sepupunya yang sedang galau itu bukanlah hal buruk, mungkin dia akan mendapatkan pahala juga.
"Lo tau gak sih, gue sebel banget sama dia! Dia ngebatalin setengah jam sebelum waktu janjian! Minta digorok tuh anak." Tiba-tiba Visi meluapkan emosinya kepada Ikky. Ikky tersenyum kecil, bukan hal yang tidak mungkin jika Ikky juga sering melakukan hal itu kepada mantan-mantan indahnya.
"Hm. Yaudahlah, mungkin dia ada acara mendadak gitu."
"Gue mau berpikiran gitu, tapi tadi dia ngebatalin lewat chat, dan gue tanya alesannya sampe terakhir gue nelepon lu itu boro-boro dibaca."
"Lainkali, jangan nahan emosi lo. Emosi itu harus diungkapin. Kalo lo mendem terus emosi lo sama dia, lo yakin dia bisa percaya sama lo? At least, jangan sembunyiin perasaan lo. Kalo marah ya marah. Kalo gak suka ya gak suka. Lo kan bukan pacar dia ini, bertindaklah sebagai sahabat buat dia."
"Siapa yang suka nahan emosi?"
"Lo. Akhir-akhir ini. Emang awalnya lo blak-blakan sama dia, tapi sekarang lo kayak pasif."
Visi terdiam. Apakah dia memang seperti itu sekarang? Tapi kenapa?
"Kenapa ya? Kayaknya gue biasa aja."
"Yakin? Mungkin lo suka sama dia?"
Perkataan Ikky barusan membuat Visi menatap tajam kearah Ikky. Suka? Gak mungkin.
"Dih. Ogah."
Ikky tersenyum kecil. Bahkan kini Visi menolak kenyataan. Visi memang tidak jujur dengan perasaannya sendiri. membuat Ikky gemas dan ingin menceramahi bocah itu.
"Kok macet sih? Ish! Nyebelin!" Kata Visi. Didepan mereka terlihat deretan mobil yang diam ditempat. Visi dan Ikky harus melewati jalanan yang macet ini. Lalu rintik-rintik hujan membasahi jendela kaca mobil Ikky. Membuat Visi tambah cemberut. Sudah salah kostum dia hari ini, hujan-hujan berpakaian putih. Seketika Visi beruntung Filan membatalkannya, karena kalau tidak mungkin mereka akan basah-basahan, berhubung Filan membawa motornya.
Hujan semakin deras disertai suara gemuruh petir. Awan hitam mulai menyelimuti daerah itu. Hanya keheningan yang terdapat di dalam mobil Ikky. Ikky menyalakan radio dimobilnya, membiarkan suara penyiar radio memenuhi mobil itu. Mata Visi menelusuri samping kirinya. Lalu tiba-tiba dia melihat sesuatu yang langsung menyayat hatinya.
Disana.
Filan dan Sarah.
Visi membetulkan posisi duduknya, takut jika dia salah melihat orang. Tapi mau seberapa kalipun Visi mengelak, dua orang itu adalah mereka. Hal yang terjadi berikutnya tidak dapat Visi bayangkan. Filan melepas jaket hitamnya dan menyampirkannya kepada pundak Sarah yang terbuka. Visi melihat papan nama diatas mereka. Sebuah club.
"Sekalinya brengsek terus brengsek." Gumam Visi. Ikky menoleh dan melihat kearah pandangan Visi. Ikky sempat terkejut lalu ia melihat wajah sepupunya itu. Bibirnya pucat, tatapan matanya kosong.
"Jangan diliatin." Kata Ikky lalu menarik kepala Visi untuk tidak terus melihat kearah sana lagi.
"Udah ya? Nanti gue beliin es krim sepuasnya." Visi tersenyum kecil. Setidaknya untung saja ada Ikky disampingnya. Menemaninya yang ingin mencaci maki dua orang diluar sana. Visi tahu, jika sifat seseorang akan sulit untuk diubah. Namun orang itu adalah Filando. Cowok yang memiliki sifat berbeda. Dia akan menjadi dirinya sendiri dihadapan Visi dan akan menjadi orang lain jika berhadapan dengan orang lain.
###
Sudah dua puluh kali Filan menelepon cewek itu. Digenggamnya ponselnya kuat-kuat. Cowok itu terlihat cemas. Akhir-akhir ini Visi menolak untuk pulang bersamanya, bahkan untuk sekedar lari pagi saja cewek itu menolaknya. Biasanya, Visi akan senang menerima ajakannya, selalu meng-iya-kan ajakannya. Akhir-akhir ini Visi berbeda, Filan tidak ingin berprasangka buruk. Mungkin cewek itu sedang belajar mati-matian untuk SBMPTN. Tapi ... tidak sampai tidak membalas semua pesannya kan?
Hal aneh lainnya adalah, Visi pindah kelas. Cewek itu melepaskan cita-citanya menjadi seorang ilmuan ataupun seorang dokter. Cewek itu banting setir kearah bidang ekonomi. Filan mendengar kabar itu dari Anggia yang notebane teman dekat Visi di kelas ini.
Cewek itu memasuki kelas yang berbeda dengan Filan. Diantara semua hari yang ada, Visi memilih hari yang berbeda dengan Filan. Jujur saja, Filan frustasi.
TING!
Ponsel Filan menyala. Sebuah notifikasi pesan chat masuk. Ia segera membukanya. ,atanya membulat karena terkejut lantaran Visi membalas pesannya.
From: Visilia
Filan. Maaf akhir-akhir ini gue jarang on.
Mungkin ini yang bakalan ngejawab semua spam lo ke gue. Gua bukan ngehindarin lo, lo tau kan gue banting setir ke ekonomi? Gua yakin lo tau dari Anggia. Kenapa gue milih hari yang beda? Karena gue pengen nerusin usaha ayah. Jadi, mulai saat ini, kita udah berjalan di jalan yang berbeda. Dan gue harap lo ngehargain keputusan gue. Jangan hubungi gue lagi ya? Hubungi aja pas lo keterima di PTN mana hehe.. Good luck oke?
Filan diam.
Cowok itu membeku sambil melihat kearah ponselnya. Berada dijalan yang berbeda. Itu sama saja menolak kehadiran Filan secara halus bukan? Filan tidak tahu alasan dibalik semuanya, memang dulu Visi bercerita bahwa dia mungkin harus melepaskan cita-citanya, tapi Filan tidak tahu bahwa Visi secepat ini mengambil keputusan. Mana bisa Filan melupana Visi begitu saja? Cewek itu sudah terlalu dalam perannya didalam kehidupan Filan.
Filan marah. Dia merasa seperti sedang dipermainkan. Cewek itu memintanya untuk tidak menemuinya lagi. Mungkin itu bukan hal yang sulit bagi Filan. Cewek itu mungkin sudah bosan mempermainkannya. Tapi entah mengapa, Filan merasa sedikit kehilangan. Dibalik kemarahannya, hatinya seperti mencelos.
Filan tidak sadar.
Kesalahpahaman ini dia sendiri yang telah memulainya.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...